2.Pangeran Bermobil Hitam

15.9K 1.6K 14
                                    

 Bloem butik terlihat ramai dengan pengunjung mengingat sebentar lagi hari raya idul fitri, sebuah tradisi orang muslim yang selalu berburu baju baru untuk merayakannya. Butik bloem salah satu butik terkenal di indonesia menjajakan pakaian, sepatu, sandal, tas hingga aksesoris bertemakan bunga. Seperti biasa saat hari raya seperti ini selalu ada sale besar-besaran yang pasti banyak menarik minat pelanggan. Yap diiming-imingi diskon para wanita berjibun memenuhi butik, saking penuhnya sampai pemilik butik harus turun tangan menjadi pelayan sementara.
         
Di antara ibu-ibu dan wanita-wanita muda yang asyik memilih pakaian, aku terus tersenyum melayani mereka dengan kuping panas karena direcoki Naomi terus menerus.
       
" Ayolah Rien mana mungkin kamu gak kasihan sama kakak perempuanmu satu-satunya ini" rengek Naomi.
       
Aku mengabaikan rengekan Naomi yang terus merengek padaku dan berjalan kesana kemari untuk menyapa pelanggan. Setelah lelah melayani pelanggan dan butik mulai sepi aku kembali ke ruangan kantorku di ikuti Naomi yang belum lelah merengek padaku.
       
  " Ayolah Rien, pernikahanku tinggal 1 bulan lagi, apa kamu tega melihatku menikah tanpa gaun pengantin?" tanyanya pura-pura sedih.
         
Aku hanya memutar bola mataku bosan dengan keluhannya setiap hari tentang itu-itu saja.
       
  " Pokoknya aku gak akan menikah tanpa gaun pernikahan rancanganmu, titik" rajuknya sambil cemberut.
        
Aku menghela nafas berat dan menjatuhkan tubuhku di sofa dan menarik Naomi untuk duduk disampingku.
       
" Naomi kakakku sayang, kita sudah sering bahas ini dan aku udah bosen, kita sama-sama tahu bagaimana nasib pengantin yang memakai gaun rancanganku dan aku gak mau kamu mengalami nasib yang sama seperti mereka." ucapku berusaha memberi pengertian.
        
" YA... Itu bukan salah gaun rancanganmu tapi itu cuma kebetulan" ucapnya ngotot.
        
" Gak mungkin kebetulan terjadi 2 kali ah tidak 3 kali kalau kegagalan pernikahanku dihitung"
        
Mendengar pembahasan kegagalan pernikahanku wajah Naomi langsung murung yap hal itu memang menjadi hal yang tabu untuk diperbincangkan. Dia menatap sendu padaku dan menggenggam tanganku dengan serius.
        
" Maaf..." ucapnya penuh penyesalan.
        
" Tapi kamu tetep harus rancangin gaun pengantin untukku" lanjutnya tengil.
         
Aku menarik nafas pasrah, emang cewek satu ini susah banget di bilangin.
        
" okay tapi kalau terjadi sesuatu jangan salahin aku yah, aku kan udah kasih peringatan situnya yang gak mau denger" ucapku kesal.
         
Mata Naomi langsung berbinar seperti matahari terbit, dia berjingkrak-jingkrak bahagia seperti gadis kecil yang baru saja di belikan mainan oleh ibunya.
        
Aku hanya bisa mendengus melihat tingkah konyolnya, aku tak tahu kenapa orang seperti Naomi bisa di terima di universitas kedokteran dan parahnya lagi sekarang dia sudah jadi dokter.
        
Naomi melirik kearahku yang memandangi kekonyolannya dari balik meja kerja.
       
" Tenang adikku sayang, buatkan saja aku gaun pengantin yang paling cantik masalah resiko nanti aku tanggung sendiri lagipula jika si klimis itu membatalkan pernikahannya akan aku akan menyeretnya dengan tanganku sendiri" ucapnya penuh tekad.
        
Aku menarik nafas berat lagi dan mengangguk menyanggupi permintaannya, Naomi senang bukan kepalang dia langsung menyerangku dengan ciuman bertubi-tubi sampai akhirnya calon suaminya menelpon dan membuat dokter stres satu itu lari tunggang langgang dari ruanganku.
     
     
  Gaun pengantin, sudah lama aku tak pernah mendesain gaun pengantin setelah kegagalan pernikahan dua klienku. Andra dan Tiara dua temanku yang gagal menikah beberapa bulan setelah kegagalan pernikahanku karena memakai rancangan gaun buatanku. Andra bersyukur pernikahannya gagal karena ternyata calon suaminya penipu tapi Tiara ngamuk padaku karena pernikahannya gagal bahkan dia sampai mengobrak-abrik isi butikku. Aku bergedik ngeri bagaimana jika Naomi seperti Tiara, mungkin bukan hanya butikku yang dia obrak-abrik isi perutku pun bisa jadi dia obrak-abrik.
       
Aku termenung di kantorku sendirian sampai seseorang mengetuk pintu membuatku tersadar dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang berseliweran di kepalaku. Dita mengintipku dari balik pintu,
       
" Waktunya sholat dhuhur bu boss" ucapnya.
        
Aku meliriknya sekilas lalu melihat jam di tanganku dan terperanjat melihat jam menunjukan jam 2 siang padahal aku punya janji dengan ibu Nayla jam 1 siang di rumah.
       
" Yah kenapa gak ngingetin dari tadi" omelku sambil berjalan melewatinya.
       
Dan Dita pasti hanya cengo menatapku.

Cinta Untuk Carien (Pindah ke Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang