Part 11

7K 278 42
                                    

"Mommy, aku mau pizza ini." ucap Lidya dengan bersemangat sambil menunjuk salah satu pizza yang ada dimenu. Kini Sarah, Eliza, dan Lidya sedang makan bersama di restoran favorit Lidya.

"Kamu gak bosen sayang makan pizza terus?" ucap Sarah sambil terkekeh karena kebiasaan anaknya itu yang selalu memesan pizza.

Lidya menggeleng-gelengkan kepalanya sehingga membuat rambutnya yang pendek dan berponi bergerak-gerak dengan menggemaskan, "Engga, aku gak bosen. Aku suka sekali pizza." ucap Lidya riang sambil memegang perutnya, Sarah dan Eliza saling bertatapan dan tertawa bersama-sama.

Merasa bosan karena makanannya tidak kunjung datang akhirnya Lidya turun dari bangkunya dan berjalan-jalan sesuka hati di dalam restoran. Rambut coklat pendeknya bergoyang-goyang kala Lidya melompat-lompat dengan riang, tak jarang Lidya akan berlari-lari kecil. Ia melihat orang-orang berlalu lalang dengan membawa nampan ditangannya. Dengan ragu namun dengan penasaran Lidya berjalan menuju pintu bertuliskan kitchen. Dengan segera ia berlari menuju pintu, tanpa melihat kesekelilingnya, lalu tiba-tiba ia bertubrukan dengan seseorang.

"Aww___"

PRAAANG

Suara nampan dan piring berjatuhan sangat nyaring terdengar di lantai. Tubuh kecil Lidya sudah tersungkur dilantai. Lalu didepannya seorang pelayan wanita juga sudah tersungkur dilantai dengan kondisi bajunya yang sudah kotor dengan makanan. Di lantaipun sudah penuh oleh pecahan piring dan makanan yang sudah berjatuhan.

"Ya ampun, Lidya!!" teriak Sarah ketika mendapati anaknya yang sudah terjatuh dan sudah menangis. Sarah langsung berlutut dan memeluk anaknya.

"Kamu gak kenapa-napa?" tanya pelayan itu yang panik melihat Lidya menangis. Namun wanita itu masih sibuk dengan makanan yang menempel pada tubuhnya.

"Ah, maafkan anak saya nona." ucap Sarah menyesal sambil menggendong putrinya yang kini memeluk dirinya dan menenggelamkan wajahnya pada leher Sarah.

"Nadya, anda bisa memanggil saya Nadya." ucap Nadya seraya berdiri dan berhadapan dengan Sarah. 

Sarah memandang waitress di depannya. Wanita cantik dengan rambut hitam sebahu dan mata berwarna abu-abu. Sarah memincingkan matanya seakan pernah bertemu dengan wanita dihadapannya.

"Sarah, nama saya Sarah." ucap Sarah sambil mengulurkan tangannya, dengan kikuk Nadya menyambut uluran tangan Sarah.

"Sayang, ayo minta maaf dulu sama tantenya." ucap Sarah dengan lembut pada putrinya. Lidya dengan takut mulai menatap Nadya. Nadya tersenyum ketika melihat wajah Lidya. Wajah mungilnya yang berkulit putih kini sudah memerah, hidung mancungnyapun memerah karena ia habis menangis. Dipipi montoknyapun masih terlihat jejak-jejak air mata.

Nadya bisa melihat bahwa Lidya masih ketakutan melihat dirinya. Nadya menebak bahwa Lidya pasti berpikir kalau ia kan memarahi Lidya.

"Hey sayang jangan takut, aku tidak akan marah." ucap Nadya seraya mendekat dan menghapus jejak air mata di pipi mulus milik Lidya. Lidya mengernyitkan dahinya melihat Nadya dengan jarak yang begitu dekat. Tanpa diduga Lidya memeluk Nadya dengan erat.

"Lidya minta maaf ya tante." Nadya melirik kearah Sarah lalu tersenyum dan menggendong Lidya.

"It's ok honey." ucap Nadya seraya mengelus rambut Lidya dengan sayang.

****************

"Kenapa kamu ceroboh sekali, Nadya?!!" teriak Deny, ia merupakan manager restoran tempat Nadya bekerja. Deny begitu marah ketika mengetahui insiden yang terjadi terjadi tadi siang.

Agreement and PunishmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang