Nightmare...

4K 172 0
                                    

Sudah hampir seminggu sejak kejadian itu, dan mereka belum pernah bertegur sapa. Walaupun sering bersinggungan tapi rasanya ada kecanggungan yang menjulang antara mereka berdua. Sebisa mungkin mereka berdua menyibukkan diri dengan berbagai macam hal. Walaupun kadang mereka berdua diam-diam mencuri pandang, tapi perasaan melilit ini begitu besar dan ego pun menang.

mobil Debby parkir di tempat biasa. Dibelakangnya ia bisa melihat mobil Ford hitam juga berhenti. Ramon segera turun dan membukakan pintu belakang setelah melihat keadaan sekitar. Mereka berdua menaiki lift dan Ramon memasukan kunci.

"M'Lady, kita kedatangan tamu" ujar Ramon setelah berbicara lewat handsfree. "oh... siapa?" pertanyaan itu sekaligus dengan bunyi denting lift terbuka. Debby melangkah keluar dari serambi dan James membukakan pintu utama.

"Duke dan Dutchess, M'Lady" jawab Ramon. Seketika jantung Debby berhenti berdetak. Kakinya langsung terhenti melangkah. Pintu utama terbuka, dan disana kedua orang tua nya duduk dengan angkuh di sofa. Ibunya, Dutchess Gwen bass – glucksburg, dalam balutan wrap dress merah marun dengan aksen flare di bagian bawah. Rambut coklat gelapnya di gelung sederhana. Sedangkan ayahnya, Stephen bass – glucksburg, membaca Koran. Pakaiannya santai, Sweater putih, celana coklat gelap, dan jas warna senada yang telah ditanggalkan dan di lipat di sandaran sofa. Ayahnya tidak berubah banyak hanya rambut merah menyala itu yang ditebari sedikit helaian uban. aneh rasanya, dalam 3 tahun tidak bertemu melihat mereka di sini. Masih dengan keangkuhan ala bangsawan.

Thomas masuk mengumumkan kedatangan Debby, dan Debby bisa melihat kedua orangtuanya menoleh kearahnya dalam tatapan datar. Debby menelan ludah menanti komentar sinis sang Ibu Naga.

"apa ini pakaian yang kau kenakan ke kampus, Deborah?" Gwen mengernyit jijik. "yah... selamat datang dan selamat tinggal," Debby memutar matanya. "itu yang namanya penyambutan pada kedua orangtuamu?"

"apa yang kau inginkan Bu? Menyembah kakimu?" Debby menaikan satu alis, menatap Ibunya yang balas menatap tajam. "aku tidak heran, 3 tahun tidak bertemu kelakuanmu tidak berubah sedikitpun."

"maafkan karena mengecewakanmu, Bu. Tapi inilah aku sebenarnya, Her Majesty."

"jaga bicaramu, Deborah!" kata Ayahnya yang sejak tadi diam melihat perang dingin kedua wanita itu. Gwen membuang muka, "kami akan berada di Amerika selama 7 hari."

"baguslah, aku harap kalian sudah memesan kamar di hotel lain. Ramon, antar Duke dan Dutchess ke luar."

"ALEXANDRINE DEBORAH SCHLESWIG MARINE BASS – GLUCKSBURG!!" suara Ayahnya kembali menggelegar. Debby menutup mulut dan beranjak naik keatas. "apa sekarang kau jadi pengecut dan lari ke atas?" Stephen berkata. Di Bordes, Debby mencengkram pegangan tangga dengan erat. Hatinya bergumul dengan kemarahan. ia menegakkan punggung dan mengangkat dagu keatas, lalu berbalik turun. Melihat itu Stephen memanggil Dotty untuk menyiapkan makan siang.

Di meja makan, suasana tegang sangat terasa. Hanya suara dentingan garpu dan detak jam yang mengisi keheningan di ruang makan. Dotty dan Nina menyajikan ikan Cod saus paprika dengan asparagus dan kembang kol tumbuk. Ketika hindangan utama diangkat dan teh disajikan beserta kue-kue kecil, tradisi yang tidak pernah lepas dari keluarga dan dibawa Debby kemari. Ayahnya mengatakan sesuatu yang membuat Debby syok.

"kondisi Kakekmu semakin lemah dan akan diadakan pemilihan untuk menentukan penerus selanjutnya. seperti yang kau ketahui, Kakekmu menujuk aku dan Joseph, huh..." Stephen terkekeh. "menghasut dewan sehingga diadakan pemilihan."

"dia hanya iri padamu" tukas Gwen menyentuh tangan Stephen. Stephen mengangguk. "jadi aku dan Ibumu kemari selama 7 hari dalam urusan untuk mempererat silahturami dan mencari dukungan."

Already You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang