>1<

85 8 4
                                    


Hening dan sepi. Suasana yang sangat Stevani sukai, Stevani tidak suka bahkan benci dengan keramaian.

Dia menutup matanya, membiarkan angin menerpa wajahnya. Sekarang dia berada di rooftop sekolahnya, tempat yang jarang di kunjungi oleh penghuni sekolah.

Saat semua siswa dan siswi sedang berlomba menuju ke kantin, tidak dengan Stevani. Dia lebih senang menyendiri di sini, menikmati keheningan.

Stevani bukannya tidak ingin bersosialisasi dengan orang banyak tapi ia merasa tak nyaman berada di keramaian.

Suara langkah kaki seseorang menggangu ketenangan Stevani, ia kira itu hanya orang yang lewat. Tapi langkah kaki tersebut semakin mendekat, Stevani memutuskan untuk membalikkan badannya. Beberapa meter dari tempat Stevani berada, berdiri seorang laki-laki, kulit putih, hidung mancung, rambut yang sedikit kecoklat-coklatan dan warna mata yang senada dengan rambutnya. Nathanael Aprilio Admaja, kembaran Stevani.

Nael tersenyum manis, sedangkan Stevani hanya membuang nafasnya kasar. Dia paling tak suka bila ada yang mengganggu ketenangannya. Walau pun itu adalah kembarannya sendiri.

Nael melanjutkan jalannya sampai ia sudah berada di samping Stevani, berhenti lalu duduk di sampingnya.

"kantin yuk!" ajak Nael kepada Stevani

"ngapain?" jawab Stevani singkat

"ya makan lah, memangnya orang kalo ke kantin ngapain ?!" ucap Nael

"ya udah makan sana, jangan.ganggu.gua!" Stevani jawab dengan penuh penekanan.

Nael mengacak-acak rambutnya gusar, Stevani terlalu susah untuk diajak bersosialisasi. Saat istirahat dia akan pergi kesini, saat freeclass dia juga akan kesini. Stevani bahkan tidak mengetahui nama teman-teman sekelasnya.

Disekolah ini hanya Nael dan Kakak sulung mereka saja yang dia kenal. Selain itu, Stevani tidak akan tahu siapa mereka.

"sekali aja lo coba buat bersosialisasi dengan orang banyak" pinta Nael pada kembarannya tersebut.

"gua pengen lo kayak dulu lagi Van!" mohon Nael

"oke!, Sekali ini aja!" akhirnya Stevani mengalah.

Mereka berdua bangkit dari duduknya, melangkahkan kaki menuju ke kantin. Sepanjang perjalanan menuju ke kantin, mereka saling diam. Keduanya sama-sama menutup mulutnya.

Setelah berada di kantin Nael langsung memesan makanan untuk dirinya dan Stevani. Stevani memesan mie ayam dan jus jeruk. Sambil menunggu makanan datang Stevani membuka handphonenya. Hanya sekedar untuk melihat notifikasi yang tertera disana.

Stevani sudah mulai gelisah karena kantin sangat ribut saat ini. Membuat perasaannya menjadi tak enak.

Kantin semakin ribut, entah mengapa semua orang sedang bersorak-sorai. Lamunan Stevani buyar ketika Nael datang membawa 2 mangkok mie ayam dan 2 es jeruk.

"ehh Nael itu kenapa pada ribut" kerena penasaran Stevani pun memutuskan untuk bertanya pada Nael

"ohh itu, biasa ada si rusuh TB" jawabnya cuek.

"memangnya siapa tukang rusuh disini ?"

"tumben kepo biasanya juga dingin, anti-sosial"

"udahlah jawab aja!" kesal Stevani.

"oke-oke, tukang rusuh sekolah kita itu Rio, anak kelas 11 ips 2" jelas Nael.

"ohh" singkat padat dan jelas.

Stevani melanjutkan makannya, hingga selesai.

**__**

Akhirnya waktu pelajaran berakhir, menandakan siswa dan siswi sudah boleh kembali ke rumah masing-masing. Begitu pula dengan Stevani dan kedua kakaknya.

Stevani sudah menunggu di mobil sejak 5 menit yang lalu, karena kata Nael dia akan ada keperluan sebentar. Tapi kedua kakaknya belum juga datang. Padahal dirinya hendak pulang cepat, hari ini Stevani sangat lelah.

Berbaring dikasurnya yang empuk, menyenangkan sekali. Tapi harapan Stevani untuk pulang cepat hari ini gagal seketika setelah mendapat pesan dari Nael yang mengatakan Nael dan kakak mereka akan latihan basket hari ini.

Sekarang disinilah Stevani berada, dilapangan outdoor sekolahnya. Menunggu Nael dan Nicole kakaknya yang sedang latihan basket. Ya, kedua saudaranya itu mengikuti ekskul basket. Stevani bingung, sebenarnya apa hebatnya laki-laki yang bisa bermain basket.

Sebenarnya dari tadi Stevani sudah sangat bosan berada di sini, melihat orang-orang mendrible bola berwarna orange itu lalu memasukkannya ke dalam ring. Membosankan!.

Bugh

Bola orange tersebut mengenai kepala Stevani. Kepalanya mendadak menjadi sangat pusing, beberapa detik kemudian pandangannya menghitam dan Stevani tak mengingat apa-apa lagi.

Semua orang yang berada di lapangan berlari ke arah Stevani, sebelum tubuh Stevani jatuh ketanah, seseorang sempat menahannya lalu mengangkat Stevani ke uks sekolah. Nael dan Nicole langsung menyusul ke uks, mereka sangat khawatir dengan keadaan adik mereka tersebut.

Di uks Stevani masih belum sadar, Rio segera mengambil minyak kayu putih di kotak p3k. Kebetulan tadi yang mengangkat Stevani ke uks adalah Rio, dan dia juga yang melempar bola basket tadi sampai terkena kepala Stevani. Rio menuangkan minyak kayu putih ke tangannya lalu mengusapkannya ke hidung Stevani. Nael dan Nicole menunggu di depan uks.

Tak lama kemudian Stevani sadar, ia membuka matanya perlahan. Retina matanya menyesuaikan cahaya yang ada.

"udah sadar ?" Stevani tidak mengenali suara siapa itu.

"lo siapa ?" tanya Stevani setelah sadar sepenuhnya.

"kenalin nama gue Rio" kata Rio sambil tersenyum

"ohh" jawaban singkat dari Stevani.

"terus nama lo siapa ?, masa cuma lo yang tau nama gue sedangkan gue gak tau nama lo"

"harus yah gue kasih tau nama gue, ohh ya makasih udah nolongin gue" jawabnya dengan nada dingin. Stevani melangkah keluar uks. Di luar uks ada Nael dan Nicole yang menunggu Stevani.

"ayo pulang!" ucap Stevani cepat

Mereka pun menuju ke mobil dan langsung pulang ke rumah.

**********

Dreaming You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang