Semilir angin menerpa wajah dua pria tampan yang saling menatap satu sama lain, memilih tempat sepi di sebuah bangunan kosong layaknya orang yang akan saling membunuh, tak jauh dari sana seorang pemuda menatap mereka jengah, takut takut kalau antar dua pria itu benar benar saling membunuh.
" Apa yang penting sampai Kau menarikku kemari? Sesuatu yang kau ingin bicarakan, Cih! Aku tak percaya"
Decakan acuh dilontarkan Stefan, dia begitu kesal saat Al menariknya bagai anak kecil meninggalkan Hotel.
" Apakah Kau sudah membayar Hutangnya?"
Al tanpa basa basi langsung menanyakan hal yang membuat kening Stefan berkerut dalam
" Hutang apa? Hutang siapa?"
" Yuki! Aku tidak percaya kau sudah membayarkan hutangnya pada rentenir Gila itu. Pastilah kau berbohong padanya!"
Al menatap manik mata Stefan dalam, kegugupan dilanda Stefan kala Al mengetahui masalah hutang Yuki
" Setelah kejadian di sarang penyamun itu, Aku mencoba mencari pria tua yang bernama Ridwan itu! Tapi dia menghilang ditelan bumi, Aku sudah mengurus pengacaraku untuk mencarinya, masalah hutang hutang istriku biar kuurus sendiri!"
Al berdecak, lagi lagi pria didepannya menyombongkan diri, dia menendang sebuah balok kayu kearah Stefan yang dengan reflek bisa menahannya dengan kakinya, Stefan tersenyum remeh
" Daripada kau mengurusi setiap permasalahan Istriku, kenapa tidak mencoba membuat tunanganmu bahagia? Jangan terus menyiksanya hingga dia terus merengek padaku"
Stefan mencibir, sepupunya ini lebih perhatian pada istrinya daripada tunangannya sendiri
" Kau masih perduli pada Ariel rupanya, Kuperingatkan lagi! Kau harus menjaga Yuki, melindunginya dari rentenir gila itu dan Kau harus bisa menata Hatimu Stefan, Aku belum akan bertindak masih memperingatkan saja, seharusnya Kau tau kenapa Aku seperti ini, buka memori lama kita 7 tahun yang lalu. Kau akan mendapat jawabannya!"
Al berjalan meninggalkan Stefan yang tercenung, diambang pintu dia berhenti
" Aku banyak mendengar kalau seseorang akan merasa kehilangan setelah menyadari orang yang berarti baginya telah pergi, well see Arga. Jika masa itu tiba akan seberapa hancurnya dirimu"
Al menyeringai tajam dan keluar penuh kemenangan, meninggalkan Stefan yang penuh kekalutan. Dia mencoba mengingat lagi memory yang tersimpan antara dirinya dan Al beberapa tahun silam
*
Yuki melirik jam tangannya, sudah pukul 18.00 wib dan semua karyawan kantor sudah pulang, dia lelah menunggu suaminya itu kembali. Diraihnya tas dan beberapa Berkas dimeja, pekikan seorang gadis di ambang pintu membuatnya terkejut
" Yukiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii"
Yuki menatap gadis itu jengah, dia memakai jaket birunya dan mengikat rambutnya tinggi tinggi
" Hahaha Kucel banget sih Elo Yuk! Pas ada pegawai lainnya aja cantiknya minta ampun"
Gadis berbaju pink itu tertawa terpingkal melihat penampilan Yuki yang sering berubah ubah, beginilah Yuki. Dia harus menjaga wibawanya sebagai istri Stefan saat ada pegawai yang lain namun saat semuanya sudah pergi, dia bisa langsung melepas Higheellsnya dan memakai pansus biasa
" Berisik Elo Kim, kenapa Lo sore sore gini masih di Kantor, Adi mana? Biasanya pulang sama dia"
Yuki bersungut dan menarik tangan Kimberly untuk berjalan, Kim hanya menurutinya saja
" Gue sama Adi yang bakal anterin tuan putri ini pulang, soalnya pangerannya tadi nelfon gue supaya bawa Istrinya yang paling cantik ini pulang tanpa ada lecet sedikitpun. Pak Stefan masih ada kerjaan diluar, katanya entar malem bakal suprisin Elo! Ciyee"
Kim mencubit pipi Yuki yang mulai merona merah, sedangkan Yuki hanya terkekeh kecil melihatnya. Mereka berjalan beriringan keluar kantor sambil sesekali bercanda riang, saling menggoda satu sama lain. Diseberang jalan terlihat Adi didalam mobilnya memperhatikan kedua gadis itu dari Kaca mobil yang dibiarkannya terbuka, pandangannya teralih pada pada sebuah mobil hitam yang memarkir agak jauh dari posisinya
" Itu orang setres kali ya, mobilnya berhenti tapi mesinnya diidupin. Kalau mau markir salah tempat dia"
