3.Kebetulan Atau Takdir

12.9K 1.4K 22
                                    

Hari demi hari, minggu demi minggu berlalu begitu saja karena kesibukanku waktupun terasa cepat berlalu, acara pernikahan Naomi sekaligus persiapan fashion week yang akan aku ikuti benar-benar menyita banyak waktuku. Kesibukan yah aku sangat mensyukuri kesibukan ini, setidaknya kesibukan ini berhasil memfokuskan fikiranku yang bercabang. Bohong jika aku mengatakan aku baik-baik saja karena ternyata hidup seatap dengan pria yang pernah ada dihatiku rasanya sangat tidak nyaman ditambah lagi pria itu bahagia dengan keluarga barunya, ah rasanya sesek banget hatiku ngeliatnya.

Aku menggelengkan kepala mengeyahkan segala rasa yang berkecambuk dihatiku pada tumpukan kertas design yang ada dihadapanku. Aku fokus atau berusaha untuk fokus memilih design-design cantik untuk fasihon week yang akan datang. Suara pesan masuk di smartphoneku mengalihkanku dari kertas-kertas di hadapanku menuju benda segi empat yang ada ditasku.


From : Mr Shaman
Selamat pagi nona cantik, sudah sarapan?


Aku tersenyum kecil membuka pesan itu, terhitung sejak kecelakaan tempo hari, Shaman pria itu selalu mengirimkan pesan singkat setiap hari bukan hanya sekali tapi hampir setiap waktu pagi, siang hingga malam. Dia sepertinya tak pernah bosan menanyakan hal-hal sepele atau hanya mengucap salam tapi anehnya aku tak merasa terganggu dengan semua pesan darinya malah aku senang jika ada pesan darinya dan bete jika dia tidak mengirim pesan bak anak ABG labil yang lagi jatuh cinta.

To : Mr Shaman
Selamat pagi... ini sudah jam 9 tentu saja aku sudah sarapan.

From : Mr Shaman
Kalau makan siang pasti belum kan?
Aku jemput jam 11:30 yah, see you...


Aku tersenyum membaca pesan darinya, pria satu ini entahlah ini kebetulan atau takdir. Ternyata Shaman adalah pemilik cafe di sebrang butikku, dia tinggal di kawasan yang sama dengan rumahku yang dulu aku tempati bersama orangtuaku dan orangtuanya dikubur di pemakaman yang sama dengan orangtuaku. Entahlah aku merasa ada benang merah antara aku dan Shaman yang membuat kami selalu bertemu tanpa sengaja. Setiap hari kami makan bersama atau hanya sekedar ngopi bersama rasanya nyaman berada disampingnya, menerima perhatiannya, mendengar leluconnya dan itu sukses membuat hariku penuh dengan senyuman.

Waktu berlalu jam 11:30 pun datang, aku segera membereskan mejaku karena Shaman akan datang dan dia tipe orang yang gak pernah ngaret. Seseorang mengetuk pintu dan aku bisa tebak pasti Shaman.

" Masuklah, sebentar lagi aku selesai" ucapku sambil sibuk membereskan kertas-kertas di hadapanku.

" Duduk dulu Sham, bentar yah" ucapku tanpa melihat kearahnya.

Aku masih sibuk membereskan mejaku ketika seseorang masih berdiri di hadapanku dan tak menyapaku sama sekali tidak seperti Shaman yang biasanya. Aku menghentikan kesibukanku dan mendongakkan kepala untuk melihat wajah Shaman, mataku membulat sempurna ketika yang ada dihadapanku bukan Shaman melainkan Zhoumi dengan muka kusutnya.

Aku mengerejapkan mataku mencoba meyakinkan penglihatkanku dan memang yang ada dihadapanku adalah Zhoumi bukan Shaman seperti yang aku kira. Zhoumi berdiri dihadapnku sambil memangku bayinya yang tertidur. Aku tak tahu harus bersikap bagaimana padanya kedatangannya tak terduga dan di tambah lagi desiran hatiku yang masih saja tidak tahu malu membuat aku tambah serba salah.

" Ada perlu apa?" tanyaku kaku.

" Maaf kakak ganggu kamu Rien, kakak mau nitipin Syua sama kamu" ucapnya gusar.

Cinta Untuk Carien (Pindah ke Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang