Fake Love

33 4 0
                                    

Saat jam berdetik tidak ada yang tahu kapan dia akan berhenti. Saat sesuatu di perjuangkan tidak ada yang tahu kapan dia akan terlampaui.

Saat sebuah cinta di kejar tidak ada yang tahu kapan dia akan tersakiti.

Ada sesuatu yang membuatku terus bertengkar dengan batinku, perasaan dan fisik yang saling egois, bahkan jiwaku ikut termakan hasutannya. Semakin hari diriku semakin diperbudak, oleh batin yang mengarahkan suatu perasaan ke seorang perempuan bernama Naya,

"Jo, disuruh bu Diana ke perpustakaan."

"Iyaudah tunggu sebentar gua lagi masukin data siswa 12 IPA 1."

"Nanti aja ayo." tangannya telah menarik lenganku, tanpa disadari aku pun mengikut.

Sebelumnya aku adalah salah satu anggota OSIS di SMAN Negeri 1, banyak yang mengetahui bahwa aku adalah seorang siswa yang sangat jarang berkomunikasi dengan makhluk yang disebut WANITA, bahkan bila kegiatan itu terjadi mereka bisa menghitungnya menggunakan jari. Karna aku seorang penggila belajar, temanku hanya sekumpulan para laki-laki yang mempunyai IQ tinggi, siswa-siswa pandai dan buku-buku tebal. Tak ada cinta apalagi wanita.

Namun setelah mengenal Naya batin ku berkata lain, sikap ku semakin berubah, interaksiku padanya semakin sering, bahkan saat jam kosong dirinya sering menghampiriku dan aku tak mengelak.

"Bodoh?" salah satu cacian yang di lontarkan anon dalam ask.fm milikku. Bahkan banyak yang menyayangkan kedekatan ku pada Naya. Hampir setiap hari Naya mendapat hujatan dari sahabat karibku, bahkan junior-junior yang mengenalku. Namun lagi-lagi aku membelanya di depan semua orang.

Pikiranku semakin tertuju padanya, buku-buku yang sering aku baca kini hanya menjadi pajangan di ruang belajarku, ayah dan bunda tidak mengetahuinya kecuali adikku yang selalu bertanya tentang hujatan para anon di media sosial.

"Bangjo, itu kenapa fans lu pada ngesupport lu terus tiba-tiba banyak yang ngehujat lu pakai anon? Ada masalah apa sih?"

"Ga ada apa-apa, udah belajar sana. Inget! kalo lu ga peringkat 1 semester ini. Gua suruh followers gua nge unfoll lu! Mau?"

"Yaelah bang, gua kan cuma nanya. Lagian kita kenapa beda sekolah sih, gua kan pengen sekolah di SMAN 1 juga." wajahnya memelas saat menuju ke luar ruang belajarku.

"Salah satunya karna gua ga mau ketika gua punya masalah lu kebawa juga."

Tak ada yang tahu apapun yang terjadi saat ini, biarlah semuanya berjalan seperti air yang mengalir.

Naya yang mampu memikatku itu semakin menarik saja di mataku, ajakannya selalu saja aku terima, entah itu makan, jalan, main, dan hal-hal seru lainnya.

Saat itu sepulang dari tempat makan yang biasa aku datangi dengan Naya aku membuka ask.fm pada handphone ku. Dan mendapati banyak pertanyaan yang mampu menggores otakku.

Bangjo, lu ga sadar apa? Ini udah mau UTS dan lu masih aja sering ke luar buat main? Gua ga pernah ngeliat lu baca buku di kantin, di koridor atau dimanapun lagi sejak lu deket sama Naya.

Bang inget kata-kata yang pernah lu ucapin 'biar saja langit mendung saat tidak ada matahari, setidaknya dia mempunyai awan yang menemani ketika petir mengelilinginya.' lu bilang sahabat segalanya, tapi apa? Lu lupain sahabat-sahabat lu cuma demi cewe yang ga memberikan dampak baik buat lu.

Lu ga mencintai dia bang, lu cuma kehasut! Gua yakin itu!

Bang buka mata lu, kita sayang sama lu. Dia bikin lu lupa sama cita-cita lu. Cita-cita buat menjadi seseorang yang membanggakan adik dan kedua orang tua lu.

Challenge 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang