BAB 4
"ting....." Bunyi suara oven yang menandakan kalau cup cake yang sedang ku panggang telah matang. Aku langsung bergerak menggunakan sarung tangan dan mengeluarkan cup cake dari oven tersebut, dan meletakkannya diatas meja marmer.
Hmmm... Aroma dari cup cake ini sangat membuatku jadi tambah bersemangat.
Pas tadi setelah Calvin pergi, aku langsung memutuskan untuk membuat cup cake yang nanti akan kubawa untuk Jenny dan juga Bibi Motty, karena mereka berdua berbeda selera jadinya aku membuat dua varian rasa cup cake, yaitu Banana Cup Cake untuk Jenny dan Vanila Cup Cake untuk Bibi Motty.
Saat melirik ke arah jam ternyata sudah jam 11 siang, artinya kemungkinan setengah jam atau satu jam lagi Calvin akan segera pulang, dan aku harus segera bersiap-siap agar saat dia tiba nanti kita bisa langsung pergi.
Selama menunggu cup cake yang baru ku buat ini dingin agar nanti memudahkan aku untuk menghiasnya dengan butter cream yang sudah kusiapkan, aku memilih untuk mengganti pakaian.Memilih dress selutut berwarna cream, dengan kerah datar dan tertutup serta berlengan panjang yang sampai disiku. Aku membiarkan rambutku yang bergelombang tergerai saja, setelah itu memakai make up tipis dan lipstik berwarna nude. Kemudian menyemprotkan sedikit parfume kesukaanku yang beraroma Strawberry di bagian leher dan pergelangan tangan.
Setelah merasa cukup puas dengan penampilan, aku mengambil clutch berwarna senada dengan warna flatshoes hitam yang kupakai.Aku kembali turun kedapur dan meletakkan clutch yang kubawa tadi ke atas meja makan, setelah itu kembali menghias cup cake.
Saat aku sedang asik menghias cup cake yang lagi tersisa 4 buah, aku mendengar suara pintu depan yang dibuka. Itu pasti Calvin pikirku, dan sebelum aku beranjak dari dapur ternyata memang benar Calvin sudah terlebih dahulu masuk kedapur dan menyapaku."Hai sayang, kau sedang membuat apa?"
"Aku membuat sedikit cup cake untuk Jenny dan juga Bibi Motty, apa kau ingin mencicipinya? " tawarku sambil menyodorkan cup cake rasa Vanilla kesukaannya, yang langsung saja diambil oleh Calvin.
"Rasanya memang selalu enak sayang, aku tak pernah bosan memakan cup cake buatanmu" Puji Calvin.
"Iya, tapi ingat kau jangan terlalu banyak memakannya karena nanti berat badanmu bisa cepat naik seperti dua bulan lalu" Aku mengingatkannya karena melihat dia sudah mengambil cup cake kedua.
"Tidak akan sayang kau tenang saja"
"Iya dan dua bulan lalu juga kau mengatakan seperti itu dan setelah merasa ukuran Jas mu yang sesak, kau menyalahkanku karena terlalu banyak memberimu makan cup cake" omelku sambil mengambil tempat cup cake untuk diisi semua cup cake yang akan kubawa.
"hei kau masih mengingat hal itu sayang? Maafkan aku, waktu itu karena aku sangat kesal jas yang sudah ku pesan untuk dipakai saat acara waktu itu terasa sesak, padahal waktu aku fitting semuanya pas dan karena ditambah waktu yang mepet membuatku bicara melantur, maafkan aku yah sayang" jelasnya dan sambil berjalan ke arahku untuk dipeluknya.
"Oke baiklah di maafkan, dan ayo kita harus segera pergi, ini sudah waktu jam makan siang. Nanti Jenny lama menunggu kita" ucapku melepaskan pelukan dan menggandeng tangan Calvin untuk berjalan keluar rumah, tak lupa juga mengambil clutch yang tadi ku letakkan diatas meja makan..................
Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, akhirnya kita sampai juga dirumah Jenny. Sesuai dengan janji yang dibuat oleh Calvin untuk bertemu dengan Jenny, dan wanita itu menyetujui agar bertemu di rumahnya biar bisa sekalian dengan makan siang bersama.
Dan disinilah kami disambut oleh sang tuan rumah seorang wanita yang tetap terlihat cantik walau usianya sudah 54 tahun, salah satu wanita hebat yang aku kagumi selain ibuku pastinya.Awal pertama aku mengenal Jenny, aku memanggilnya Bibi Jenny sama seperti aku memanggil Bibi Motty karena mereka memang seumuran. Tapi saat dia mendengarkan aku memanggilnya seperti itu, Jenny langsung mengatakan bahwa dia akan merasa lebih senang kalau dipanggil Jenny saja. Sebab jika ditambahkan dengan kata bibi di depannya dia merasa seperti wanita 65 tahun yang lebih tua dari usia aslinya, aneh memang tapi itulah Jenny. Dan setelah pertemuan pertama itu, aku mulai membiasakan memanggilnya Jenny, walau terkadang masih kelupaan dan sering menyebutnya bibi Jenny tapi untuk sekarang aku sudah sangat terbiasa memanggilnya seperti itu.
"Hai Eve ku sayang, aku sangat merindukanmu" sambut Jenny memeluk dan mengecup pipiku.
"Hai Jenny, sama aku juga merindukanmu karena sudah dua bulan kita tak bertemu, oh iya kau terlihat tambah cantik dari terakhir kulihat" balasku juga dan memujinya, karena memang seperti yang aku katakan barusan. Jenny ini walau usianya semakin bertambah tapi kecantikannya juga semakin bertambah pula.
"Kau kan tahu aku ini harus selalu terlihat cantik, bukan begitu Calvin?" tanyanya kepada Calvin yang segera di Iyakan oleh Calvin dan tawaku.
Jenny memang selalu bisa membuatku tertawa dengan kata-katanya.
"oh iya aku membawa kue kesukaanmu, banana cup cake" ucapku menyodorkan kantung tempat cup cake yang tadi kubawa.
"ya ampun Eve harusnya kau tak perlu serepot ini, tapi terima kasih yah sayang. Kau baik sekali, aku sangat menyukainya"
"Sama-sama Jenny, aku senang jika kau menyukainya dan aku sama sekali tak merasa repot" balasku.
"baiklah kalau begitu Eve. oh iya, ayo kita ke ruang makan, aku sudah menyiapkan makan siang untuk kita" ajak Jenny menuntun aku dan Calvin ke arah ruang makan................
Selesai kami semua menikmati makan siang bersama, Jenny mengajak kami berpindah ke ruangan kerjanya. Ruangan yang tiga tahun lalu selalu rajin aku datangi, dan kini aku kembali masuk kesini lagi.
Aku sebenarnya sering datang berkunjung kerumah Jenny, tapi sudah sangat lama rasanya aku tidak masuk lagi keruangan ini. Karena biasanya saat kami berkunjung, lebih banyak menghabiskan waktu di ruang tamu dan ruang makan, serta taman belakangnya."jadi apa yang terjadi sehingga Calvin berkata ingin konsultasi lagi Eve?" Perkataan Jenny menyadarkan aku dari lamunanku sejak memasuki ruangan ini.
.............

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Love
Roman d'amourPROLOG Aku jatuh tenggelam kedalam pusaran indah yang terpancar dari mata biru itu yang selalu terlihat dingin sekaligus menghangatkan hatiku. Awalnya aku mengira saat aku jatuh kedalam pusarannya aku akan bisa merasakan bahagia dari kehangatan ya...