05. Aku Bisa Apa ?

6.7K 205 3
                                    

" rei aku boleh jujur ? / jujur ? Boleh / ..... / jujur tentang apa? / aku.... ". Joan ? Ingin jujur tentang apa? Tentang alvin ? Atau masalah lain? . Aku melihat wajah joan yang penuh dengan kebimbangan ? Takut? Apa sajalah yang mewakili perasaannya malam ini.

" kita, kita memang sudah lama kenal, tapi rei kamu ga merasa apa yang aku rasa? ".

" rasa ? Rasa apa coklat? Strowberry? Vanilla? Hahaha ".

" please this is not joke rei, seriously ! ". Kini aku tahu apa yang dimaksud joan, tapi bagaimana aku harus menjawabnya, seperti perasaan menyukai? Sedangkan aku hanya menyukai alvin selama 6 tahun ini .

" ya maaf joan haha, jadi maksud mu aku punya perasaan suka yang sama dengan kamu? Kamu suka aku ? ". Joan mengiyakannya dan mengangguk.

Aku harus mengalihkan semua percakapan kami, oh Tuhan bagaimana ini?

" joan kita lanjutkan saja besok, aku sudah ngantuk, nite see you tommorow ". Aku mengakhiri video call dan mencerna apa yang baru saja kami bicarakan, joan pria tampan kaya dan normal , yang pasti banyak di segani para wanita tapi sayang dia bukan tipeku. Alvin pria pintar cerdas seorang dokter bedah yang pastinya bisa meluluhkan hatiku, tapi .. aku masih ragu apakah dia normal atau benar - benar gay .

---------------------------

" hai doctor ! Aku bawai in kamu makanan seperti biasanya, ok ". Aku melihat alvin melemparkan senyumnya kepadaku , ini yang aku mau tidak ada halangan, atau apapun yang menghalangi persahabatanku dengan alvin, kecuali perasaanku . Tapi semua sudah berbeda.

" mana bahasa jepang mu yang aku dengar setiap pagi / lagi engga mood vin pake bahasa jepang ". Aku duduk di sofa dan mempersiapkan sarapan alvin .

" sini jangan disitu terus deh vin lama - lama kamu cepet tua mikirin penyakit orang , ayo sarapan mumpung aku ga lagi sibuk - sibuknya.

" ok, sebentar lagi sunshine ". Apa yang membuat dia betah dengan pekerjaan mengetiknya itu, ah aku tau cara untuk membujuknya.

" apa sih yang kamu kerjain? Hmm ". Aku mendekati alvin dan mencoba menggodanya sedikit, entah perasaan apa yang menggelitik di dalamku .

" ssst rei jangan deket - deket , aku lagi.../ lagi apa? Hmm ". Sengaja aku mendekati wajahnya dan aku terjebak dalam permainanku sendiri. Menatap wajahnya yang kini menghadap ke arah ku.

" oh pak dokter aku, aku sakit perut ". Aku berusaha meminimalisir keadaan   menjadi senormal mungkin dengan leluconku yah bisa dibilang tidak lucu sama sekali.

" rei aku tahu kamu ngegoda aku, tapi kali ini aku engga bisa menerkam kamu lagi, ayo makan ".

" seharusnya kamu khawatir bukan cuek begini ". Alvin selalu saja membuatku kesal dan lebih nya lagi aku tidak bisa mengutarakan di depan dirinya.

" gini dong masak nasi goreng kesukaan aku, udah bosen tiap pagi makan sasimi, udon, ramen dan sejenisnya , sini mau aku suapin ga rei? / engga, aku lagi mikir nanti sore aku mau pakai pakaian apa buat ketemu joan, oh iya aku butuh ke salon ! Bisa anterin aku? ".

Kulihat alvin berhenti dari aktivitas makannya dan sekarang ia, sedang menatap ku dengan mata tajamnya.

" aku sudah bilang untuk satu hari ini saja, jangan ketemu sama dia rei, kamu itu ya keras kepala ! Terserah lah ! Sorry aku engga bisa antar aku sibuk dan pasien -pasienku banyak ".

" ok kalau kamu enggak bisa, aku bisa sendiri ".

Aku terdiam sesaat dan segera untuk keluar dari ruangannya. Aku masih bertanya - tanya dalam benakku sendiri , sebenarnya apa hubungan alvin dengan joan? Kalau bukan saling suka? Apa mereka mantan pacar? Atau apa?

Gay or No ? (Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang