Taukah kau jika kunang-kunang adalah penjelmaan orang yang sudah tiada?
***
Aku duduk terdiam di bangku ku. Aku memandang dengan tatapan iri kearah Hyeri dan teman-teman nya. Sekarang bulan november. Dan mereka akan pergi ke Seoul untuk melihat festival lentera.
Aku iri. Sungguh sanggat iri. Sejak dulu aku sangat memimpikan bisa pergi ke Seoul dan melihat indah nya langit kota yang di hiasi oleh berbagai macam lampion.
Yang ku tahu dari internet dan juga dari penuturan tetangga ku yang pergi kesana. Festival lentera diadakan di daerah Cheonggyecheon. Daerah tersebut akan di hiasi oleh lampion berbagai warna dan bentuk. Festival di mulai di Cheonggye plaza hingga ke Supyo bridge. Ah, dengan hanya mendengarkan nya saja sudah membuat ku terpesona. Andaikan saja appa memberikan izin bagi ku untuk bepergian dari Gyeonggi menuju Seoul
“Hei (Y/N)-ya, kau sedang melamunkan apa?”
Aku kaget karena tiba-tiba saja ada yang menepuk pelan bahu ku. Aku menoleh dan menemukan sosok Chan. Chan ini adalah tetangga ku. Aku tersenyum pada nya.
“Aku tidak melamunkan apapun”
“Jangan bohong. Apa ini soal festival lentera itu?” Chan menatap ku dengan wajah meminta jawaban sesaat setelah mendudukan diri nya di sebelah ku.
Aku terdiam sesaat kemudian menjawab dengan suara pelan, “Ya, seperti yang kau tau”.
Chan tertawa pelan, “Hei, apa hebat nya festival itu? Kau tidak perlu harus bersedih seperti ini”.
Aku merenggut, “Hei! Festival itu sangat indah. Bukan kah kau juga sudah mendengarnya dari Joong ahjusshi yang bepergian kesana tahun lalu. Aku juga sudah mencari informasi tentang festival itu dari internet”
Chan lagi-lagi tertawa. Bahkan kali ini lebih keras. Aku kesal melihat nya. Aku memukul lengan nya tanpa henti hingga dia meminta ampun. Apa-apaan dia. Bukan nya memberi semangat pada sahabat nya, ia malahan semakin menjatuhkan ku.
“Hei hentikan itu Jung (Y/N), kau menyakiti ku”
“Itu hukuman untuk mu Lee Chan! Rasakan ini!”
“Hei hentikan! Taukah kau jika aku akan mengajak mu ke festival lentera”
Aku seketika berhenti memukul nya, “Benarkah itu? Kau akan mengajak ku kesana? Kau akan meminta izin pada appa agar aku di izinkan pergi ke Seoul?”
“Kita tidak akan pergi ke Seoul. Di Gyeonggi juga ada hal yang seperti itu”
“Mana ada! Kau jangan mengada-ada Lee Chan!”
“Kau tidak percaya pada ku? Baiklah, kalau begitu buktikan nanti malam. Hari ini kita tidak ada fullclass, jadi aku akan menjemput mu jam 8 malam”
Aku hanya menatap nya bingung. Apa sebenarnya maksud anak ini.***
Pukul delapan malam. Chan benar-benar menjemput ku. Ia menggunakan pakaian serba hitam. Tolonglah, apa anak ini gila, bepergian malam hari menggunakan pakaian hitam.Namun, aku tidak menolak saat ia mengajak ku pergi. Sepanjang perjalanan aku tidak henti nya bertanya soal tujuan kami. Tapi, Chan sama sekali tidak berniat untuk menjawab.
Lima belas menit kemudian, kami telah tiba di tepi sungai. Chan menghidupkan senter besar yang sejak tadi ia pegang. Ia kemudian menyuruh ku untuk menaiki sebuah sampan kecil yang terparkir dipinggir sungai. Aku terlihat ragu sejenak.
"Hei apa lagi yang kau tunggu (Y/N), ayo naik ke sampan nya”
“Kau ingin membawa ku kemana? Apa kau ingin menculik ku?” Aku menatap nya dengan tatapan curiga. Entah ia bisa melihat wajah ku atau tidak. Karena keadaan sekitar yang sangat minim penerangan. Cahaya hanya berasal dari senter dan juga bulan yang sedikit tertutup awan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Dreamland
FanfictionCarats imagination. Enjoy the story ^^ CRUSH (Seventeen member Ver.) Story are PRIVATE :) Follow for read ^^