Pagi ini Stevani di sibukkan dengan menyalin pr Nael ke buku miliknya. Kalau bukan karena kejadian kemarin dia pasti sudah selesai mengerjakannya. Ia berpacu dengan waktu, sebab jam sudah menunjukkan pukul 6.45 berarti tak lebih dari 15 menit lagi bel masukkan akan berbunyi. menyalin 25 buah soal yang jawaban satu soalnya memerlukan setengah lembar buku. Ia baru menyalin 10 soal, tangannya sudah pegal menulis angka dan rumus tersebut.
Kringgg... krigggg
Bertepatan dengan berbunyinya bel, Stevani menyelesaikan tugasnya.
"huhhh," Stevani menghela nafasnya.
"udah selesai ?" tanya Nael yang mendengar helaan nafas Stevani
"udah, nih buku lo makasih" Stevani menyerahkan buku tugas tersebut ke Nael.
Tak lama kemudian ibu Friska masuk dengan muka datarnya.
"Selamat pagi anak-anak" sapa ibu Friska
"Pagi bu" jawab semua murid
"sekarang kumpulkan pr kalian ke depan"
Segera semua murid mengumpulkan pr mereka kedepan. Setelah itu Ibu Friska menerangkan kembali materi-materi pelajaran.
**__**
Kini Stevani sudah berada di rooftop sekolah, tempat yang menurutnya sangat nyaman. Dia bisa melakukan apa saja disini tanpa mengganggu orang lain, tanpa ada keributan dan gangguan dari orang lain. Tapi sejak kehadiran Rio, dirinya tak lagi merasakan hal-hal tadi. Yang ada hanya rasa kesal karena Rio yang tak pernah berhenti berbicara. Selalu membuat keributan. Dalam hati dia selalu mengucapkan sumpah serapah, ingin rasanya dia menjahit mulut cerewet Rio itu dengan benang dan jarum.
Bicara soal Rio hari ini dia tak mendatangi Stevani ke rooftop sekolah, jadi Stevani mendapatkan kembali ketenangannya. Stevani juga tidak tahu alasan Rio tak ikut menyusulnya ke rooftop sekolah, menurutnya itu tidak penting untuk dipikirkan memangnya Rio itu siapanya.
Waktu terus berjalan, bel berbunyi menandakan bahwa seluruh murid untuk kembali ke kelas masing-masing. Rasanya Stevani malas sekali untuk kembali ke kelas, jadi dia mengulur waktu untuk ke kelas. Sebelum ke kelas dia berniat mengelilingi sekolahnya, mumpung suasana sudah sepi. Di jam seperti sekarang juga jarang sekali ada guru yang berjaga, sehingga Stevani tak perlu khawatir akan terlihat oleh guru.
Dia memulainya dari lab IPA, berlanjut ke lapangan indoor yang sepi, kemudian menuju ke aula, berbelok menuju ke perpustakaan, ke kantin, lalu lapangan outdoor. Dan terakhir taman belakang yang sepi. Selain rooftop sekolah disini juga merupakan tempat yang sepi, tapi jika waktu istirahat akan ada beberapa siswa yang kesini.
Bugh
Stevani mendengar adanya suara pukulan yang berasal dari taman belakang. Karena rasa penasaranya ia melangkahkan kakinya semakin cepat ke taman. Semakin dekat suara juga semakin nyaring.
Bugh. Bugh. Bugh
Tiga pukulan beruntun itu sangat nyaring terdengar di telinganya. Tinggal beberapa langkah lagi mungkin dia akan melihat apa yang terjadi disana. Tapi di urungkan niatnya tersebut, ketika ia mendengar langkah kaki yang mendekat. Stevani bersembunyi di salah satu tiang koridor yang lebih lebar dari ukuran tubuhnya.
Setelah dirasa aman ia kembali melangkahkan kakinya lagi. Sesampainya disana dia terkejut, melihat Rio sudah tergeletak di rerumputan setengah tak sadarkan diri dengan banyak lebam di bawahnya, dan juga darah yang mengalir di bibirnya.
Stevani mengambil handphonenya menekan beberapa tombol disana.
"halo El, cepetan ke taman belakang sekarang !" Stevani langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Nael.
"ada ap-" ucapannya terpotong ketika melihat tubuh Rio yang terkapar di rerumputan.
"loh kok bisa kayak gini ?" Nael berlari mendekat ke arah Rio dan Stevani.
"gue juga gak tau, mendingan kita cepetan bawa ke uks" Nael langsung merangkul tubuh Rio. Membantunya berjalan menuju ke uks.
**__**
Lebam di wajah Rio sedang diobati oleh petugas PMR. Sesekali dia mengaduh kesakitan akibat lebamnya di tekan terlalu kuat oleh Vita. Vita dia anak kelas 12 yang sedang tugas buat jaga di UKS, orang yang judes, gak pernah pandang status orang. Makanya dia bisa seberani itu mengobati lebam di wajah Rio.
"pelan dong lo !" Rio memberi peringatan pada Vita, karena terlalu kuat menekan lebamnya.
"yee, ini juga udah pelan kali" balas Vita. "makanya kalo gak mau sakit jangan kelai ! gak usah sok !" ejek Vita sambil tersenyum mengejek.
Rio kesal sendiri, ingin rasanya dia membalas tapi di urungkan biatnya tersebut. Mengingat rasa nyeri saat dia berbicara seperti tadi. Dengan berat hati dia menahannya.
Vita membereskan alat-alat P3Knya. "noh, udah selesai, balik dah ke alam lo" dia lalu menaruh kotak P3K ketempat semula. Bukannya kembali ke kelas Rio malah membaringkan dirinya di kasur UKS yang empuk. "woii, ngapain lo disitu ?!" gertak Vita ketika mendapati Rio berbaring di kasur UKS.
"suka-suka gue lah" jawab Rio cuek.
Vita menggeram kesal, ia mendekati Rio lalu menarik telinga Rio hingga Rio mengubah posisinya. "aduh, duh. sakit sakit ! lepas!""makanya ke kelas sana, udah selesai di obatin" Vita melepaskan jewerannya, telinga Rio terasa panas dan memerah.
Rio berdecak kesal, ia padahal ingin beristirahat tetapi malah diusir. Dengan sangat terpaksa dia melangkah ke luar kelas menuju kelasnya. Dia tidak punya niat bolos saat ini jadi dia kembali kelas.
Di dalam kelasnya pak Dhika berdiri sambil memegang spidol. Rio mengetuk pintu kelas, lalu masuk.
"kenapa kamu telat di pelajaran saya ?" pak Dhika bertanya dengan nada tegas.
"saya ada keperluan tadi makanya telat"
"ya sudah duduk sana" Rio menganggukkan kepalanya.
Kursinya terletak di barisan ketiga sebelah kanan. Dia duduk di sebelah Abi, sahabat karibnya.
"muka lo napa tuh ?" tanya Abi
"nanti dah pulangan gue cerita," Rio menjawab. Mengarahkan pamdangannya ke papan tulis.
**********
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreaming You
Teen FictionStevani Aprilia Admaja, gadis remaja yang baru saja naik ke kelas 10 SMA. Cewek paling dingin seangkatan. Hingga suatu waktu bertemu dengan Rio si rusuh SMA Tunas Bangsa. Hidup Stevani yang tenang terusik oleh sikap rusuh Rio yang selalu mengganggu...