Jackpot

57 2 0
                                    

#Cecilia

Serius, gue nggak ngerti tentang kelas!

Aunty Lili, adik kandung papa gue itu pasti lagi nggak waras waktu nyuruh gue dateng ke Bali cuma buat jadi salah satu staf pengajar di yayasannya. Gimana ceritanya fresh graduate jurusan manajemen kayak gue bisa transfer ilmu yang ada di buku-buku SD? Masuk akal nggak, sih?

Sebenernya semua ini gara-gara guru expat yang tiba-tiba resign pas tahun ajaran baru mulai. Semua yang udah diatur jadi kacau. Jelas-jelas di peraturan karyawan kalau mau ngundurin diri harus dua bulan sebelumnya, eh, dia main keluar aja. Aunty nggak mau salah memperkerjakan orang lagi. Dia nggak mau tergesa-gesa nyari pengganti, trus nerima gitu aja orang yang ngelamar kerja. Jadilah gue yang dipake buat ngisi kekosongan sementara itu. Alasan aunty sih karena gue bisa ngomong Bahasa Inggris.

Well, gue emang dapet gelar sarjana di Perth. Gue udah numpang belajar di benua tetangga selama 4 tahun. Gue ngerti sih bahasa Inggris yang dipake sehari-hari, cuma masalahnya, apa segitu aja udah cukup buat ngajar?

Kalau aja nggak diiming-imingi tiket tur keliling Eropa pas liburan semester depan, gue nggak bakalan ada di sini sekarang. Aunty Lili emang paling bisa bikin gue nggak bisa nolak tawaran bersyaratnya.

"Take a look of the fruits."

Instruksi Mister Ketut ke anak-anak kelas 1 yang masih kalem nungguin gurunya menggambar di papan tulis. Kalau dia sih bilangnya lagi ngegambar apel. Tapi kok menurut gue itu tomat, ya?

"Can you count how many of them now?"

Anak-anak langsung kompak ngitung bareng dengan volume suara yang berhasil bikin dua pangkal alis gue ketarik ke tengah. Keras banget. Pada semangat nih mereka.

Mister Ketut lanjut ngasih penjelasan tentang konsep penjumlahan. Gue mah anteng duduk di belakang. Sementara ini, gue emang cuma jadi asistennya dia aja. Kalau pas ada anak yang struggling ngertiin penjelasannya, baru gue maju. Kerjaan gue masih sebatas assisting sampe nanti gue dianggap mampu ngajar.

***


#Ketut

"Mister Ketut sebelum di sini ngajar dimana?"

"Ini tempat kerja pertamaku."

"Oh."

Respon singkat itu membuatku tidak bisa melanjutkan percakapan lagi. Aku memilih untuk kembali bekerja di depan komputer, menyiapkan lesson plan besok.

Sejak Mister Brian mengundurkan diri secara tiba-tiba, aku kehabisan waktu. Ada begitu banyak yang harus dipersiapkan sebagai guru kelas. Sebelumnya, aku adalah asisten Mister Brian. Hanya ada beberapa mata pelajaran yang kutangani langsung, itu pun yang sifatnya minor.

Kami, guru-guru, sempat keteteran mengurus banyak hal karena kehilangan satu personel yang punya andil besar. Untungnya, Miss Lili membawa keponakannya untuk ikut membantu. Supaya tidak terlalu banyak yang berubah, aku akhirnya mengambil alih tugas Mister Brian, sedangkan Cecilia menggantikan posisiku sebelumnya.

Kemampuan bahasa Inggris Cecilia jelas jauh lebih baik dariku. Dia bisa saja langsung mengambil alih kelas yang sebagian besar siswanya adalah anak dari perkawinan campuran ini. Tapi lagi-lagi, aku memberikan apresiasi kepada Miss Lili karena dia selalu mempertimbangkan banyak hal sebelum mengambil keputusan. Dia tahu bahwa Cecilia belum siap menjadi seorang guru.

Aku belum banyak tahu tentang Cecilia. Dari pengamatanku, dia gadis yang santai. Aku belum bisa mengukur sejauh mana level santai yang dimilikinya. Mungkin dia bisa dikategorikan sebagai gadis yang cuek. Nampaknya dia tidak terlalu cepat terpengaruh dengan kondisi di sekitarnya. Apa aku terkesan terlalu cepat menilai seseorang?

Anyway, aku baru mengenalnya selama 2 hari. Terlalu cepat sepertinya untuk mengambil kesimpulan. Hmmm..., kalau boleh jujur, ada satu hal yang sudah dapat kupastikan dari asistenku ini.

Dia cukup menarik.

***

Hallo, Hallo...
Welcome to my 2nd work!
Teacher Oh ini dibuat dalam rangka jengah sama omonganku ke temen2. I am being serious of what I said, guys :p

Teacher OhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang