5.Lamaran Shaman

10.4K 1.2K 5
                                    

Hari ulang tahun Syua yang pertama di rayakan sederhana di rumah bu Nayla, hanya ada aku, bu Nayla dan Shaman serta 50 anak yatim untuk memeriahkan acara. Orangtua Syua tak bisa hadir di acara penting ini karena sang ibu sakit, aku tersenyum miris melihat keceriaan Syua yang sedang belajar berjalan di papah Shaman.

Semenjak Zhoumi menitipkan Syua hari itu, hampir setiap hari Syua dititipkan padaku, tanpa sadar aku menyayangi anak itu meskipun jika mengingat apa yang telah orangtuanya lakukan padaku rasa sakit di hatiku masih terasa. Tapi terlepas dari semua itu aku menyayangi Syua, aku jatuh cinta pada gadis kecil itu, aku rasa orangtuanya pasti menyesal melewatkan hari-hari perkembangan Syua yang begitu lucu dan menggemaskan.

4 bulan aku menghabiskan waktu bersama Syua, melihat perkembangannya, dari mulai duduk, merangkak, bicara hingga sekarang dia mulai berdiri dan belajar berjalan. Aku menyanginya sangat menyanginya entahlah karena aku selalu bersamanya atau karena apa tapi yang pasti aku sangat menyayanginya seperti menyayangi anakku sendiri, meskipun sebenarnya aku tidak tahu bagaimana mencintai anakku sendiri karena aku belum pernah memilikinya. Aku tak tahu apa yang orangtua anak itu lakukan sekalipun mereka tak pernah sempat menanyakan Syua padaku bahkan ketika sekarang Syua tidur dikamarku mereka tak peduli sama sekali.

" In..." panggilan lucu dari Syua menyadarkanku.

Aku tersenyum dan memangku tubuh kecilnya kepangkuanku. In yah Syua memanggilku begitu, aku tak tahu kenapa dia memanggilku begitu mungkin karena dia mendengar orang-orang memanggilku Rien jadi dia ikut-ikutan. Syua sudah pandai berceloteh meskipun hampir semua ucapannya tak bisa ku mengerti. Syua gadis kecil ini telah mewarnai hidupku bahkan karena gadis kecil inilah hubunganku dengan Shaman menjadi sangat akrab seperti sebuah keluarga. Yah keluarga kecil dimana aku dan Shaman jadi orangtuanya dan Syua menjadi anaknya, ah tidakkah itu menyenangkan?



" Happy birthday to you.... happy birthday to you..." suara lagu ulang tahun terdengar semarak di ruang tengah kediaman bu Nayla sedangkan sang anak yang berulang tahun sibuk ingin mengacak kue berlilin angka satu di hadapannya.

Pesta kecil-kecilan itu semarak dengan doa dan tawa dari anak-anak yatim piatu meskipun si peran utama belum mengerti arti dari ulang tahun dan malah asyik mengacak-acak makanan yang ada di hadapannya sampai belepotan.



Menjelang malam Syua sudah tertidur lelap dengan piyama princess barunya, aku tersenyum melihat betapa manisnya anak itu ketika tidur. Suara pesan masuk di ponselku mengalihkan perhatianku.


From Shaman
Aku ada di depan rumahmu keluarlah, aku ingin menunjukan sesuatu padamu.


Aku tersenyum membaca pesan darinya dan segera bergegas berganti pakaian untuk menemuinya. Setelah menitipkan Syua pada si bibi dan berpamitan pada bu Nayla dan Pak Hans, aku berjalan menemui Shaman yang sedang bersender di mobilnya dengan senyum yang terukir di bibirnya.

Aku membalas senyumnya dan mendekat kearahnya, Shaman tidak bicara apapun dia membukakan pintu mobilnya dan mengisyaratkan aku untuk masuk ke dalam mobilnya. Aku menuruti permintaannya dengan bingung tapi Shaman tetap tak bicara dengan senyum manis yang tak pudar dari wajahnya.


Selama perjalanan Shaman tidak berbicara apapun hingga mobil berhenti di sebuah bukit. Shaman membukakan pintu untukku keluar. Diatas bukit yang dihiasi lampu-lampu kecil dengan sebuah meja yang lengkap dengan sajian makan malam romantis. Dari atas bukit tempat kami berdiri aku bisa melihat pemandangan malam kota Jakarta. Aku menatap takjub pada pemandangan yang tersaji didepan mataku. Shaman tersenyum dan menarik kursi untuk aku duduk, lalu dia duduk di hadapanku dengan senyum yang masih mengembang diwajahnya.

" Apa ini terlalu cepat?" tanyanya.

" Terlalu cepat untuk apa?" tanyaku bingung.

" Aku mencintaimu dan aku tahu kamu juga mengetahui perasaanku, jadi maukah kamu menikah denganku?"

Aku melebarkan mataku tak percaya mendengar ucapannya, jujur saja aku benar-benar kaget mendengar lamaran darinya. Hatiku berdetak sangat cepat, apalagi tatapan matanya yang menyiratkan penuh harap membuat tubuhku membeku. Sejujurnya aku bahagia mendengar lamaran darinya tapi masih ada keraguan dihatiku, meskipun tak dapat kupungkiri aku merasa nyaman berada di sampingnya.

" Aku bisa melihat keraguan dimatamu, but it's okay aku tak perlu jawabanmu sekarang. Ayo sebaiknya kita makan malam dulu nanti makanannya dingin" ucap Shaman masih dengan senyumnya meskipun aku tahu ada sedikit kekecewaan di matanya.

Aku hanya bisa mengangguk dan menuruti perintahnya, aku sangat gugup dengan semua ini, bagaimana tidak ini adalah moment pertama kali aku menerima lamaran dari seorang pria semenjak eksistensiku didunia apalagi dalam suasana yang romantis bak film-film romance seperti sekarang ini.

Aku tak dapat mencerna makananku dengan baik saking gugupnya, kaki dan tanganku terasa basah oleh keringat. Aku tak berani menatap kearah Shaman karena rasanya canggung setelah mendengar pernyataan cinta darinya.

" It's okay jangan canggung begini, kan sudah ku bilang kalau kamu belum bisa jawab sekarang tidak apa-apa. Bagaimana kalau kita pacaran dulu saja yah selama 1 bulan mungkin, mari kita saling mengenal lebih dalam dulu setelah kamu yakin padaku mari kita menikah" tawar Shaman dengan senyumannya.

Aku mendongak menatap kearahnya, menatap wajahnya yang masih berseri dengan tatapannya yang penuh pengharapan.

" Kumohon beri aku kesempatan" pinta Shaman.

Aku masih diam seribu bahasa, banyak hal yang berseliweran dikepalaku, logikaku masih mendominasi daripada hatiku. Aku memikirkan baik buruknya jika berpacaran dengan Shaman, sebagian otakku mengatakan tak ada salahnya jika mencoba lagipula Shaman orang baik dan tidak mungkinkan dia berniat buruk atau bertindak macam-macam padaku tapi sebagian otakku mengingatkan jika Shaman orang yang baru aku kenal dan belum tentu apa yang dia tunjukan dihadapanku adalah dia yang sebenarnya.

" Rien...Carien kamu tidak apa-apa?" tanya Shaman khawatir.

Aku menatap lekat-lekat Shaman mengajak otakku untuk memutar kenangan tentang pria dihadapanku, wajahnya, senyumnya, suaranya hingga tingkah lakunya yang membuatku nyaman selama ini. Shaman ikut menatapku, dari matanya tersirat harapan an pemujaan ketika menatapku.

" Baikalah aku mau" ucapku pelan.

Shaman tersenyum bahagia mendengar ucapanku, dia bangun dari kursinya dan berjingkrak-jingkrak bahagia seperti anak kecil. Hampir saja dia berhambur memelukku tapi untungnya dengan sigap aku menghindar.

" Ops... maaf aku terlalu bahagia" ucapnya malu.

Aku tersenyum melihat tingkahnya, Shaman juga tersenyum, karena tidak enak melihat tindakan salah tingkahnya Shaman, aku mengalihkan perhatianku pada keindahan pemandangan kota yang bisa dinikmati dari atas bukit ini. Lama kami memandangi keindahan kota sambil bercanda gurau hingga tak terasa malam semakin larut.

Shaman mengantarkan aku pulang, sepanjang perjalanan dia terus mengumbar senyumnya dan senyum itu menulariku. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku berpacaran dengan seorang pria dan berjalan-jalan du malam hari pula. Jantungku dag dig dug setiap tanpa sengaja pandangan kami bertemu.

Inikah rasanya cinta? yah mungkin inilah yang disebut cinta, saat berangkat tadi hatiku tak seberbunga ini tapi sekarang saat kami resmi pacaran rasanya aura di sekelilingku berubah lebih romantis apalagi di tambah lagu romantis dari K will yang terus berputar sepanjang perjalan kami.


Shaman membukakan pintu saat mobilnya sampai di depan rumah, senyum yang sejak tadi menghiasi wajahnya masih terpatri dengan jelas.

" Selamat malam kekasihku, sampai jumpa besok" ucapnya

" Selamat tidur..."

" Tidur yang nyenyak"

" Mimpikan aku yah"

Shaman berbicara bertubi-tubi, dia sepertinya mengulur waktu agar lebih lama dengaku.

Aku tersenyum melihatnya lalu perlahan mundur untuk masuk ke rumah, ini sudah larut dan tentu tak baik jika kami masih bersama seperti sekarang.

" Selamat malam... Sampai jumpa besok" ucapku sambil melambai.

Shaman menatapku tak rela tapi dia tetap melambaikan tangannya membalas lambaianku.

" AKU MENCINTAIMU" teriak Shaman ketika aku sudah mencapai pintu.

Aku berbalik dan melihat dia tersenyum dan mulai menjalankan mobilnya menjauh dari rumahku. Aku tersenyum sendiri, rasanya aku seperti ABG yang sedang jatuh cinta sekarang ini. Kalau auraku bisa terlihat mungkin aura disekitarku berwarna pink seperti orang-orang yang sedang jatuh cinta di film-film.

Shaman hari ini dia memberiku pengalaman baru dalam hidupku.

Cinta Untuk Carien (Pindah ke Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang