PART 9

22.9K 1.7K 54
                                    

RENATA

"Makasih ya, Rey… kamu sudah mau menemaniku beli kado buat ulang tahun Mamaku."

Aku mengangguk. "Iya, sama-sama, Ke... Mamamu pasti senang menerima hadiah ini."

"Ini juga berkat kamu, kan kamu yang pilihin warnanya."

Hari ini sepulang sekolah aku menemani Keke membeli kado untuk mamanya yang hari ini berulang tahun. Pasti senang rasanya jika bisa memberikan kejutan ulang tahun untuk orang yang kita kasihi, tapi sayangnya aku tidak pernah bisa memberikan kejutan untuk mamaku sendiri. Karena setiap kali aku melakukannya Mama pasti menolak semua kejutan yang kubuat untuknya dan mengacuhkannya begitu saja.

"Sekarang aku akan menteraktir kamu makan, yuk..." ujar Keke lalu mengamit lenganku.

Aku diajaknya makan di salah satu kedai sushi yang ada di mall ini, namun saat kami baru saja memasuki kedai itu aku dikejutkan oleh dua orang sosok yang sangat kukenali. Kedua orang itu hendak meninggalkan kedai, namun langkah keduanya terhenti saat melihatku.

Keduanya terkejut begitu pun denganku. Aku bingung mengapa kedua orang itu terlihat begitu mesra.

"Kalian berdua!" Seruku.

Keduanya menatapku dengan raut yang sangat terkejut. Lolly segera melepaskan rangkulan tangan Om Bram di pinggangnya saat sadar itu aku.

"Ahh Rey..." gumam Lolly.

"Kak Lolly sama siapa? Papanya ya?" Tanya Keke.

Lolly yang mendengar ucapan itu langsung merangkul lengan Om Bram dan bersikap manja padanya, seperti ia adalah anaknya. "Iya, ini Papapku," ucapnya.

Aku hanya bisa mengerutkan kening menatapnya. Aku lihat Om Bram menggaruk tengkuknya sambil membuang tatapannya dariku. Ada sesuatu yang harus ia jelaskan padaku.

"Om ... tidak ada yang ingin Om Bram jelaskan sama Rey?" Tanyaku Pada Om Bram.

Pertanyaanku itu membuat Lolly dan Keke menatapku dengan kening berkerut. Om Bram kembali menatapku.

"Kamu kenal Papaku, Rey?" tanya Lolly.

"Iya, aku sangat mengenal PAPAMU!" Aku menekankan kata 'PAPA' itu pada Lolly. Aku benar-benar tak habis pikir padanya.

"Say something, Om!" tegasku.

Aku butuh penjelasan darinya soal masalah ini. Dia pernah menceritakan padaku dan Mama jika dia adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinya dan ia tidak pernah mempunyai anak dari istrinya itu, jadi mana mungkin Lolly itu anaknya.

Ia tidak menjawab ucapanku, dia malah menarik lenganku agar mengikutinya setelah tadi ia sempat berbisik pada Lolly.

"Lepas Om, sakit!"

Dia melepaskan tanganku setengah menyentak. "Tutup mulutmu dan jangan pernah berani mempertanyakan atau mengadukan hal ini sama Mamamu! Jika kamu melakukannya Om pastikan Mamamu akan semakin membencimu!" Ucapan kasar itu terlontar tepat di hadapanku.

Jika ia mengancamku sampai seperti ini, berarti benar apa yang kuduga tadi, ternyata Lolly adalah ….

"Jadi Lolly itu..."

"Ya dia jalang cilikku," ucapannya menampar keras hatiku, karena aku tahu hal ini akan menyakiti dua hati sekaligus.

Aku menatapnya dengan kebencian, sumpah sampai kedasar hatiku aku membenci orang ini, aku merutuki setiap perbuatan bejatnya. Ia tak pantas bersanding dengan Mamaku, tak pantas! Begitu pun dengan Lolly dia tak pantas berada di sisi Kak Remy!

Om Bram mengangkat daguku lalu berkata, "jika kamu mengadukan hal ini sama Mamamu, akan Om pastikan Mamamu akan semakin benci sama kamu!"

Aku menepis tangannya dari daguku. "Aku tidak takut! Aku akan membongkar semua kebusukan Om sama Mama, aku tidak rela kalau Mama harus bersanding sama Om!"

Love HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang