Sebelumnya aku mau minta maaf dulu karena kemaren kemaren sempet ga update karena aku sibuk dan juga lagi agak ga enak badan alias sakit. Jadi baru bisa update sekarang, maaf atas keterlambatannya. Selamat membaca semua.
"Arti dari mencintai itu berarti membodohi diri sendiri. Sebab sekuat apapun dia menyakiti maka sekuat itu pula kamu akan terus memaafkannya"
-PL***
Bunyi suara ketukan sepatu di lantai terdengar di lorong sepi. Terlihat dua orang pria sedang berjalan menyusuri lorong disana sambil sesekali bencengkrama membicarakan suatu hal.
"Papa setuju sama proyek yang kita meetingkan tadi, jadi Papa minta kamu tangani proyek itu dengan baik Li" Salah seorang dari pria disitu menyuarakan pendapatnya kepada salah satunya.
Ali menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Tadi dia baru saja menyelesaikan meeting dengan beberapa dewan direksi dan Papanya sendiri selaku pemegang saham tertinggi, meeting tadi berjalan dengan lancar karena di komando oleh Ali sendiri. Bahkan beberapa investor yang ada diundang kesana pun ikut terkesan dengan ide ide Ali tadi.
Papanya semakin bangga dengan dirinya, walaupun Ali adalah anak laki laki satu satunya di dalam keluarga mereka dan tak cukup dekat dengan kedua orang tuanya dikarenakan dirinya terlalu sibuk mementingkan bekerjanya dan memang sifatnya yang dingin serta minim akan keperduliaan.
Papa Ali sendiri tersenyum bangga dengan kemampuan putranya itu. Tak salah memang jika dirinya memberikan amanat untuk memimpin perusahaan mereka kepada Ali karena Ali sangat berkompeten.
Tak terasa mereka sudah sampai di depan ruangannya Ali, Papanya ternyata mendapatkan sebuah telepon sehingga mengharuskan Ali masuk terlebih dahulu sedangkan dia akan mengangkat telepon. Ali mengangguk dan menuruti perkataan papanya, tanpa berlama lama dia langsung saja membuka pintu hitam itu dengan santai.
Saat membuka pintu ruangannya, Ali begitu terkejut saat melihat ada sosok Prilly disana. Padahal sepengetahuannya tadi gadis itu sedang tak berada dikantornya mangkanya Ali terlihat tenang tenang saja tapi nyatanya sungguh sial sekali dirinya bertemu gadis itu. Dan apa pula kelakuannya yang berani memasuki ruangan Ali.
Bagaimana bisa gadis itu ada disana. Pikir Ali saat melihat Prilly tengah berdiri di sudut ruangan dekat meja kerjanya dan menghadap ke arah jendela besar diruangan Ali.
Ali menggeram kesal saat ruangan pribadi miliknya di usik oleh orang lain, apalagi disana ada banyak privasinya. Tanpa pikir panjang dengan wajah kesal dan penuh amarah dia langsung berjalan menuju Prilly dan langsung menarik kasar tangan Prilly hingga gadis itu berbalik dengan penuh rasa keterkejutan saat melihat siapa yang menarik tangannya itu.
"Ali?"
Panggil Prilly dengan gamang.Ali mencengkram tangan Prilly semakin kuat, dia begitu kesal dengan gadis di depannya itu. Begitu tidak mengerti dengan apa yang sudah dia peringatkan berkali kali dan malah terus mengulanginya seolah ancaman Ali hanya omong kosong belakang.
"Kita lihat yang kau maksud omong kosong itu!"
"Apa yang kau lakukan disini?" Ali bertanya dengan kesal.
Prilly bergidik ngeri sambil meringis ketakukan, dia hanya bisa menunduk sekarang sambil menggelengkan kepalanya tentu saja. Ali sungguh menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Betapa Aku Mencintaimu
General FictionJerman, 10 october 20xx Seandainya aku bisa memutar waktu, maka aku akan mengulang masa dimana pertama kali kita bertemu. Dan aku akan sedikit lebih sopan dalam perkara mencintaimu, dengan bertanya "Apakah kau bersedia untuk menerima hatiku?". Bukan...