Sembilan

3.7K 136 14
                                    

Satu bulan adalah waktu yang sangat singkat, untuk mempersiapkan sebuah pesta pernikahan, tapi sepertinya benar kata orang kalau segala hal dapat terwujud dengan sangat mudah atas satu alasan yaitu Uang.

Saat ini Ali dan Prilly tengah melakukan fitting baju pengantin, beberapa baju masuk dalam kategori kesukaanya tapi bukan berarti ia akan membelinya semua, ia akan mencoba satu persatu dan akan membeli yang tentu menurut Ali calon suaminya bagus.

"Honey yang ini aku suka banget, pokoknya yang ini aku harus beli, ntar yang laen kamu yang milihin yha." Prilly mengenakan gaun berwarna putih yang sangat cantik, dengan rok yang mengembang cukup besar seperti kurungan, pita pita berukuran besar melingkar menghiasi rok gaun tersebut, tapi sayang gaun tersebut mengekspos seluruh punggung dan belahan dada yang agak kebawah.

Ali menelan ludah melihat penampilan Prilly dari atas kebawah, dari bawah keatas.
"Gak, ganti ganti sekarang." Ali seakan akan tak suka.
"Ihh apaan sih ini kan bagus banget aku suka honey." Prilly.
"Gak aku gak suka." Ali.
"Honey pokoknya yang ini." Prilly kekeuh.
"Terserah, kalo masih mau pake gaun kaya gitu gak usah nikah sama aku." Ali bangkit dari duduknya dan melangkah keluar butik, dengan segera Prilly mengganti pakaianya lalu mengejar Ali kemobil.

"Emangnya gaun itu kenapa sih, kesel deh." Prilly melipat tanganya didada tapi Ali hanya diam.
"Ali kamu kenapa sih jangan diem aja.!!" Suara Prilly meninggi.
"Aku gak papa, aku gak suka kamu pake gaun kaya gitu." Ali.

"Tapi kenapa Ali, gaunya kan bagus elegan lagi." Prilly.
"Kamu gak liat, punggung kamu kelihatan, bahkan belahan dada kamu." Ali.
"Itu namanya fashion masa kini, kamu kudet banget deh." Prilly.
"Aku gak suka, bahkan aku berharap suatu saat kamu pake jilbab." Ali.
"Maksud kamu? Kamu pengen punya istri berjilbab? Kenapa nikahnya sama aku? Sama ria ricis aja sana." Prilly meninggikan suaranya.
"Arrgghhh, sudahlah aku pusing." Ali.
"Apa cuma gara gara gaun kamu gak mau nikah sama aku? Segampang itukah?" Prilly mulai berkaca kaca.
Ali hanya melajukan mobilnya lelah berdebat dengan calon istrinya ini.

*
Prilly meringkuh dalam selimut, tak berniat bangun dari kasur kesayangannya itu, ia tidur dirumah papanya saat ini. Sejak perdebatannya dengan Ali waktu feeting gaun waktu itu moodnya belum membaik sampai saat ini.

Ditambah lagi ada acara pingit pingit segaala jadi belum ada waktu berbaikan, jangankan bertemu hp dan semua alat komunikasinya disita oleh saudari perempuannya yang jahil itu.

Michel, Mila, Shireen, dan Jessi berkerjasama dengan baik, mereka mengambil alat komunikasi Prilly saat ia tertidur. Memang tidak sopan!

"Aduh ini berat sekali." Seseorang memasuki kamar Prilly membuat pandangannya teralih pada orang itu, sepertinya perempuan wajahnya tertutup tiga kotak yang saat ini ia bawa.

Ternyata Jessi, ia meletakkan kotak itu dihadapan Prilly yang masih asik dikasur.
"Apaan tuh?" Prilly mengerinyit.
"Buka aja, ah ya acaranya kan besok pagi jadi hari ini lo keluar dulu biar gue sama kakak kakak cantik hias kamar ini." Jessi.
"Hmm." Prilly membuka satu kotak itu.

Dilihatnya setelan kebaya warna putih dengan rok batik beserta atribut lainya, wajahnya berbinar saat melihat kertas bertuliskan.
"Jangan marah lagi.... maaf
#janji_suci

-A"
Seulas senyum mengembang dibibirnya.

Ia bernuat membuka satu kotak lagi.
"Ahh gue keluar ya, itu dari Dokter Ali, gue bahkan gak tau ternyata kalian belum ada gaun." Omel Jessi seraya pergi meninggalkan kamar Prilly.

Prilly membuka satu kotak yang kedua, tampak gaun panjang sangat cantik bahkan saat ini Prilly mencobanya ia sangat tertarik dengan gaun itu, ia tersenyum sendiri melihat bayangannya dicermin, gaun itu tampak pas melekat ditubuhnya, sangat cantik dengan fashion terbaru ya lebih tertutup dari pada gaun yang mereka perdebatkan waktu itu.

Ada Apa Dengan April 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang