Seshalia Vininda, anak perempuan yang berpakaian kostum lebah sedang menangis di hadapan ibunya.
"Ibu.. ceca gakmau jadi lebah mau nya jadi bunga" ucap sesha sambil sesenggukan.
"Tapi sayang kamu sudah terpilih jadi lebah tidak bisa ditukar" kata ibu sesha kepada anaknya sambil mengusap lembut kepala anaknya.
Bocah 8 tahun pun itu mengelak dan ia pun menangis lebih besar lagi. Ia berlari menuju luar gedung kesenian sambil menangis dan terduduk di pinggir taman.
Sesha mengusap air matanya dan tiba-tiba seorang anak lelaki duduk disampingnya dan menyapanya.
"Hai, kamu kenapa menangis? Oya aku revo nama kamu siapa?" ucap anak laki-laki itu sambil menyodorkan tangan kanan nya untuk mengajak bersalaman.
"aku......ceca" balas sesha dengan gugupnya dan berjabat tangan dengannya. Ia baru pertama kali berbicara dengan anak laki-laki.
"kamu jangan menangis aku akan selalu ada disamping kamu saat kamu bersedih" jelas revo sambil mengusap pundaknya.
"terima kasih revo" ucap sesha dengan senyumnya yang khas.
"yaudah ayo kedalam pertunjukkan akan dimulai" ucap revo sambil berdiri dan mengulurkan tangan nya ke sesha.
Sesha pun membalas uluran tangan revo dan menuju kedalam gedung, dari situ mereka menjadi teman dekat, saling mendukung dan menjaga satu sama lain.
Revo datang ke apartemen sesha, berkunjung ke apartemen sesha merupakan satu hal kewajiban nya setiap hari, tentunya ia diantar dengan kakaknya dan selalu membawa makanan dan mainan miliknya.
"kali ini apa yang kamu bawa revo?"
"aku bawa muffin green tea sama robot tans-fomess"
"transformes revo hahahaha kamu kan udah 10 tahun masa belum lancar . Kaya aku dong."
"iya susah tau nyebutnya, ayo main! lego kamu mana bawa kesini deh aku mau nyusun jadi gedung biar di -ancurin sama bumblebee, hehe" jelas revo.
"ish kamu mah lego aku diancurin mulu, nih" kata sesha sambil menyerahkan sekantong kepingan lego.
Mereka terus bermain bercanda dan tertawa menjalani hari selalu bersama-sama, selama 4 tahun mereka selalu menjaga dan saling melindungi. Sampai waktu terus berjalan. Mereka harus berpisah.
"Pah, susul revo yuk ke jerman. Ceca mau sekolah disana aja" rayu sesha saat makan malam berlangsung.
"Emang kamu mau hidup sendiri disana? mama papa kan kerja disini sayang, nanti aja pas kamu sudah dewasa papa kirim kesana" jelas papa sesha.
"gak mau! nunggu dewasa terlalu lama" sentak sesha dan pergi meninggalkan meja makan.
*
Sampai hari itu tiba..
hari keberangkan revo menuju Jerman. Selama ini sesha hanya menangis dan menangis karena akan ditinggal sahabat nya dan di hari minggu yang buruk ini, sesha tidak terlihat di Bandara padahal 10 menit lagi revo sudah berangkat.Apa tidak ada pesan terakhir yang ingin sesha sampaikan padaku? pikir revo.
Namun sesaat terdengar teriakan yang menyebut namanya, ya.. itu sesha-suara nya yang lucu dan sangat kekanakan itu sebagai ciri khas nya.
Sesha pun berlari di dampingi kedua orang tuanya dan langsung memeluknya erat, memeluk sahabat pertama nya yang akan meninggalkan Indonesia.
"Kamu jangan lupain aku ya disana, selalu kabari aku kalo kamu mau kesini" pesan sesha kepadanya.
"Iya kamu baik-baik ya disini, nih aku punya gelang buat kamu dari London" kata revo sambil memasangkan gelang kayu dengan 2 mata berlian dan terukir sebuah nama Vosha (Revo dan Sesha).
"Inget janji aku ya sesha, aku akan menemuimu lagi cepat atau lambat di tempat biasa kita main okee" kata revo sambil menggenggam tangan sesha.
Sesha pun hanya mengangguk menanggapinya, menahan air mata yang akan jatuh.
"Dadah sesha unyu.." ucap revo
"Bye revo jail.." balas sesha.
Tak sadar sesha meneteskan air mata dan ia langsung kembali ke rumah saat revo telah hilang dari pandangan nya.