Pagi itu, Jungkook sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolahnya. Seragam kesayangannya pun sudah ia kenakan. Meskipun bel masuk masih terbilang cukup lama, namun Jungkook sengaja datang lebih awal agar tidak terkena macet.
Ia menata beberapa helai rambutnya yang sedikit berantakan. Tidak enak kan, jika ketampanannya langsung hilang hanya karena rambutnya yang terlihat acak-acakan–seperti orang yang tidak mandi.
Ia meraih tas hitam di atas kasur, kemudian berjalan keluar kamar. Tepat di depan pintu, ia mendapati Yeri yang tengah sibuk merapikan seragam dan rambutnya yang dikuncir kuda itu.
"Tumben diiket," ujar Jungkook sambil melirik sekilas kearah Yeri. Gadis itu mendongak kearah Jungkook, kemudian tersenyum miring. "Biar nggak kepanasan."
Jungkook terdiam sebentar, kemudian menyeletuk. "Bagusan digerai, padahal," katanya tanpa sadar. Sontak, Yeri yang masih sibuk merapikan rambutnya itu langsung menyipitkan matanya, menatap Jungkook penuh tanda tanya.
"Hah? Maksudnya?" tanya Yeri tak mengerti. Pikirannya sedang tidak bisa diajak kompromi sekarang. Itu sebabnya, ia tak mengerti dengan apa yang baru saja Jungkook ucapkan.
Pria itu tersadar dengan ucapannya yang sepertinya 'salah'. Ia langsung menggeleng pelan. "Nggak. Buruan, ntar macet," ujarnya, alih-alih mengalihkan topik pembicaraan.
Gadis itu tak menggubris. Ia hanya mengangguk pelan sebagai respon, kemudian melangkah terlebih dahulu di depan Jungkook.
"Nyokap lo kemana?" tanya Yeri, begitu menyadari wanita paruh baya itu tak ada di sekitaran dapur dan juga tak terdengar suaranya.
"Oh, tadi udah pergi ke toko lagi. Hari ini katanya lagi ada pesenan kue banyak. Makanya nyokap sibuk di toko," tukas Jungkook–sambil mencomot sepotong roti di meja makannya.
"Oh? Nyokap lo punya toko kue?"
Jungkook mengangguk pelan. "Nanti. Kapan-kapan gue ajak kesana," sahutnya tiba-tiba. Gadis itu tertegun. Ia bertanya-tanya dalam hati. Kenapa tiba-tiba Jungkook berkata seperti itu? Padahal, Yeri sama sekali tak meminta. Jelas, Yeri hanya bertanya. Tidak berharap untuk di ajak ke toko kue milik Ibu Jungkook.
Tapi, tidak apa-apalah. Ia juga ingin mencicipi kue-kue buatan Ibu Jungkook. Sudah lama juga ia tak mencoba kue-kue buatan ibu rumah tangga.
Setelah selesai sarapan, mereka berdua pun bersiap-siap mengenakan sepatu hitam putih mereka.
"Mau pake mobil, apa motor?" tanya Jungkook, disela-sela memakai sepatu miliknya. Ia melirik kearah Yeri, yang tengah serius mengikat tali sepatu.
"Enaknya, naik apa?" tanya gadis itu, tanpa menoleh sama sekali. "Terserah. Gue nawarin lo doang mau pake apa," sahut Jungkook pelan.
Gadis itu menggidik pelan. "Bebas sih. Kan yang punya kendaraan lo. Masa nanya gue?" Kali ini, suara Yeri terkesan menyolot. Jelas Jungkook yang mendengar itu, langsung mengkerutkan dahinya tak mengerti.
"Nyolot banget," sindir Jungkook malas. Baru kali ini ia mendengar Yeri berbicara dengan nada seperti itu. Dalam hati, ia bertanya-tanya. Apakah gadis di hadapannya ini sedang pms? Atau bagaimana?
Gadis itu melongos, tak menggubris perkataan Jungkook. Kemudian Yeri melangkah menuju teras, sambil menunggu Jungkook menalikan sepatunya.
"Sampe kapan mau berdiri disitu?" Ucapan Jungkook langsung membuyarkan lamunan Yeri seketika. Gadis itu tersentak, ketika menyadari Jungkook yang sudah berada di motor–lengkap menggunakan helmnya.
Setelah memakai helm yang diberikan Jungkook, Yeri segera naik ke atas motor, kemudian memasukkan tangan ke dalam jaketnya. Ia tak berani memegang pinggang Jungkook sekarang. Rasanya seperti ada yang benar-benar aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chatroom
FanfictionSiapa bilang Yeri nggak bisa modus? + 2016, Anonymons. ( private. )