Canggung

25 3 0
                                    

"Emm... Sesha, mau anterin gue gak?" ucap brian di koridor kelas.

"Kemana?" tanya sesha.

"Ke toko gitar gue pengen beli gitar listrik," kata brian

"Kalo lo mau ikut, nanti tunggu gue jam 5 sore ya" lanjut brian.

"Ohh oke yaudah gue ikut deh gue juga mau cari souvenir buat anak osis" kata sesha.

"Sip yaudah tunggu gue ya di gerbang, sekarang gue mau ke ruang musik dulu,bye" kata brian sambil menepuk pundak sesha dan tersenyum lebar.

"Bye" kata sesha pelan.

*

Tik.. Tok... Tik... Tok.. Kringggg..

"Yuhuuu"
Semua siswa di kelas sesha pun bersorak bahagia karena jam pelajaran Sejarah telah usai dan sekarang adalah waktunya untuk pulang.

Sesha pun juga segera memakai jaket hoodie nya dan bergegas keluar dari kelas terlaknat ini.

"Oy, sesha! " teriak seorang cowok di koridor lantai 1.

"Eh, iya bri gue hampir lupa ayo deh langsung aja jalan"

"Yaudah gue keluarin mobil dulu"

"Hemm oke gue tunggu sini"

Tidak menunggu waktu lama, brian pun datang dengan mengendarai mobil vios silver nya. Sesha pun segera masuk ke dalam mobil itu dan menuju ke tempat yang mereka tuju.

Di dalam mobil, sesha hanya terdiam memandangi jalanan sampai brian mengajak nya bicara. Brian selalu membuat suasana supaya tidak menjadi canggung. Dan mungkin brian harus dikasih medali karena hanya ia cowok yang bisa sedekat ini dengan sesha.

"Lo mau makan apa? "

"Hmm fish n chips aja" ucap sesha datar.

"Okeyy" ucap brian sambil meraih tangan sesha dan menggenggam nya.

Sesha pun tersentak dan badannya terasa kaku untuk digerakkan. Sudah 4 tahun berlalu tangannya terakhir kali digenggam oleh seorang anak laki-laki, ya hanya revo yang bisa menggenggam tangannya.

Sesha pun semakin canggung saat ia duduk berhadapan dengan brian di restoran. Manik mata brian terfokus kepada sesha sehingga sesha merasa semakin malu di hadapan brian.

"Lo mau cari souvenir apa buat anak osis?" tanya brian sambil melahap makanannya.

"Hmm.. Maybe gelang tangan" jawab sesha singkat.

"Ohh okay nanti ke toko gitar dulu ya, lalu kita ke toko souvenir"

Dan sesha pun hanya mengangguk menatap makanan nya.

Waktu berlalu sekarang mereka ada di toko gitar di dalam mall tersebut, brian sedang asyik mencoba gitar listrik nya, sedangkan sesha hanya berjalan-jalan disekitarnya melihat alat musik lainnya.

Sesha pun teringat bahwa revo menyukai alat musik piano, revo pernah bilang ia ingin menjadi pianis dan menyanyikan lagu untuk sesha seorang. Sesha menyentuh tuts piano satu persatu ia tak sadar bahwa ada seorang laki-laki yang melewati nya begitu saja.

Sesha menengok seperti mengenal sosok laki-laki itu tapi entahlah sesha tidak mengetahui namanya, tapi ia seperti sudah mengenalnya sejak lama.

"Gue udahan ayo kita ke toko souvenir" ajak brian tiba-tiba.

"Okayy" balas sesha.

*

FlowersHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin