1

5.8K 149 21
                                    

Mikha duduk di bangku koridor sekolah menunggu sesosok orang.

"Lama banget sih Michael. Aduhhhh" dia terlihat panik karna bel akan berbunyi sebentar lagi.

"Hallo!" Seorang laki-laki berseragam yang sama dengannya duduk disampingnya. Dia tinggi, dan berkacamata. Dia Michael.

"Woy lama banget ellah. Mana PR gue?" Mikha meminta dengan mimik marah karna bel akan berbunyi sekitar 50 detik lagi dan dia masih harus naik ke lantai 4 menuju kelasnya.

"Nih bawel" Michael memberikan buku catatan metematika dengan cover berwarna merah dengan tulisan
Mikhaella Kezya Graciella - X SOS 2

Mikha membolak balikkan buku catatannya. Terlihat PR yang diberikan Pak Petrik sudah selesai dikerjaan.

"Kerja bagus, Michael! Ah sayang banget gue sama lu" Mikha mencubit pipi Michael.

"Dasar pemalas, jangan lupa bakso" Michael memegang pipinya yang merah akibat cubitan Mikha

"Iye,iye senang berbisnis dengan anda tuan Michael" Mikha berdiri lalu lari ke kelasnya karna sebenarnya, bell sudah berbunyi sekitar 3 menit yang lalu


****

Di dalam kelas, Pak Petrik sedang mengecheck PR para siswa sembari para siswa diberinya tugas untuk latihan. Ia membuka buku berwarna merah milik absen nomor 17, dengan nama Mikhaella. Terlihat tulisan tinta hitam yang acak adul dengan banyak coretan. Ia membalikkan ke catatan sebelumnya. Terlihat tulisan bagus Mikha yang sangat berbeda.

"Aduh semoga si botak ga nyadar" batin Mikha dalam hati. Ia tak sempat menyalin ulang kerjaan Michael karna masuk kelas aja, dia sudah terlambat.

"Aduh elu sih pake acara minta si Michael segala, kalo ketahuan gimanaa??" Kata Mendie, teman sebangku sekaligus sahabat Mikha.

"Mikhaella, tolong maju kesini" Suara Pak Petrik membuat jantungnya berdegup kencang. Dia maju dan berdiri disamping pak Petrik, "Mampus gue"

"Ini tulisan siapa? Jujur!" Bentakkan Pak Petrik mengguncangkan seiisi kelas. Mikha tanpa berpikir panjang langsung menjawab

"Pa-papa saya pak.." Mikha menundukkan kepala

"Kamu itu jadi anak gatau diri banget ya. Di jaman saya dulu ya, mana pernah tuh nyuruh orangtua ngerjain PR. Maksud kamu apa? Mau bohongin saya? Biar dapet nilai bagus? Saya gak tau lagi ya harus ngehukum kamu apa. Udah saya gamau liat muka kamu, KELUAR temui kesiswaan minta hukuman!" Mikha menurutinya

"Gila ya tuh guru. Gak punya akal ya buat nyari hukuman. Tinggal hukum apa susahnya sih! Ngapain harus lewat kesiswaan coba? dasar botak!" Ia ngedumel sepanjak menuruni tangga. Karna letak ruang kesiswaan ada di lantai satu.

"BUK" hampir saja Mikha jatuh akibat seseorang yang menyenggolnya dari belakang.

"Woi! Tangga luas juga masih aja nyenggol. Gimana sih" orang itu bukannya membalikkan badan lalu minta maaf malah lanjut pergi.

"Ngeselin banget si! udah tau lagi sensi masih ada bikin bete. Semoga mandul lu" Mikha ngomel sendiri layaknya orang tak waras.

"tok....tok...tok" tanpa aba aba Mikha membuka pintu ruang kesiswaan.

"Misi pak" Mikha tersenyum paksa. Ia melihat laki-laki yang menabraknya tadi sedang duduk di hadapan pak Angga, kesiswaan SMA Krisna Kasih. 

"Ada apa Mikha?" tanya pak Angga

"Mau nyari hukuman pak, disuruh pak petrik" Mikha duduk di hadapan pak Angga -disamping si 'penabrak'itu- 

"Loh, hukuman kok dicari? Emang kamu ngapain?" Pak Angga menopang dagunya menggunakan tangan kanannya menandakan ia siap mendengar cerita Mikha.

"Gatau pak aneh banget padahal saya ngerjain pr tau gak" Mikha memasang tampang serius

"Loh kalo gitu kenapa bisa disuruh kesini?" Pak Angga memasang muka yang lebih serius lagi.

"Tapi yang ngerjain papa saya pak hehehehehehe" Mikha tertawa cengegesan dengan mengangkat tangan berbentuk 'V' 

"Yaudah tuh hvs, tulis 'saya akan mengerjakan pr sya sendiri' 500 baris" Pak Angga menunjuk tumpukan kertas hvs disampingnya

"Hah? Buset dah pak. Hukumannya gitu banget sih. Pak, minimal tuh saya ada niat buat bikin pr. Ya kan cara orang beda beda pak. Dari pada saya gak ngerjain pr sama sekali? Lagian juga ya pak, kan pel-" Kalimat Mikha terpotong dengan ocehan Pak Anggak.

"-500 baris apa 500 lembar?" Pak Angga memberikan tampang sedikit marah.

"Ih iya deh pak, saya nyerah." Mikha mengambil beberapa hvs dan mulai mengerjakannya. Ia menoleh ke 'laki laki penabrak' itu yang sedang tertawa kecil di atas penderitaannya. 

"Oh iya saya sampai lupa sama kamu, ini kunci papan pengumuman. Nanti kamu tempel saja. Kalau peminatnya sudah banyak, kamu laporan lagi ke saya" Pak Angga berbicara pada laki-laki itu lalu ia langsung pergi

Mikha melihat sejenak poster itu sebelum dibawa

"Di Puncak Semeru" gumamnya mengingat kecil isi poster itu



(a/n) SOOO HAI GUYS! Jadi cerita HIM sorry banget harus gue berhentiin karna menurut gue ceritanya gak maju-maju wkwkwk. Oh iya, kalau misalnya kalian ada masukan untuk cerita kedepannya, langsung comment aja ya!

Jangan lupa vote, and share!

DI PUNCAK SEMERUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang