Alex vs Erwin: Terganteng se-Teknik

12.1K 711 42
                                    

Nama: Alexander Wirawan Sendratama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nama: Alexander Wirawan Sendratama

Panggilan: Alex, Alek, Bule, Wawan

Jurusan: Arsitektur Interior '12

Kondisi: Setengah mati


Hah, pusing gue. Pusingnya yang beneean pusing, sakit kepala, gue udah nggak tidur tiga hari gara-gara begadang di studio buat bikin tugas akhir.

Iya, gue bentar lagi lulus, doain ya akhir tahun udah S.T.

Oke, balik lagi ke kondisi fisik gue, muka gue udah cekung, mata gue udah kayak panda. Tiap pulang ke rumah, Mama gue suka memandang gue dengan ngeri dan berkali-kali nanya, "Lex, kamu di kampus nggak narkoba, kan?"

Betapa teganya Mama gue membuat tuduhan kayak gitu ke anak bungsunya ini...

Tapi pas gue ngaca di toilet kampus hari ini, gue sendiri terkejut sih, kacau, kenapa gue jadi jelek begini ya. Gue kan ganteng!! Lo semua nggak tau kan, udah delapan semester berturut-turut muka gue nggak pernah nggak ada di Instagram kampusganteng. Semua orang di kampus mengakui ketampanan gue; meski ada juga sih yang salty, protes kenapa muka gue selalu nangkring disitu, dan biasanya itu cowok.

Yaelah, sirik aje.

"Haduh." Gue mengeluh sambil nyentuh kantong mata sendiri, mengerikan, item banget. "Mesti nanya Mabel gimana caranya buat ngilangin ini."

"Lex?" Tau-tau ada yang nyaut dari salah satu bilik toilet, bikin gue sedikit terlonjak panik, efek nonton film horror kemarin pasti.

"Siapa tuh?"

"Guaaa."

Siapa ya. Suara berat tapi cempreng juga tuh siapa yang punya?

"Jauzan?"

"Ho'oh."

Ye, si kuda. "Apaan manggil-manggil?"

"Gapapa, manggil doang. Bosen."

"... Gak jelas lu, nyet. Bosen mah keluar."

"Gak bisa. Mules."

"Diare?"

"Iya."

Gue langsung ketawa kenceng, jahat sih, tapi entah kenapa lucu aja. Ini orang pulang dari Boston masih aja random, gue kira bisa lebih berkelas dikit.

"Pantesan bau banget daritadi. Cabut ah gue."

"Yah, jangan dong. Temenin."

"Najis."

"Btw, lo kok jelekan dah sekarang, pantesan Casa nggak demen lagi." Jauzan diem sebentar, sebelum kemudian lanjut sambil ketawa, "Demennya sama gue hahaha!!!!"

"Ya kan emang pacar lo, bego." Gue mungkin terdengar nggak peduli, tapi sebenernya gue mikirin banget.

Bukan mikirin Casanya. Mikirin muka gue. Gue langsung ngaca lagi dan dalam hati mengiyakan opini Jauzan. Bukan cuma mata yang jadi kayak panda, tapi kulit gue juga jadi jelek, padahal dalam sejarah keluarga gue nggak pernah ada yang kulitnya jelek.

The Little ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang