tiga

934 50 0
                                    

"Eh kamu kamu. Iya, kamu yang pake sepatu pink."

Tzuyu langsung nyamperin cowok itu.

"Ada apa kak?" tanya Tzuyu.

"Kakak mau ngomong sebentar bisa?"

"Iya kak." gue ikutin aja mereka pergi kemana.

"Kamu deket sama Mingyu?" tanya orang tersebut.

"Ngga kok, kenapa kak?" Tzuyu bingung.

"Mulai hari ini, jangan deketin dia lagi. Kakak akan selalu awasin kamu dek." percakapan itu berakhir dengan ancaman yang cukup mengejutkan bagi Tzuyu. Orang itu langsung meninggalkan Tzuyu sendirian.

"Dek, kamu gapapa?" tanya gue khawatir.

"Kak Mingyu? Dari tadi kakak disini?" tanya dia.

"Iya kakak dengerin percakapan kalian" ucap gue.

"Yang tadi temen kakak?"

"Iya Tzuyu, gak usah dengerin apa kata dia ya. Mungkin dia gak suka kalo aku deket sama kamu." saran gue menenangkan.

Kalian tau siapa orangnya? Joshua. Percaya gak percaya dia kaya gitu. Dalam situasi apapun, gue akan terus melindungi Tzuyu. Jangan sampai dia dimiliki oleh siapapun.

***
Semakin lama Joshua menjauh dari gue. Dia juga udah gak pernah ikut lagi ngumpul sama temen-temen. Tzuyu yang semakin deket sama gue.

Waktu menunjukkan pukul 15.30. Sekolah sudah sepi sejak lima belas menit lalu. Gue keluar kelas bersama Seungcheol, setelah dia menyelesaikan piketnya.

"Gyu, itu bukannya Tzuyu?" tanya Seungcheol sambil menunjuk seseorang di gerbang sekolah.

"Eh iya kali. Kok dia belom pulang sih?" tanya gue bingung.

"Mana gue tau. Duluan ya mendung nih." Seungcheol malah ninggalin gue sendirian.

Gue samperin aja si Tzuyu.

"Dek? Belum pulang? Udah mau hujan nih." tanya gue basa-basi.

"Iya kak. Gak ada yang jemput. Niatnya sih mau bareng kak Seungcheol." kata dia sambil celingak-celinguk cari orang yang dimaksud.

"Lah Seungcheol nya barusan pulang dek. Kakak anterin aja gimana? Daripada kamu kehujanan di sini." modus gue boleh juga hehe.

"Gak ngerepotin kak?" tanya Tzuyu.

"Nggak lah dek. Ayo" gue langsung narik tangan dia ke parkiran motor.
Gak sampai lima menit, udah gerimis duluan.

"Yah hujan. Ayo neduh sebentar di warung situ." ajak gue.

"Dingin kak." polos banget sih nih anak.

"Pake aja jaket kakak. Nih." dianya kelamaan mikir gue pakein aja langsung.

"Makasih kak. Aku ngerepotin banyak ya?" dia senyumin gue.

"Udah santai aja. Langsung ke rumah kamu yuk?" setelah dia kasih tau alamatnya langsung aja gue agak ngebut biar cepet sampai. Sebelum hujannya makin deres.

"Mau ngebut nih dek. Pegang yang kenceng ya"

Sepanjang perjalanan gue liatin dia terus lewat spion motor. Wajah polosnya yang lagi kedinginan bikin gue deg-degan. Tangannya gak lepas dari pinggang gue.

"Udah sampe nih."

"Dek?" dia lagi melamun gak sadar kalo udah sampe depan rumahnya.

"Eh iya kak?" mukanya panik lucu banget.

"Lucu banget sih kamu. Udah sampai nih."

"Makasih banyak ya kak. Oh iya ini jaketnya?" dia ngucapin terima kasih sekian kalinya dan menyerahkan jaket gue.

"Iyaa sama-sama. Buat kamu aja."

"Hah? Kan punya kakak."

"Iya gak papa, sampai ketemu besok ya, kamu masuk sana langsung ganti baju nanti masuk angin." setelah itu gue melambaikan tangan ke Tzuyu, lalu gue langsung pulang karna hujan semakin deras.

***
"Cie yang kemaren menang banyak." ledek Seokmin.

"Lah tau darimana lo?" tanya gue tanpa berpaling dari pr Seokmin yang sedang gue salin. Kemarin gue capek dan langsung tidur, sampai lupa ada pr. Untung Seokmin lagi baik dia ngasih jawaban ke gue. Yaa walaupun ujung-ujungnya minta traktiran juga sih.

"Ada deh hehe. Gimana? Udah ada peningkatan sama Tzuyu?" kepo banget si kuda emang.

"Gitu deh" jawab gue singkat.

"Gitu deh gimana?" tanya Jun yang tiba-tiba udah nongol di sebelah Seokmin.

"Ngagetin aja lo!" teriak Seokmin terus dorong si Jun.

"Berisik banget ya bocah dua. Ganggu gue aja. Sibuk nih." protes gue sama dua makhluk aneh itu.

"Sibuk apanya lo cuma nyalin kan gak mikir." ok Seok, gue kalah.

"Serius eh gimana Gyu, si Tzuyu" sekarang Jun yang udah kaya orang ngantri sembako. Mendesak gue banget.

"Ya gitu." jawab gue asal.

"Huuu.. Gak seru nih si item." sorak Seokmin kecewa.

"Heh gak gue traktir lo." ancam gue penuh penekanan. Yes 1 sama.

"Eh iya Gyu, ampun."

Endless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang