>4<

36 5 0
                                    

Jika sudah sampai pada akhir cerita

harap tekan vote ya !

happy reading !

*****

Sejak pulang dari cafe beberapa jam yang lalu, Stevani sibuk dengan pr yang di berikan oleh Ibu Friska. Stevani baru mengerjakan 5 soal dari 25 soal yang ada di buku halaman 27 tersebut. Ia sudah mencoba mengerjakan soal yang sama beberapa kali, tetapi jawabannya selalu keliru alias tidak benar. Stevani menggaruk kepalanya frustasi.

Ia keluar kamarnya lalu mengetuk pintu kamar Nael yang bersebelahan dengan kamarnya.

Tokk...tok...tokk

"masuk aja gak dikunci !" seru Nael dari dalam kamarnya. Stevani segera membuka pintu di depannya dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang buku-buku. ia berjalan mendekat ke arah Nael yang sedang tiduran kasurnya.

"kenapa Van ?" tanya Nael sambil mengubah posisinya menjadi duduk.

"aku gak ngerti soal yang ini" ucap Stevani sambil menunjuk soal yang tidak dimengerti olehnya. Kalau di rumah mereka pake aku-kamu.

"ohh yang ini itu di kali dulu baru di kurang, terus kalo udah di kurang di akarin deh" Nael menjelaskan

Stevani mencoba mengerjakan soal tadi dengan rumus yang diberikan oleh Nael tadi. Beberapa menit soal yang tidak ia bisa sudah selesai, Stevani beralih ke soal selanjutnya.

Baru saja dia membaca soalnya, Stevani merasa kepalanya sakit. Nael yang duduk di sebelahnya, langsung bertanya kepada Stevani.

"Van kamu kenapa ?" tanya panik

"sakit banget" jawabnya dengan suara sangat pelan

"kamu belum minun obat ya" Stevani mengangguk.

Nael segera berlari ke kamar Stevani untuk mengambil obat Stevani. Setelah mendapatkannya ia mengambil air putih di dapur. Lalu kembali ke kamarnya memberikan obat dan air putih kepada Stevani. Stevani memakan satu persatu benda yang memiliki rasa pahit itu. Lalu meminum air putih.

Setelah rasa sakitnya sedikit berkurang Stevani ingin melanjutkan mengerjakan prnya tetapi Nael tidak mengijinkannya.

"udah nanti nyontek aja sama aku, sekarang kamu istirahat aja oke"

"oke" jawab Stevani lemas. Ia berjalan ke kamarnya. Dibelakang Stevani ada Nael yang menjaga kalau-kalau ia tak kuat menahan berat tubuhnya.

Sesampainya di kamarnya Nael membantu Stevani untuk berbaring di Atas kasur empuk milik Stevani. Mungkin karena sakit di kepalanya, Stevani bisa tertidur saat ini, memasuki alam mimpinya.

**__**

Stevani berbangun dari tidurnya, sakit kepalanya sudah sedikit berkurang. Ia melihat jam yang menggantung di dinding kamarnya. jarum pendeknya menunjuk angka 8, sementara jarum panjang ke angka 2. Ia turun dari kasurnya, keluar kamarnya menuruni tangga rumahnya.

Dia merasa lapar karna tadi tertidur cukup lama, di ruang keluarga ia melihat ibu, ayah, dan kedua kakaknya sedang menonton tv. Stevani menghela nafasnya pelan. Anggita ibu Stevani melihat putri satu-satunya itu ada di ujung tangga dengan kepala menunduk.

"Vani !" panggilnya

Stevani mengangkat kepalanya, lalu berjalan ke arah ibunya tersebut.

"iya ma ?"

"kamu ngapain tadi di sana ?"

"aku lapar mau makan"

Anggita menepuk sofa di sampingnya mengisyaratkan Stevani untuk duduk di sebelahnya. Stevani dudukdi sampinya Anggita.

"kamu duduk disini aja biar diambilin sama bibi ya" Stevani hanya mengangguk

"Bi Minah !" panggilnya

"iya bu ?"

"ini bi tolong ambilin makanan biat Vani ya" Bi minah segera berlari ke dapur.

Stevani duduk di antara ibu dan ayahnya, tiba-tiba satu pertanyaan berbesit di otaknya.

"mah kalo Vani udah gak ada ?, mamah masih anggap Stevani sebagai anak mamah gak ?"

"kamu ini ngomong apa sih !" ucap Nael

"kan aku-" ucapan Stevani terpotong karena Bi Minah datang membawa makanan untuk Stevani.

"non ini makanannya" beliau lalu berlalu ke dapur. "udah gak usah dipikirin ya, sekarang kamu makan aja" kata Anggita lembut.

Stevani memakan nasi yang ada dalam piring sedikit demi sedikit. Setelah selesai ia menaruh piringnya ke wastafel, dan duduk kembali di ruang keluarga bersama dengan keluarga. Strvani sangat jarang berkumpul dengan keluarganya. Bukan karena kedua orang tuanya sibuk, tetapi dialah yang selalu bersembunyi di kamarnya. Ia akan keluar dari kamarnya jika ada keperluan saja, makan, minum, sekolah.

Orangtuanya sudah sering sekali mengajaknya berkumpul bersama tapi Stevani selalu memberikan alasan yang tak masuk akal.

Stevani menatap layar televisi yang menayangkan tentang berita korupsi di negerinya tinggal.

"Van prnya udah aku salin ke bukumu, jadi tinggal di kumpul aja" kata Nael mengejutkan Stevani yang sedang menonton tv.

"ya, makasih" jawabnya

"mah, pa, kak, Nael Stevani ke kamar duluan ya udah ngantuk" dia berdiri lalu menaiki anak tangga satu per satu hingga sampai di kamarnya.

"dia gak kayak Stevani yang dulu, dia sekarang terlalu dingin" kata mama Stevani sedih.

**********

part ini ceritanya gaje banget, jadi maafkan ya !

Dreaming You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang