What?!

36 4 6
                                    

Ia tersenyum.

Tangannya masih melingkar di pinggangku, seperti tahu jika aku akan ambruk. Sudah 30 detik semenjak kejadian tadi, aku masih belum bisa mencerna apapun.

"Hey?" Panggilnya menyandarkanku, ah dia sangat tampan!

"What did you do?"

"What did we do." Ia mengoreksi. Kepalaku pening, tanganku mencoba menyingkirkan tangannya dan bergerak mundur. "We kissed."

"I didn't do anything. You were the one who kissed me. I didn't kiss you." Ia tergelak dan maju mengacak-acak rambutku. "Hey stop."

"C'mon, we have to explain this to Bunda." Aku melotot kearahnya. Apa Dia bilang? Maksudnya harus menjelaskan kejadian barusan. "About the 'ah gue cium lu' not about the kissing."

Oh Tuhan! Dia menciumku, ini kutukan atau keajaiban. Ah, entahlah namun hatiku sekarang berdebar-debar. "God, my heart!"

"Hey, what happened?" Tanyanya, tangannya perlahan meraih tangan kiriku. Aku tidak menepis, perasaanku menghangat.

"My heart beats faster when I'm with you." Aku menggigit bibir, antara gugup dan malu untuk mengatakan itu. "God, why did you kiss me?"

"Hey you asked me, remember?" Aku mengernyit tidak mengerti. " You said 'ah gue cium lu'"

Ah, bodoh.
Harusnya aku berpikir dulu sebelum bicara. Jadi kesannya kan aku yang kegatelan.

"I didn't mean that! I was joking!"

"Rea-"

"Ngapain sih lama banget?" Suara Dipta memotong pembicaraan kami, aku berharap Dipta tidak tahu tentang masalah barusan. Bisa runyam jika dia tahu. "You owe us an explanation Calum."

"Calista will explain this to you."

"What? No!" Kenapa harus aku yang menjelaskan? Yang bicara aneh kan Calum, bukan aku.

"You won't? You sure?" Ia tersenyum, mencurigakan. Pasti ia akan berbuat aneh lagi, jadi daripada ia menjelaskan hal-hal aneh pada Dipta dan Bunda mending aku saja.

"Ok, fine!"

"Bang, yuk aku jelasin." Aku melangkah kearah Dipta. Lalu menengok kearah Calum yang sedang cengengesan. "And you, please don't do anything stupid."
------------

"APA JADI KAMU PENGEN NYIUM DIA?"

kan mulai dah berisiknya.

Aku, Dipta dan Bunda sedang berada di kamarku. Aku mencoba menjelaskan tentang Calum tadi. Dan alhasil Dipta jadi seperti cacing kepanasan sedangkan Bunda malah menunjukan cengirannya.

"Ih bukan gitu, gimana ya? Aku refleks!"

"Bang, wajarlah. Calum kan ganteng, jadi mungkin si dede jadi pengen nyium gitu." Dipta makin melotot kearahku. Ah, kenapa sih Dipta sangat protektif begini.

"Udah ah, kasian tuh Calum di bawah." Aku berniat untuk turun menghampiri Calum, tangan Dipta menahanku.

"Pokoknya kamu ga boleh berduaan sama Calum ya?'' pinta Dipta. Matanya menatapku. Aku tahu Dipta sangat menyayangiku, makanya ia jadi protektif seperti ini.

"Bun, Abang possesif banget kaya jadi pacar aku aja," kataku pada Bunda sambil cengengesan. Sedangkan Dipta cemberut. "Elah iya bang iya ga berduaan dah."

Ribet dah padahal ena juga berduaan sama Calum. Ena.
Maksudnya ngobrolnya ena.

"Udah deh, Bunda mau mandi dulu. Nanti malem Bunda mau ke rumah sakit lagi. Abang anterin Bunda ya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Started on the Airplane // cth [on Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang