******
Aku ingin menjadi wanita yang sama dengan yang lainnya, bukan berbeda.
******
Perkenalkan nama ku Aira, Aira hindayana. Seorang wanita tomboy yang selalu menyukai hal-hal yang berbau olahraga. Sepak bola salah satunya, bahkan aku ikut mendaftar di salah satu ekstrakurikuler disana. Walaupun aku termasuk dari sedikit wanita yang masuk ke sana, tapi aku senang dan perlahan aku mulai memiliki banyak teman. Salah satunya teman satu team ku Arnold, dia pria yang periang dan baik, dia selalu menemani ku setiap harinya. Pergi sekolah bareng, eskul bareng. Padahal rumah kami sangat jauh, tapi Arnold selalu menunggu ku untuk pergi bareng.
"Hai Aira."
Arnold menepuk pundakku dan tersenyum melihatku, aku membalikkan badanku dan juga tersenyum menatapnya. Seperti biasa Arnold memakai seragam sekolah yang berantakan dengan sepatu yang sudah bolong sana-sini.
"Sepatu mu rusak kenapa enggak beli yang baru Nold?"
Arnold melihat ke arah sepatunya kemudian kembali tersenyum ke arahku. Arnold yang tersenyum hanya menarik pundakku ke arahnya dan menyuruhku segera masuk ke dalam Bis.
Arnold memberikan tempat duduk padaku dan kemudian berdiri di depanku, aku hanya diam dan menatapnya kosong. Sebenarnya saat ini hatiku sudah mulai tertarik padanya tapi aku takut Arnold malah tertawa dan menjauhiku. Kalau sampai hal itu terjadi, aku benar-benar tidak tahu harus bersikap seperti apa kepada Arnold.
"Soal sepatu tak usah di perdebatkan, aku akan ganti yang baru."
Arnold menunduk menatapku dan langsung mengalihkan tatapannya ke depan. Aku hanya tersenyum dan menepuk tangan Arnold kemudian.
"Ada apa?"
"Bagaimana kalau kita taruhan, bentar lagi ada liga eropa kan? Siapa yang kalah harus mengabulkan keinginan yang menang."
Arnold menatapku dengan datar, sedetik kemudian dia tertawa dan memengang perutnya karena tak tahan dengan apa yang telah aku katakan.
"Haha. Bilang aja mau belikan aku sepatu, enggak usah pakai alasan segala."
Arnold melihatku sambil menaikkan sudut bibirnya, aku yang melihatnya seperti itu langsung mengalihkan tatapanku dan mengerucutkan bibirku. Dan dengan keadaanku yang seperti ini Arnold malah kembali tertawa dan mencolek pundakku.
"Hei, kamu tau ada banyak kejadian cabul kalau udah saat-saat jam pulang sekolah, jadi hati-hati ya. Apalagi cewek."
Arnold menatapku tersenyum, lalu kembali berkata kepadaku yang telah mengalihkan tatapan ke arahnya.
"Tapi karena kamu bukan cewek. Itu enggak akan terjadi. Haha."
Arnold kembali tertawa dan menundukkan wajahnya, aku yang diejeknya hanya menundukkan wajah dan kemudian kembali menatap Arnold yang tersenyum. Wajah Arnold tidak ganteng sebenarnya tetapi jika aku menatap dirinya lama seperti ini bisa dinyakinkan bahwa aku akan tertarik padanya.
###
"Aira."
Salah seorang teman wanitaku mendatangiku dengan senyuman di wajahnya dia mengandeng seorang cowok dan menyuruh cowok itu bersalaman denganku.
"Topan."
Cowok itu menarik tanganku dan bersalaman denganku, aku yang hanya bisa tersenyum heran menatap Topan dengan mata yang menyipit. Siapa pria ini? Pikirku.
Setelah kami berkenalan, Sahsa langsung menarik lenganku dan berbisik di telingaku. Suaranya semula sangat mengenakkan tetapi ketika aku mendengar nama Arnold disebut aku langsung mengalihkan tatapanku.