PART 10

22.9K 1.8K 69
                                    

RENATA

Sedih, hancur, sakit ... ya itulah yang kurasakan saat ini, di mana orang yang paling kusayang, paling kucintai meragukan semua ucapanku. Ia tak memercayaiku dan hal itu membuatku sedih, benar-benar sedih

Lagi-lagi aku tak dapat membendung air mataku, air mata ini terus saja jatuh dan sekali lagi aku kembali menagis.

"Sudahlah Rey, aku yakin Remy butuh waktu untuk dapat memercayaimu. Dia butuh waktu untuk bisa percaya jika Lolly bukanlah gadis yang baik untuknya," ujar Kak Alex sambil menepikan mobilnya di depan rumahku.

"Aku cuma punya kalian berdua, kalau kalian tidak percaya padaku, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi," gumamku.

Kak Alex mengusap pucuk kepalaku dengan sayang. "Aku percaya padamu dan akan selalu percaya. Aku janji, aku akan membuat Remy percaya padamu."

Aku hanya bisa tersenyum, walau senyum itu sedikit kupaksakan. "Pulang dan istirahatlah." Aku mengangguk lalu keluar dari mobilnya.

Sebelum mobil Kak Alex pergi, sekali lagi aku mengucapkan terima kasih padanya.

Aku menghela berat napasku saat melihat mobil yang dikendarai Kak Alex menghilang di persimpangan. Andai Kak Remy bisa bersikap seperti Kak Alex, apa semua akan menjadi lebih mudah bagiku?

Aku mengedik dan aku melihat sebuah mobil telah terparkir di garasi luar. Aku menduga Mama sudah pulang, dengan cepat aku mengusap sisa air mataku dan mulai melangkah memasuki rumah.

Aku harus menceritakan semua kebusukan Om Bram pada Mama, Mama harus tahu semua tingkah pria brengsek itu sebelum Mama menikah dengannya.

Saat hendak masuk aku melihat Om Bram keluar dari rumah, aku menatapnya penuh dengan kebencian, namun ia malah menatapku dengan seriangai kemenangan.

"Katakan apapun yang ingin kau katakan padanya," ucapnya sambil menyeringai.

Aku melihatnya memasuki mobil yang terparkir di garasi luar, ia pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun lagi.

Aku benar-benar bertekad akan menceritakan semua kebusukan orang itu pada Mama, orang itu tak pantas untuk bersanding dengan mamaku, dan aku tak akan membiarkan pernikahan mereka itu terjadi!

◇◇◇◇◇

"Mbok, Mama di mana?"

"Sepertinya, di ruang kerjanya, Non...."

Aku mengangguk lalu pergi ke ruang kerja Mama. Aku tak akan menundanya, aku akan menceritakannya pada Mama.

Aku mengetuk pintu ruang kerjanya. "Ma!"

Terdengar suara dari dalam, sepertinya Mama memperbolehkan aku untuk masuk. Aku menekan knop dan membuka pintu itu.

Aku jarang sekali ke ruang kerjanya karena Mama selalu melarangku. Ia tidak suka jika diganggu saat sedang bekerja, yang aku tahu Mama bekerja pada salah satu tabloid dan ia adalah seorang editor handal, dan dari hal itulah kami bisa hidup berkecukupan sampai saat ini. Rumah besar yang kami tinggali ini adalah rumah warisan dari seorang wanita tua yang sudah menganggap Mamaku sebagai putrinya sendiri, wanita tua yang baik hati itu meninggal saat aku baru berusia satu tahun.

Love HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang