tujuh

2.6K 139 0
                                    

Tiga hari sudah prilly tak mendapat kabar sama sekali dari ali, hari harinya terasa sepi.

Malam ini prilly tengah makan malam bersama keluarganya, prilly tampak tak bersemangat malam ini.

Selesai makan malam prilly hendak memasuki kamarnya namun terhenti karena ia mendengar keyla memanggilnya.

"Aunty ada uncel doktel dilual." Celoteh keyla.
"Ali" gumam prilly lalu menggandeng tangan keyla menuju ruang tamu.

Benar saja ada ali disana, wajah prilly berubah sumpringah saat melihat ali.

"Ali." Sapa prilly.
Ali hanya melihat sekilas prilly dengan wajah datar.
"Saya ingin menemui TN. Rizal." Ucap ali pada salah satu pelayan.

"Mari saya antar." Pelayan itu.
Ali mengikuti pelayan itu dan mengacuhkan prilly begitu saja tanpa menengok sedikitpun.

Wajah prilly yang semula sumpringah berubah muram dan setetes air keluat dari kedua matanya.

saat menuju ruang keluarga prilly bertemu pelayan yang mengantar ali tadi.

"Ali dimana?" Prilly.
"Diruang Tuan non." Ucap pelayan sambil menunduk.
"Ya udah silahkan kembali bekerja." Prilly.
"Baik non." Pelayan itu seraya meninggalkan prilly.

Prilly tak memasuki ruangan papanya, ia lebih menunggu ali keluar dari ruangan papanya diruang tengah.

Cukup lama prilly menunggu sampai akhirnya ia mendengar suara decitan pintu dan ia melihat ali keluar dari sana.

Saat ali melintasinya dengan segera prilly beranjak dari duduknya dan menahan tangan ali.

Ali membalikan badan dan prilly melepas tangan ali karena ali sudah mengisyaratkanya.

"Ada yang harus aku omongin." Prilly.
"Gak bisa sekarang, aku harus pergi. Ada urusan." Ali.
"Terus kapan hah?" Prilly.
"Tidak perlu, karena aku rasa tak ada yang perlu dibicarain lagi kan.?" Ali.

"Terus sampai kapan bakal kaya gini terus." Prilly.
"Memang apa yang mau kamu omongin?" Ali.
"Hal yang sangat penting." Prilly.

Suasana sangat hening, karena ali berbicara dengan prilly dengan wajah datar padahal prilly sudah meneteskan air matanya sedari tadi karena melihat sikap ali padanya.

"Kalo memang sangat penting, dan harus diomongin, besok malam kita ketemu ditaman." Ali.

Begitu saja ali meninggalkan prilly, padahal pipi prilly sangat basah oleh air mata.

Prilly berfikir keras dialam kamar, air matanya tak henti hentinya meneteskan air mata.

Terlintas diotak prilly untuk memutuskan hubungan yang sudah hampir 7 tahun ia bangun berasama ali.

"Apa semua udah gak bisa di perbaiki lagi, apa semua harus berakhir." Ucap prilly dalam hati.

Air mata prilly tak henti hentinya menetes membasahi pipi chubbynya sampai akhirnya ia lelah menangis dan tidur.

....................*****................

Malam ini Prilly datang ketaman untu menemui Ali, ia mengumpulkan segala keberanianya untuk menyelesaikan semanya malam ini juga, jika memang harus berakhir seidaknya Prilly sudah siap.

Prilly berdiri diundak2an taman sambil menunggu Ali datang.
"Akhmm." Ternyata Ali datang dari belakang prilly.
"Ali." Prilly.
"Hmm, mau ngomong apa?" Ali.
"Aku mau putus." Prilly.
Ali kaget.
"Apa?, kenapa?" Ali.
"Kamu tuh berubah tau gak, kamu ngilang, terus cuekin aku cuma gara2 hal sepele, atau jangan2 kamu masih belum ikhlas soal mata Zea ini." prilly.
"Gak usah bawa2 Zea lagi." Ali.
"Iya aku gak bakal bawa2 nama Zea lagi, aku mau putus ali." Prilly meneteskan Air matanya.

"Ok, aku bakal putusin kamu, tapi aku punya satu syarat." Ali.
"Syarat apa?" Prilly.
Tiba2 Ali berjongkok dihadapan Prilly dan mengeluarkan sesuatu dari jaketnya.
"Kamu jadi istri aku." Ali melamar prilly.
Seketika lampu taman menyala semua dan ternyata ada orang2 teman, sahabat, dan keluarga Ali Prilly disana.

"Terima...terima...terima" suara mereka kompak.

Prilly tak menyangka kalau ternyata Ali menyiapkan ini semua untuk melamarnya.

"Terima dong, biar kita putus jadi pacar aku dan akan menjadi istri aku." Ali.

Karena tak kuasa lagi Prilly meneteskan air matanya sampai tak mampu untuk menjawab Ali, ia hanya bisa mengangguk.

Ada Apa Dengan April 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang