Part 9

8.4K 302 70
                                    

Emily berjalan dengan gontai memasuki rumahnya. Ia benar-benar merasa kacau dengan perasaannya. Emily baru saja akan membuka hatinya untuk Aldan, namun dengan tiba-tiba Audrey meminta dirinya untuk melepaskan Aldan. Emily terus berjalan menundukan kepalanya melewati ruang tengah tanpa menyadari ada seseorang yang memperhatikannya.

"Em, kamu baru pulang?"

Suara bariton itu mengagetka Emily. Ia melihat Owen sedang bangun dari duduknya dan menghampiri Emily yang masih diam mematung.

"Emily, kamu kenapa?" tanya Owen yang kini sudah berdiri menjulang dihadapan Emily dengan kedua tangan yang ia masukan kedalam kantong celana jeansnya. Emily mendongakan kepalanya dan menatap mata kecoklatan milik Owen. Seperti lumpuh, Emily langsung menerjang memeluk tubuh tegap Owen lalu menangis dengan sekencang-kencangnya. Owen yang tidak siap, sampai-sampai tubuhnya mundur kebelakang beberapa langkah. Ketika melihat Emily sedang menangis dengan kencang, Owen langsung memeluk Emily dan mencoba menenangkannya.

"Hey, kamu kenapa?" tanya Owen dengan halus sambil mengusap punggung dan kepala Emily. Tidak ada jawaban dari Emily, yang terdengar hanya isakan yang semakin menjadi dari bibir Emily. Dengan tangan kekarnya, Owen lalu mengangkat tubuh Emily yang masih bergetar karena tangis kearah sofa dan mendudukannya diatas pangkuannya. Layaknya anak kecil, Emily merebahkan kepalanya pada dada bidang Owen tanpa diminta membuat Owen tersenyum lucu.

Cukup lama mereka berada dalam posisi seperti itu. Emily duduk dipangkuan Owen, dan Owen mengusap rambut halus Emily.

"Maaf ya Owen, bajumu jadi basah." ucap Emily tiba-tiba sambil tangannya mengelap baju Owen yang sudah basah karena air matanya.

Owen jadi melihat kaosnya yang memang sudah basah, "Tidak apa-apa, Em." ucap Owen sambil terkikik melihat wajah Emily yang terlihat lucu sehabis menangis, hidung mancungnya menjadi berwarna merah seperti tomat, dan matanya menjadi sedikit bengkak, pipinya yang putih pun terlihat memerah.

"Kenapa kamu menertawakan?" tanya Emily kesal sambil mengerucutkan bibirnya dan sebelah tangannya masih sibuk menghapus air mata yang masih tersisa di mata indahnya.

"Heempp, aku tidak tertawa." dengan tiba-tiba owen menghentikan dan menahan tawanya dengan menutup mulutnya dengan tangan kirinya.

"Bohong!" Emily memukul dada Owen dengan kepalan tangannya yang tidak dirasa sakit oleh Owen.

"Aku gak bohong. Apa kamu lapar?" tanya Owen dengan santai masih memainkan rambut Emily.

"Aku mau ice cream." jawab Emily dengan mantap.

"Hei, yang aku maksud itu makan yang benar, bukannya makan ice cream."

"Tapi aku maunya itu."

"Ya, terserah. Sepertinya di kulkas masih ada stok ice cream." ucap Owen sambil memutar bola matanya.

'Owen itu cuek banget sih. Masa gak nanya kenapa aku nangis?' tanya Emily dalam hatinya.

"Owen."

"Heeemm."

"Iihhh, kamu gak mau tau kenapa aku nangis?"

Owen melirik Emily sekilas yang masih berada diatas pangkuannya. "Buat apa aku tau?"

"Dimana-mana kalau cowo ngeliat cewe nangis itu ditanya." ucap Emily dengan sebal.

Owen kembali terkikik, "Hei, aku tadi sudah menanyakannya, tapi kamu malah menangis. Dan aku malas untuk bertanya kembali."

"Mau aku ceritakan tidak kenapa aku menangis?"

"Malasah pria?" tebak Owen dan Emily mengangguk.

"Tidak usah." sambung Owen.

"Aku kan ingin curhat, Owen."

Agreement and PunishmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang