Another Story of Inapa Zushila ~

3.8K 165 8
                                    

“Oke, aku mau jadi pacar kamu.” Kata-kata itu meluncur manis dari bibir mungilku, Inapa Zushila. Kupindahkan ponsel ke telinga kananku, dengan wajah datar.. Kulirik kalender di atas tempat tidurku, 11 november 2011. Bukankah tanggal yang indah untuk jadian?

Yeah, mungkin aku akan menjadi gadis yang sangat bahagia karena bisa jadian di tanggal yang sangat cantik ini. Tapi tidak, aku tidak se-bahagia itu. Mungkin terkesan gila dan jahat, tapi aku sama sekali tidak mempunyai perasaan dengan laki-laki ini. Laki-laki yang selama sebulan ini melakukan PDKT padaku, dan akhirnya kini berani menyatakan perasaannya.

“Kalau begitu sekarang kita jadian?” Suara lelaki itu, Muhammad Zacky Satriyo. Aku mengangguk, walaupun tau dia tidak melihat. Bahkan suaranya terdengar sangat senang, kontras dengan wajah datarku saat ini.

“Yap. Kalau gitu, sampai ketemu di sekolah.” Tanpa menunggu jawabannnya, aku langsung memutus hubungan. Kulempar ponselku entah kemana, dan langsung kurebahkan badanku di ranjang kesayanganku.

“Kita bahkan nggak pernah pegangan tangan, jajan bareng, pergi bareng, dan yang lain. Terus gimana kamu bisa ngelakuin itu sama cewek lain, Fer?”

“Mereka cuma sahabat aku Shil,”

“Kalau gitu, kamu pacaran aja sama sahabat kamu! Kita putus!”

BRAK! Kulemparkan bantalku dengan emosi. Bayangan itu lagi, bayangan yang membuatku nyaris gila! Kenapa kejadian itu terus membayangiku? Kejadian 2 bulan lalu, ketika aku memutuskan hubungan dengan Ferri. Mantan pacar pertamaku. Arghhhh, apa yang sebenarnya aku pikirkan? Aku mengerang ketika merasakan cairan putih mengalir dari mataku.

Bahkan kejadian itu sudah 2 bulan berlalu, kenapa aku masih terus menangis? Kuacak rambutku dengan frustasi. Mungkin ini salah satu alasan kenapa aku menerima Satriyo, karena aku ingin lari dari perasaanku. Bisakah aku menyebutnya sebagai pelarianku? Apakah aku sekejam itu?

&&&&&

“Kita putus, Sat.” Satriyo menatapku kaget, dan aku tau aku memang sangat jahat.

“Kita baru jadian 4 hari Shil, apa salahku?” Dia bertanya bingung, dan yang kulakukan hanya mengangkat bahu.

“Kita nggak cocok, lebih baik kita temenan aja.” Aku memaksakan sebuah senyum tipis, dan langsung berlalu darinya. Anggaplah aku jahat, anggaplah aku tidak punya perasaan. Tapi lebih jahat mana dengan membiarkannya terus berharap padaku, sedangkan perasaanku masih seutuhnya untuk Ferri?

Kenapa aku begitu bodoh? Kenapa?! Bahkan Ferri sudah mendapatkan penggantiku dengan cepat, lalu apa yang aku pertahankan sekarang? Perasaan apa yang sedang aku perjuangkan? Kau bodoh Shila!

&&&&&&&

Beberapa hari setelahnya, aku masih berhubungan dengan Satriyo. Anggaplah aku jahat, tapi aku memang paling tidak bisa menolak orang.

“Shil?” Dia memanggilku ragu.

“Ya?” Jawabku ringan, sembari memindahkan ponsel ke telinga kiriku.

“Kamu sekarang sama siapa?” Dia bertanya langsung, membuatku agak khawatir dengan kelanjutan pembicaraan ini.

“Aku lagi sendirian.” Jawabku berpura-pura bodoh.

“Maksudku, kamu sekarang pacaran sama siapa?” Dia menjelaskan dengan sabar, dan aku langsung merasakan bahaya.

“Aku… single” jawabku ragu. Ya aku memang single, tapi yang membuatku ragu adalah kelanjutan pembicaraan ini.

“Kalau sama aku, mau nggak?” See? Aku mengerang dalam hati. Ini sudah kedua kalinya dia meminta kembali, yang pertama melalui sms.

“Ha apa? Kamu bilang apa, Sat? Aku nggak denger.” Aku mencoba mengulur waktu, dan ketika dia mau mengulangi kata-katanya, aku langsung memotong “Hmm aku ngantuk Sat,”

Love 1 : You can't live without love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang