Will berlari sekencang-kencangnya. Dia tidak mungkin membiarkan Trey mengambil alih tubuhnya karena mereka berada di tengah kota. Orang-orang akan terkejut melihat seekor serigala besar berlari di tengah kota.
Will menggeram karena merassakan tangannya semakin sakit. Will berhenti sejenak dan memandang apartemen Steffy, mate-nya. Will berlari ke dalam apartemen matenya dan mendobrak pintu apartemen tersebut.
Will langsung mencengkram kerah baju laki-laki yang sedang menindih Steffy. Will memukulnya berkali-kali sehingga laki-laki itu tidak sadarkan diri. Will terus memukulnya walaupun laki-laki itu tidak lagi berdaya. Will menghempaskan tubuh laki-laki itu ke lantai.
Will menghampiri Steffy yang sedang menekuk lututnya di sudut apartemen. Dia ketakutan, tubuhnya menggigil. Will menyentuh bahunya, membantunya berdiri.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Will cemas.
Will menggeram melihat kondisi Steffy. Pergelangan tangannya memar, mungkin karena cengkraman laki-laki tadi. Tubuhnya bergetar karena ketakutan, tapi itu hanya sebentar. Kemudian, dia kembali tenang.
"Ya."
"Kenapa kau masih bekerja di sana jika kau tahu kalau bosmu berperilaku seperti ini?" teriak Will kesal.
"Aku butuh hidup. Kau pikir aku aku bekerja disana?" Steffy balik berteriak pada Will.
"Kau bisa cari pekerjaan lain," nada suara Will kembali melembut.
"Kau pikir mencari pekerjaan itu mudah? Aku sudah sering melamar pekerjaan tapi tidak ada yang mau menerimaku karena aku hanya tamatan SMA," ucap Steffy kesal.
"Bahkan aku sudah mengatakan sesuatu yang seharusnya yang tidak kukatakan pada orang lain," gumamnya.
Will diam, mencoba berpikir. Dia memandang Steffy.
"Kau bisa bekerja di perusahaanku," ucap Will.
Ya. Dia pikir akan lebih baik kalau Steffy bekerja di perusahaannya. Dia bisa mengawasi Steffy dan melindungi Steffy dari orang-orang yang mau mengganggunya.
"Tidak. Terima kasih. Aku tidak mau berhutang terlalu banyak padamu. Bahkan, aku tidak tahu siapa dirimu," jawab Steffy santai.
"Kenapa kau keras kepala sekali? Kau tidak berhutang sedikit pun padaku. Kau adalah tanggung jawabku. Bukankah kita sudah pernah berkenalan? Kenapa kau masih tidak tahu namaku?" tanya Will heran.
"Ah, ya. Aku lupa. Tapi, aku bukan tanggung jawabmu. Terima kasih atas bantuanmu. Aku pikir sekarang aku baik-baik saja," ucap Steffy sambil membereskan apartemennya yang berantakan akibat perlawanannya pada bosnya yang mencoba berbuat yang tidak-tidak padanya.
"Baik-baik saja? Kau yakin?" tanya Will keras.
Will tidak percaya kalau gadis yang berdiri di depannya berbicara seperti itu. Will menggelengkan kepalanya.
"Dia bisa saja datang lagi ke sini dan berbuat yang tidak-tidak lagi,"
"Aku akan berhati-hati. Aku akan mengunci apartemenku dan menyiapkan alat untuk memukulnya kalau dia mencoba masuk lagi,"
Will mendengus dan mengepalkan tangannya.
"Aku tidak bercanda, Steffy?"
"Aku juga tidak bercanda. Aku baik-baik saja." Steffy menghembuskan napasnya perlahan dia berjalan mendekati Will. Dia berhenti tepat di depan Will. "Aku yakin aku akan baik-baik saja. Aku tetap bekerja di sana karena aku membutuhkannya. Aku tidak bisa menerima tawaranmu karena aku merasa berhutang budi padamu..."
"Sudah aku bilang, kau tidak berhutang apapun padaku," geram Will.
"Aku tahu. Tapi, aku merasa begitu. Aku harap kau mengerti dan tidak lagi mempermasalahkannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Luna
WerewolfSteffany Lifio tidak tahu kalau ia adalah mate seorang Alpha. Steffany berusaha menjauhi Alger Willson tapi takdir selalu mempertemukan mereka. Alger Willson selalu datang di saat ia membutuhkannya. Berkali-kali Steffany menolak tapi takdir itu sela...