Bab 4

1.7K 126 24
                                    

NOTE: Kalian bisa ikut menjawab pertanyaan yg diberikan tokoh utama dengan inline comment ya. Dalam kisah ini aku ingin para pembaca bisa lebih talkative dan juga menumpahkan pikirannya. ^^
Setiap orang pastinya mempunyai pendapat dan alasan masing-masing. Dari pertanyaan ini, kalian bisa sekaligus mencoba memposisikan diri dan merenungkannya.

###

Ada yang bilang, cinta yang baru adalah jalan paling efektif untuk membantumu move on? Benarkah?

***

Speechless. Aku benar-benar tidak dapat berkata-kata lagi saat membaca balasan tersebut. Kukira pembaca itu akan mundur dengan penolakanku di pesan sebelumnya. Tapi nyatanya, ia justru mengirimkan alamat emailnya padaku.

Aku langsung log in pada aplikasi line yang ada di laptop. Ku-screenshot pesan tersebut dan mengirimkannya pada sebuah grup yang berisikan empat orang.

Namun hingga lima menit tidak ada satu orang pun yang membacanya. Aku melirik jam dinding yang menujukkan pukil 22.03. Wajar, mereka pasti sudah tidur. Memang diantara kami berempat, akulah yang paling suka begadang.

Ah, mungkin kalian bingung, siapa saja empat orang itu dan grup apa itu. Jadi, lewat dunia Volty ini, aku tidak hanya berkenalan dengan larasati. Masih ada banyak teman-teman baru baik dari penulis, maupun pembaca.

Aku memang bukan penulis terkenal yang mempunyai ratusan ribu followers, tapi minimal aku memiliki banyak teman baru. Aku suka berkomunitas, apalagi jika memiliki kesukaan yang sama, oleh karena itu aku merasa sangat beruntung bisa mengenal Volty.

Di antara semua kenalan baruku itu, ada tiga orang yang cukup dekat. Setiap hari ada saja yang kami bicarakan. Tapi pastinya pembicaraan kami lebih didominasi oleh dunia Volty dan kepenulisan. Tidak jarang kami saling curhat dan memberi dukungan satu sama lain.

Dari ketiga orang di grup itu, Larasati adalah orang pertama yang kukenal. Setelah itu aku berkenalan dengan Andara. Kami bergabung dalam sebuah komunitas yang sama. Awalnya aku tidak terlalu dekat dengan dia. Hanya saja tiba-tiba Andara mengirimkan sebuah pesan ke Instagramku yang mengatakan kalau linenya tidak aktif, sehingga minta dikabarkan jika ada update dari komunitas itu. Pembicaraan demi pembicaraan membuat kami semakin dekat. Larasati dan Andara pun ternyata sudah kenal dekat. Yang terakhir adalah Nasya. Perkenalan kami dengan Nasya berawal pada sebuah obrolan ringan di twitter. Saat itu aku,  Larasati dan Andara sedang bercakap-cakap melalui tweet. Nasya, saat itu ikut berkomentar pada percakapan kami. Hingga akhirnya aku membuat sebuah grup di line untuk memudahkan kami berkomunikasi.

Sebuah notifikasi chat masuk terdengar dari laptopku. Ada yang membalas pesanku di grup Marmut. Ya, Marmut adalah nama grup kami. Jangan bertanya dari mana nama marmut itu berasal. Biarlah hanya kami dan Tuhan yang tahu.

Nasya:
Wah, maksa banget tuh.
Terus kak Niva jawab apa?

Niva:
Belum ku jawab lagi.
Aku bingung jawabnya.
Gimana dong?

Nasya:
Biarin aja, Kak.
Cuekin aja.

Niva:
Gak apa-apa?

Nasya:
Iya, biarin aja.

Niva:
Okay deh.
Thank you.
Kamu belum tidur?

Nasya:
Belum. Masih baca cerita di Volty.

Niva:
Ya sudah.
Jangan terlalu malam ya.
Jaga kesehatan.

Nasya:
Sipp.

Long Distance LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang