Anthony Sinarta.
Ark Genesis. Genesis berarti permulaan. Ark Genesis merupakan mahakarya yang ia kerjakan selama bekerja di Siegberg Company. Sina, John, Kou, dan belasan orang jenius dari berbagai bidang ilmu dari fisika, biologi, kimia, arsitek, radiologi, dan masih banyak lagi, bekerja sama selama lebih dari lima tahun untuk mengembangkan Ark Genesis. Semula proyek fiktif ini ditertawakan, sekarang proyek ini menyelamatkan.
Tapi itu dulu...
Kini, Sina tak lagi bekerja di Siegberg Company. Jika kalian mencarinya, well, di sinilah ia sekarang. Tanah pemakaman. Sebenarnya istilahnya saja yang tanah pemakaman. Nyatanya, tanah sudah tidak ada lagi di bumi. Tanah sudah terendam samudra, berubah jadi karang di dasar laut. Tanah yang ada adalah kombinasi unsur organik yang diciptakan salah satu anggota Siegberg Company yang dikhususkan untuk menanam tumbuhan saja. Bukan untuk... tanah pemakaman.
Sina, lelaki yang usianya tidak belia lagi, berdiri di atas hamparan bidang kaca yang membentang di atas gerigi roda penggerak Ark Genesis yang berlayar di samudra bumi. Air bergolak di bawah ruang mesin yang memuat gerigi-gerigi itu. Beberapa terciprat mesin, muncrat ke bawah kaca tebal yang kini tengah menampilkan gambar padang rumput luas tanpa batas.
Sina mengangkat kepalanya, menatap matahari artifisial yang merupakan lampu pijar raksasa ciptaan ahli fisika di Siegberg Company. Panasnya menyengat. Jarak antara ubun-ubun dengan matahari itu kira-kira lima meter saja. Dengan panas yang mengigit, seharusnya Sina sudah terpanggang di sana. Namun Sina tak beranjak sejengkal pun dari tempat itu.
Bunga-bunga bermekaran di kaca. Sebenarnya itu sekedar video saja. Tapi teknologi tiga dimensinya membuat bunga dan rumput itu seperti nyata. Sina menunduk, menatap sebuah nisan yang muncul di kaca. Nisan lainnya muncul. Sebaris nisan tanpa ujung muncul di kaca. Sina berjalan menyusuri barisan nisan sampai ia tiba di depan nisan bertulisan...
"Anindi Ahreza."
Sina berlutut di depan nisan pipih sambil menyingkirkan ujung coat hitamnya. Mata abu-abu gelapnya menatap seluruh permukaan gambar nisan seakan nisan itu benar-benar nyata. Jarinya yang panjang menyentuh permukaan kaca yang hangat terkena radiasi matahari artifisial. Ia hembuskan napas berat lalu ia menyentuh foto Anindi Ahreza dengan ibu jarinya.
CONFIRM
Gambar di kaca berubah. Dari hamparan tanah pemakaman menjadi petak-petak gambar, video, dan dokumen mengenai Anindi Ahreza. Dari foto formal untuk membuat KTP sampai akte lahir dan paspor. Semuanya ada di sana. Dokumen-dokumen penelitian Anindi, jurnal penelitian di kampus, sampai indeks prestasi Anindi selama kuliah ada di sana. Tapi bukan itu yang dicarinya. Sina melangkah ke atas petak gambar video yang diunggah Anindi ketika ia pergi ke pantai buatan di Ark Genesis tahun 2028.
"Hei Sina~"
Sina tersenyum menatap wajahnya sendiri yang disorot kamera Anindi. Lelaki kurus yang mungkin pinggangnya hanya selebar kertas A4, tinggi seratus enam puluh delapan senti, kulit sawo manis, rambut hitam berantakan dan dibiarkan panjang karena ia tidak sempat ke salon, dan kacamata John Lennon bertengger di hidungnya yang mancung. Badannya masih dibungkus jas lab dan kemeja yang biasa ia kenakan kalau ia kuliah. Dan sandalnya adalah sandal rumah yang terlalu berbulu yang tidak pas dipakai menginjak pasir buatan.
"Kamu kenapa nggak ganti baju?"
"Gua ketiduran di lab... Sorry. Baru baca sms l--"
"Ciyeeeeee!!!"
"Sina ke pantai. Sina ke pantai, Bro!"
"Wah numben Sina ke pantai. Ei, Bro! Udah bosen, ya, sama lab?"
Sina menatap dirinya sendiri yang garuk-garuk kepala waktu teman-temannya menyapanya dari belakang. Sina sangat kikuk. Tersenyum pun susah. Dia masih kaget disapa teman-temannya. Lalu dia mendekat ke kamera ketika Anindi menarik kameranya mundur ke batas pantai. Semakin lama, Anindi semakin cepat. Anindi berlari ketika Sina mulai mengejarnya dan memanggilnya.
"Lepasin sendal kamu!"
Sina berhenti ketika sandalnya tenggelam di air laut. Ia baru sadar bahwa Ark Genesis yang masih dalam proses pembangunan itu hanya sekedar kapal yang mengambang di perairan bumi. Pantai dan laut ini bukanlah kekayaan alam yang sesungguhnya. Ia masih di kapal laut raksasa Ark Genesis yang meraup sebagian kecil laut lepas untuk melengkapi kekayaan alam yang kurang di lingkungan buatan Ark Genesis.
Ketika Anindi menyorot benteng tinggi yang dibangun di sekeliling laut itu dan kembali lagi menyorot Sina, wajah Sina berubah serius. Bahkan Sina tidak menjawab panggilan Anindi sampai Anindi menyorot mukanya dekat-dekat.
"Kita udah di ujung Ark. It's okay, Sina. Kamu nggak usah takut lagi."
"Sekarang Ark lagi di Jepang. Iya, kan?"
"Iya... Ark emang lagi jalan di atasnya Jepang. Memangnya kenapa?"
"Nin."
"Hmm?"
"Lu yakin mau masuk Siegberg Company?"
"Kok kamu nanyanya serius gitu? Ya... aku udah bulet mau masuk situ begitu lulus nanti. Memangnya kenapa?"
"Nggak apa-apa... Nin. Gua nggak bisa masuk Siegberg Company."
"Kenapa?"
"Karena... begini, Nin. Ningen it--"
Video mendadak hilang, terhapus dari kaca. Begitu juga dengan dokumen-dokumen Anindi beserta foto-foto yang pernah diunggah ke situs web Ark Genesis. Gambar di kaca berubah. Warna hitam legam mengisi kaca. Dua buah lingkaran, hijau dan merah, dan sebuah dialog sistem muncul di depan kaki Sina.
DO YOU WANT TO ERASE ALL DATABASE FROM CITIZEN'S DATA?
Jari Sina bergerak ke lingkaran hijau. Ia diam sejenak. Ragu-ragu ia menempelkan jarinya... dan sebuah dialog peringatan muncul di seluruh permukaan kaca.
WARNING. WARNING. POWER GENERATOR 10 INTERUPTED.
Seluruh permukaan kaca bergetar. Bukan seperti gempa. Seperti berdiri di panggung yang dihentak bass speaker. Sina mundur ke undakan luas di lantai besi di belakang kaca. Ia bersiap meninggalkan tanah pemakaman. Tapi ketika ia berlari ke pintu elektrik, sebuah guncangan keras menghantam Ark Genesis dari bawah. Keras sekali. Sina terlempar kembali ke undakan, tergelincir, dan jatuh ke kaca. Untungnya kaca cukup keras untuk menahan benturan badan Sina.
WARNING. WARNING. WARNING. MOTION CONTROL DOWN.
Kesakitan, Sina masih berusaha berdiri. Ia memandang kaca yang mendadak kembali bening. Ia melihat mesin-mesin yang rusak di bawah kaca. Air menyembur dari pipa-pipa utilitas di bawah kaca. Gerigi-gerigi hancur dan jatuh ke air. Goyangan ombak mulai terasa. Sina merasakan ombak yang mendorong Ark ke atas, lalu ke bawah, lalu ke samping kiri dan kanan. Ia mulai mual. Tapi ia tetap melihat ke air di bawah ruang mesin.
Sebuah benda putih melintas di bawah ruang mesin...
"N..."
Sina bergeming melihat betapa panjangnya benda putih itu. Dari jarak sejauh itu, ia masih dapat menebak permukaan benda itu... Sisik... Keras dan tajam. Warnanya putih dan mengkilat seperti dilapisi sayap capung. Sisik-sisik itu menggores badan kapal sedikit demi sedikit sampai terdengar bunyi menyakitkan.
Apa yang baru saja ia saksikan membuatnya takut setengah mati. Makhluk bersisik, panjang, besar, berenang sedekat ini dengan Ark Genesis...
"Ningen..."
Apa yang ditakutinya muncul kembali...
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Black Tail
Science Fiction2036 Bumi 100% perairan. Manusia tinggal di Ark Genesis, bahtera raksasa yang memanfaatkan teknologi dimensional untuk menciptakan dunia baru di dalam bahtera. Tapi Ark Genesis tidak selamanya aman. Ketika salah satu generator Ark Genesis rusa...