1.Pengantin Yang Di tinggalkan

21.3K 1.6K 32
                                    

 Aku menatap pantulan seorang gadis yang mengenakan gaun pengantin putih yang begitu indah dengan tatanan kerudung yang ditata begitu cantik dengan bunga melati dan mawar merah yang menghiasi kerudung pengantin itu. Make up sederhana dan natural menambah kecantikan sang mempelai wanita. Keindahan dan kecantikan itu seakan tak berguna lagi karena hanya lelehan air mata yang menjadi penghias wajahnya. Aku menatap bayangan itu, bayanganku sendiri yang bersimbah air mata kesedihan. Sakit yah sangat sakit, bayangan diri yang ku lihat di cermin membuat rasa sakit itu semakin menjadi.
        
Aku duduk di tempat tidur yang sudah di hias sedemikian rupa untuk kamar pengantin. Aku menatap miris pemandangan yang terhampar di hadapanku, aku merasa harga diriku benar-benar rusak hari ini.
       
" Rien, kakak ingin membicarakan hal penting" ucap seseorang yang suaranya sangat ku kenali.
       
Aku berbalik kearah suara yang memanggilku, aku tersenyum melihat kak Zhoumi calon suamiku berdiri tegak menatapku. Dengan senyum yang masih mengembang di bibirku aku berdiri menyambut kedatangannya tapi dia hanya berdehem sedikit sambil membenarkan letak dasinya.
     
Aku menatapnya heran, kak Zhoumi terlihat gusar menatapku berulang kali dia membenarkan letak dasinya yang sudah sempurna. ' Apa dia gugup mengahdapi pernikahan ini sama sepertiku?' pikirku. Aku tersipu malu karena pemikiranku sendiri, kurang dari satu jam lagi aku dan kak Zhoumi akan menjadi suami istri. Ah aku tak tahu aku ini menapaki bumi atau melayang saking bahagianya, Kak Zhoumi cinta pertamaku, pria satu-satunya yang mengisi pikiran dan hatiku akan menjadi pendamping hidupku oh my god jika aku mimpi tolong jangan bangunkan aku. Aku senyam-senyum asyik dengan pikiranku sendiri sampai suara kak Zhoumi menyadarkan aku kembali kedunia nyata.
     
  Aku kembali menatap kearah kak Zhoumi yang terlihat risau, tiba-tiba dia mendekat kearahku dan menggapai tanganku lalu berlutut dihadapanku. Aku terkesima melihat apa yang kak Zhoumi lakukan, hatiku meloncat kegirangan mungkinkah kak Zhoumi akan melamarku seperti di film-film romantis mengingat meskipun sekarang kami akan menikah kak Zhoumi belum pernah melamarku secara langsung karena pernikahan ini di prakarsai oleh orangtua kami.
        
" Carien, maafkan kakak... kakak tidak bisa menikahimu" ucapnya sambil menunduk.
       
Jederrr... rasanya baru saja petir menyambar kepalaku mendengar ucapan kak Zhoumi. Aku diam bengong ketika kak Zhoumi berdiri sejajar denganku, shock sudah pasti, sekarang aku harap ada orang yang membangunkanku dari mimpi tak masuk akal ini.
     
  " Maafkan kakak Rien, kakak mencintai wanita lain rasanya tak adil jika kita melanjutkan pernikahan ini karena yang ada kedepannya kita hanya akan saling menyakiti. Kakak tidak bisa menyakitimu karena kakak menyayangimu seperti adik kandung kakak sendiri"
        
Aku hanya bisa diam mematung mendengar semua perkataannya, aku tidak tahu dimana jiwaku berada sekarang semuanya terasa terenggut begitu saja dari ragaku.
        
" Kakak berharap kamu mengerti dengan keputusan kakak" ucap kak Zhoumi sambil meremas tanganku yang masih dia genggam.
      
Entah kekuatan darimana aku dapat tersenyum dan mengangguk menyanggupi permintaannya. Ini gila yah aku tak tahu apa yang kurasakan saat ini karena ini kejutan yang benar-benar membuat jantungku serasa berhenti berdetak.
     
  " Kakak sudah bicarakan semua ini pada ibu dan semua keputusan ada di tanganmu, jika kamu mengijinkan kakak akan menikahi wanita yang kakak cintai hari ini dan ibu juga bapak akan setuju jika kamu setuju"
       
Aku menatapnya tak percaya setega itukah kak Zhoumi padaku? Dia ingin menikahi wanita yang dicintainya di hari berharga yang telah ku siapakan sedimikian rupa untuk hari sepesialku. Aku benar-benar tidak bisa merasakan apa-apa lagi sekarang, golok mana golok biar ku sabet tuh kepala. Aku masih menatapnya, mataku teralih pada orang-orang yang menatap ke arah kami, aku tak tahu sejak kapan semua orang ada di sini mendengarkan perbincangan kami. Dari semua orang aku bisa melihat bu Nayla yang menatap sendu kearahku dan Naomi yang sudah bersimbah air mata. Semua terasa gelap bagiku, sekuat tenaga aku berdiri tegak agar aku tidak pingsan di hadapan semua orang yang menatap kasihan padaku.
       
" Ini Cindy wanita yang kucintai" ucap Kak Zhoumi sambil menuntun seorang gadis kehadapanku.
       
Aku menatap gadis itu dan tersenyum hambar ke arah wanita itu. Cindy wanita itu adalah model di butikku, aku tak menyangka jika dialah wanita yang dicintai kak Zhoumi dan sepertinya dia sudah mempersiapkan diri untuk pernikahan ini karena bahkan dia sudah mengenakan gaun pengantin dan gaun itu salah satu rancanganku 'oh gosh... seret wanita itu dari hadapanku' jeritku dalam hati. Tapi pada kenyataannya aku melepas cincin pertunanganku dengan kak Zhoumi dan menyerahkannya ke tangan wanita itu dengan senyuman yang entah terlihat seperti apa bahakan aku sempat-sempatnya mengucapkan selamat pada mereka dengan senyuman yang tak pudar dari wajahku.
       
Aku berjalan menjauh menuju kamarku, dapat kurasakan sebuah tangan menggenggam tanganku erat dan sebuah pelukan di punggungku selama aku berjalan menuju kamarku.
       
Air mataku terus merebak tapi bisa kutahan, tangisan-tangisan kecil keluar dari mulutku. Kak Naomi terus mengelus pundakku dengan banjir air mata juga.
       
" Maafkan kak Zhoumi yah Rien, aku pastikan kak Zhoumi akan menyesal telah melakukan ini padamu" ucap kak Naomi menyumpahi kakaknya sendiri.
       
Aku berbalik menatap kearahnya, memandangi versi wanita dari kak Zhoumi, kak Naomi adik kak Zhoumi yang hanya terpaut dua tahun lebih tua dariku. Kami-kami sama-sama bersimbah air mata, aku mendekat dan memeluknya menumpahkan rasa sakit yang menggerogoti hatiku, hari ini aku benar-benar tak sanggup lagi menahan tangis pilu yang keluar dari mulutku. Terluka, tersakiti dan terhina itulah rasa yang memenuhi hatiku saat ini.
       
  Suasana ini benar-benar kontras, diluar sana sepasang anak manusia sedang berbahagia menikmati pernikahan mereka, disini dua orang gadis menangis tersedu menghadapi nasib buruk yang sangat kejam.
       
" Tetaplah didalam kamar dan tenangkan dirimu aku akan keluar sebentar dan akan segera kembali" ucap Naomi sambil menghapus air matanya dan pergi meninggalkan aku sendirian.
       
Di kesendirianku aku masih tetap menangis hingga rasanya dada ini sesak, hanya nama tuhanku yang kusebut berharap Allah akan selalu memberikan aku kekuatan untuk menghadapi segala cobaan darinya. Lantunan istigfar terus kesebut untuk menenangkan diriku, setelah lelah menangis aku membersihkan diriku, membersihkan kamar, sholat dan tidur.
       
Entah sejak kapan aku tertidur pulas hingga suara tangisan seseorang menarikku dari dunia mimpi. Aku mengerejapkan mata dan melihat sumber suara itu, dan ternyata bu Nayla sedang menangis tersedu di sampingku. Aku berbalik menatap kearahnya yang larut dalam tangisan.
     
  " Maafkan ibu Rien, semua salah ibu hingga kamu harus melewati hal menyakitkan seperti ini. Ibu yang salah, ibu yang memaksakan kehendak ibu untuk menyatukan kalian" ucapnya sambil terisak.
       
Aku mendekat dan memeluknya, ibu Nayla ibu kandung Zhoumi dan Naomi sekaligus wanita yang sudah lebih dari 10 tahun menjadi ibuku setelah kepergian orangtuaku. Ibu Nayla terus menangis dalam pelukanku, aku membisikan kata tidak apa-apa berulang kali meskipun sekarang air mataku juga ikut menetes mengikuti tangis pilu bu Nayla.
       
" Ibu malu, apa yang harus ibu katakan pada orangtuamu di akhirat nanti, mereka menitipkanmu pada ibu tapi justru ibu membuatmu terluka seperti ini" ucapnya masih dengan isak tangisnya.
       
" Tidak apa-apa bu, semua sudah berlalu ini sudah takdir yang digariskan Allah untukku, bukan salah ibu atau siapapun, semua akan baik-baik saja seiring waktu, mungkin Allah punya rencana lain untukku bu" ucapku berusaha bijak.
       
Ibu Nayla mengangguk sedih dan kembali memelukku.
      
" Apapun yang terjadi kamu tetap anak ibu, dan akan selalu begitu." ucapnya parau.
      
Aku menenggelamkan diriku di pelukan hangat bu Nayla, pelukan yang selalu memelukku menggantikan pelukan Mommy yang tak bisa kurasakan lagi. Pelukan hangat ini biasanya menenangkanku tapi kali ini pelukan ini sarat dengan rasa bersalah yang mengguar didiri bu Nayla.
       
Malam semakin larut, bu Nayla masih setia tidur disampingku, aku menatapnya dengan sedih, gurat-gurat kesedihan juga masih tetlihat di wajah lelapnya bu Nayla. Aku tahu bagaimana perasaan bu Nayla saat ini, dia tipe ibu yang sangat mencintai anak-anaknya dan melakukan apapun untuk kebahagian mereka. Bu Nayla pasti menghadapi dilema di hatinya di satu sisi dia pasti bahagia dengan kebahagiaan putranya di sisi lain dia pasti merasa bersalah padaku karena kebahagiaan putranya derita bagiku. Bu Nayla mengurusku sejak orangtuaku meninggal dalam sebuah kecelakaan 11 tahun lalu, dia menyayangiku dengan baik karena aku anak dari adik sepupu dan sahabatnya pak Hans suaminya. Bu Nayla tak ingin kehilanganku dari keluarganya karena itulah dia ingin aku menjadi mantunya tapi karena keinginan itulah justru membuatku merasakan sakit hati yang luar biasa.
       
Keluarga pak Hans dan ibu Nayla menerimaku dengan baik di rumah ini oleh karena itu sebisa mungkin aku tak ingin membuat mereka khawatir. Seperti pagi ini, aku bersikap seperti tidak terjadi apa-apa kemarin meskipun luka di hatiku masih menganga dan mungkin bernanah.
      
Aku menyapa ceria semua orang yang menungguku di meja makan, dapat ku rasakan atmosfir kecanggungan di sini tapi aku berusaha tetap tersenyum bahkan aku menyapa Cindy dan kak Zhoumi yang terlihat kikuk melihat kedatanganku. Semua mata tertuju menatapku dan aku hanya membalas mereka dengan senyuman manisku. Aku tahu mereka masih menatapku sedih tapi setidaknya dengan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa mereka akan tahu jika apa yang terjadi kemarin sama sekali tidak mempengaruhi hidupku. Meskipun pada kenyataannya tasa sakit itu ada dan mengendap di hatiku tapi biarlah hanya aku yang merasakannya, biarlah hanya aku yang tahu sedalam apa rasa sakit di hatiku.
       















































































































































































































.




      
     

Cinta Untuk Carien (Pindah ke Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang