Will menghembuskan napasnya perlahan. Dia memandang ibunya yang berdiri di samping Valden yang menatapnya dengan tatapan 'Kau sudah bertemu dengan mate mu? Kenapa kau tidak memberitahuku?'
Will meneguk air liurnya secara perlahan. Ini tidak akan membantunya. Dia berusaha mencari jawaban yang pasti dan tidak membuat ibunya terus mendesaknya.
"Mom, aku tidak mau menjadi pusat perhatian di pesta ini dan aku tidak nyaman dengan pandangan semua tamu di pesta ini," ucap Will perlahan.
"Baiklah. Kau berhutang penjelasan padaku, Will." Ibunya kembali bergabung bersama teman-temannya yang sedang menikmati hidangan yang sudah di sediakan.
Will menghembuskan napasnya pelan. Dia melotot pada Valden memukul bahu Valden pelan.
"Kau membuatku dalam bahaya, Val," gerutu Will perlahan.
"Itu tidak terlalu buruk, Will," Valden terkekeh.
Will merasa jengkel mendengar tawa Valden. Terdengar seperti mengejeknya.
"Tidak buruk katamu?" Tanya Will perlahan namun terkesan tegas.
"Pastinya besok pagi akan di adakan rapat keluarga dan kau hanya akan di tanyai beberapa pertanyaan. Aku yakin kau pasti bisa menjawabnya karena kau seorang Alpha," celoteh Valden.
Kata-kata Valden tidak sedikit pun membantu bagi Will. Dia harus mencari alasan agar ibunya tidak membicarakan masalah mate.
"Itu akan jadi masalah besar, Val," lirihnya.
"Apa masalahnya? Kau tinggal memberitahu keluargamu dan semuanya akan selesai," ucap Valden.
"Tidak semudah itu Valden Alianska," ucap Will perlahan.
Valden berpaling pada Will. Dia menatap Will. Tepat pada matanya. Ia melihat ada ketakutan di sana.
"Apa masalahnya, Will?" Suara Valden terdengar serius. Tidak! Dia benar-benar serius sekarang. Dia tidak pernah melihat Will seperti ini.
"Mungkin mudah untuk memberitahu keluargaku, tapi bagaimana dengan mateku?" Will berhenti bicara sejenak. Valden masih menunggu kata-kata selanjutnya.
"Setelah memberitahu orang tuaku tentang mateku, orang tuaku akan memintaku untuk membawanya ke Pack," sambungnya.
"Apakah sulit untuk membawanya ke Pack? Kau Alpha. Pasti akan mudah," ucap Valden perlahan.
"Dia manusia, Valden dan kau tahu Mom 'kan? ." Will terdengar frustasi. Will mengucapkannya dengan perlahan. Bahkan sangat perlahan.
Valden menarik napas panjang. Berusaha mencari jawaban yang pasti dan membuat Will merasa lebih baik.
"Aku yakin orang tuamu akan menerimanya dengan baik." Menurut Valden itu jawaban yang ia punya saat ini dan jawaban yang ia yakin cukup tepat dan tidak membuat Will bertambah buruk.
"Dan aku juga yakin orang tuaku merimanya dengan baik, tapi bagaimana dengan mateku? Apakah ia akan menerima diriku dengan baik? Ia bahkan tidak tahu aku ini siapa." Will mengeluarkan semuanya yang ia rasakan semenjak ia bertemu dengan matenya.
Dia merasa khawatir jika matenya menolak dirinya. Dia khawatir matenya tidak bisa menerima apa adanya dirinya. Dan itu membuatnya frustasi.
"Aku yakin dia akan menerima dirimu apa adanya Will," ucap Valden tenang. "Kau beruntung sudah menemukan matemu," sambungnya.
"Ya. Semoga saja ia bisa menerimaku apa adanya dan semoga kau segera menemukan matemu," ucap Will tulus.
"Terima kasih. Itu akan sangat membantu," ucap Valden sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Luna
WerewolfSteffany Lifio tidak tahu kalau ia adalah mate seorang Alpha. Steffany berusaha menjauhi Alger Willson tapi takdir selalu mempertemukan mereka. Alger Willson selalu datang di saat ia membutuhkannya. Berkali-kali Steffany menolak tapi takdir itu sela...