Pak Tua itu menghubungi ku dan mengatakan bahwa anaknya setuju bertemu denganku. Jangan tanya bagaimana perasaanku saat ini. Aku sangat senang, rasanya seperti memenangkan hadiah undian mobil baru saja. Pak Tua itu mengatakan bahwa putrinya itu meminta bertemu denganku terlebih dahulu baru bisa mengambil keputusan menerima atau menolak lamaranku. Tidak masalah, malah menjadi semakin menarik bagiku. Justru akan membosankan kalau Calista langsung setuju untuk menikah denganku tanpa melakukan protes atau mengajukan syarat tertentu. Ya.., setidaknya aku ingin tahu bagaimana rasanya adu pendapat dengan seorang Calista Sabria Halim.
Aku memutuskan mengajak Calista ke salah satu restoran favoritku. Tentu aku menyampaikannya kepada Pak Tua itu, aku kan tidak punya kontak pribadi Calista. Tetapi nanti pasti aku akan memilikinya. Walau sebenarnya bukan hal sulit sih. Bisa saja aku menyuruh orang kepercayaanku untuk mencari tahu nomor pribadi Calista. Tapi aku tidak mau Calista menganggapku seorang stalker. Biarlah hubungan kami berjalan dengan sendirinya.
Aku sengaja datang 30 menit lebih awal dari waktu janjian kami. Aku tak mau Calista sampai menungguku. Jadilah aku membatalkan meeting-ku siang ini dan melakukan 'kencan' dengan Calista.
Dia datang, ya akhirnya dia datang setelah aku menunggunya cukup lama. Dia berjalan ke arahku dan berhenti tepat di depan mejaku. Aku tak bisa berhenti menatapnya penuh kekaguman. Dia begitu cantik, sangat sangat cantik. Belum pernah aku melihat gadis lain yang kecantikannya melebihi gadisku ini. Ah, betapa beruntungnya aku.
Aku tau dia terlihat kesal dengan perbincangan kami. Berulang kali aku melihat dia melotot tajam karena ucapanku. Aku malah menyukainya. Perempuan cantik memang selalu seperti itu, merem aja cantik apalagi melotot, ya nggak?
Dan seperti yang dikatakan Bayu, dia memang gadis yang agak angkuh. Cara berbicaranya lah yang membuatku menyimpulkan hal tersebut. Tapi entah kenapa, aku justru merasa Calista sengaja melakukan itu. Dia seakan membentuk pertahanan diri dengan sikap angkuhnya. Dia seolah tidak merasa takut orang-orang akan membencinya karena sifatnya itu.
Aku pun menyampaikan rencanaku untuk menikahinya tiga bulan setelah pertunangan kami. Kenapa tiga bulan? Kenapa aku tidak langsung menikahinya? Jawabannya karena aku belum memiliki rumah sendiri. Aku tidak mungkin mengajak Calista tinggal di rumah orang tuaku. Aku ingin hidup mandiri dan tidak tinggal menumpang dengan orang tuaku. Aku tidak seperti kakak iparnya yang terburu-buru menikah bahkan sebelum rumahnya selesai direnovasi. Jadilah sepasang pengantin baru itu tinggal di rumah si Pak Tua.
Ngomong-ngomong soal kakak iparnya Calista, aku baru menyadari kalau Calista menyukai kakak iparnya yang bernama Rayyan itu. Dia memang tidak mengatakan secara langsung padaku. Tapi mengingat kejadian di club dan di resepsi pernikahan kakaknya, aku dapat menyimpulkan sendiri tanpa harus bertanya langsung pada Calista.
Bodoh banget tuh cowok. Bisa-bisanya dia lebih memilih kakaknya Calista yang tidak sebanding dengan Calista. Kakaknya yang bernama Nadhira itu sangat biasa dibanding Calista yang cantik dan bertubuh indah. Apa mungkin si Rayyan itu tidak menyukai sifat angkuh Calista? Tapi bagus juga sih, karenanya aku menjadi pria yang beruntung mendapatkan Calista.
"Mama.." panggilku begitu sampai di rumah. Di jam-jam seperti ini biasanya Papa masih berada di kantor. Baguslah, karena aku hanya perlu bicara empat mata dengan Mama.
"Apa?" ketus Mama.
"Galak banget sih, Ma. Sama anak sendiri nih.."
"Mana janji kamu, hah?" tanya Mama menatapku tajam.
"Ih si Mama galak banget. PMS ya, Ma?"
"Dasar anak kurang ajar," maki Mama sambil mencubit lenganku dengan brutal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calista
General FictionHANYA LIMA PART TERSISA Highest rank : 3 in General Fiction (20/04/18) Lazuardy Series #1 Calista Sabria Halim. Model cantik dan terkenal yang sudah tak perlu diragukan lagi prestasinya. Bukan hanya sukses sebagai model di dalam negeri, tak jarang j...