Keadaan tidak menjadi lebih baik, itu yang di pikirkan Josh ketika duduk di ruang ganti dengan handuk putih melingkar di pinggang. Ia baru saja selesai mandi setelah sesi latihan untuk persiapan pertandingan sebulan lagi melawan Universitas EKU. Latihan intensif tidak membuatnya lupa dengan bayangan rambut merah yang tergerai di atas bantal. Kulitnya yang pucat, mata coklatnya yang bercahaya. Sial! Harusnya malam itu ia menghubungi Debby bukannya berpura-pura menyibukkan diri kerumah ibunya.
"Yo... Baton, anak-anak mau ke bar di seberang. Kau ikut?" tanya Dom Hemmings- pemain belakang. Josh menghela nafas panjang, minum mungkin bisa menghilangkan keresahan ini... "tentu, kenapa tidak. Aku akan menyusul."
"baiklah, kami akan menunggu kau di bar" tukas Dom. Josh hanya menggumam setuju sebelum beranjak mengambil pakaian di dalam locker.
Bar sore itu ramai dengan adanya Happy Hours. Banyak mahasiswa yang berkumpul disini, sekedar minum atau bermain lempar panah. Para Huskies - sebutan untuk tim football Amerika UW - menempati ujung bar yang dekat dengan arena foosball.
Josh berjalan menuju meja bar, dan menemukan Quinn di balik meja bar tengah menyajikan bir dalam gelas bir besar pada salah seorang pelanggan.
"hai J-man," Quinn menunduk sembari mengelap meja bar, menunjukkan dua bukit kembar yang hampir keluar dari crop top putih yang dikenakannya. "bagaimana kabarmu, Quinn?"
"sibuk seperti biasa," sambil menyodorkan botol corona pada Josh. "tapi aku bisa menyisihkan sedikit waktu untukmu."
"itu sangat menyegarkan Quinn, tapi itu artinya membuatmu tidak akan sama lagi untukku."
Quinn menopangkan siku ke meja bar, "dan apa sebenarnya tempatku di dirimu?"
Josh menunjuk tengah dadanya.
"paru-paru?" Quinn berdecak sebal. "kau penting untukku, seperti paru-paru yang mengangkut udara ke dalam tubuh" tukas Josh tersenyum. Quinn mencibir, "dan kau Mr. playboy, rayuanmu berhasil lagi kali ini."
Josh menyeringai, meletakkan sejumlah uang untuk membayar minuman lalu pergi mendatangi teman-temannya.
"Yo... Baton! My Man!" Sulli bergegas menyambut Josh. Merangkul pundak. Sullivan merupakan Kapten dan bermain sebagai CenterBack. Memiliki tubuh besar seperti pemain WWF.
"man... kau sangat berani kemarin. Ayo beri ruang untuk pejuang kita!" seru Sulli. "Aku tidak menduga kau akan memukul anggota Lexton. Harley bedebah itu memang tidak pantas menghirup udara yang sama dengan kita tapi aku tidak menyangka kau akan memukulnya."
"yah... aku juga tidak menduga" bisik Josh kecut, sembari menyesap botol birnya. "aku dengar karena masalah wanita?" Sulli menyeringai lebar. "kau hanya termakan gossip murahan."
"yah... aku hanya mendengar sambil lalu. tapi kalo pun itu benar aku mengucapkan selamat bung. Sudah sepantasnya kau memiliki pacar" jelas Sulli meninju pundak Josh main-main. Hanya gumaman yang di berikan Josh sebelum Roxy - pacar Sulli duduk dipangkuan Sulli dan mulai mengalihkan perhatian Sulli.
Josh kembali memusatkan pikirannya pada minuman dan pikirannya kembali mengelana pada Debby. Sialan! ia meneguk lagi bir nya. Ya Tuhan, apa yang salah dengan diriku? Bercinta dengan wanita itu adalah hal terburuk yang terjadi semalam. Gara-gara gagasan sederhana macam itu, pikirannya mulai mengembara, tubuhnya menegang. Ada sesuatu yang lain yang membuat Debby berbeda dari wanita lainnya. Ada suatu kerapuhan... sesuatu yang di sembunyikannya dari balik keganasannya itu. Dan itu terus menghantui Josh sampai sekarang.
"Hei... kursi ini kosongkan?"
Josh mendongak dan melihat Cindy duduk di seberangnya. Berdandan cantik, dengan rambut yang tergerai dan tank top halter neck warna hitam. Senyum yang terkembang di bibir merah itu seakan menelanjangi Josh, dan itu tidak baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Already You're Mine
Romance"Dia kuat, cantik, seksi, garang, dan terlebih dia seorang tuan putri!" mereka selalu mengelu-elukannya, tapi dibalik semua itu ia menyimpan rahasianya sendiri. dibalik kegemerlapan dunianya, Deborah Bass - Sowerby - Debby menyimpan keresahan peli...