Bagian 4: Stairway to heaven

27 2 0
                                    

Vera turun dari sebuah HoverTaxi dengan Tudung jaketnya menutupi keningnya dan tas berisi senjata pilihannya, sebuah Sub-Machine gun yang memiliki kekuatan jarak menengah yang baik. Ia tidak suka memakai sniper karena ia benci berjalan ke korbannya untuk mengambil barang-barang rampasan. Lagipula SMG kecil dan muat dibawa di tas ransel, sangat aman razia, pikirnya.

Ia mengeluarkan sarung tangan dan boots berduri magnetik miliknya. Mereka akan menusuk beton dan membuat gaya magnetik pada pondasi logam. Ia memakainya dengan mudah. Lalu, ia menghirup nafas, mempersiapkan diri untuk semua kemungkinan yang ada; sebuah ritual yang telah menjadi rutinitas sebelum tiap misi.

Ia melangkah ke depan, menusukkan duri kaki kanan ke dinding luar gedung dimana si David berada. Ia menyentuhkan sarung tangannya ke tembok. Menempel. Ia lalu mengangkat kaki kiri dan menapakkannya diatas kaki kanannya. Ia lalu melakukan itu bergantian dengan kaki dan tangannya. Ia lalu memanjat bagian atasnya dan duduk di lantai paling atas di sebelah pintu masuk/keluar gedung bagian paling atas.

Ia mengambil drone dan kontrolernya, dan memasukkan drone tersebut kedalam saluran udara. Ia memajukan drone itu berbekal blueprint gedung yang cukup tua itu, hey kau bisa cari apapun di internet. Ia lalu menghentikan drone diatas jeruji lantai berisikan server utama dan keamanan. Ia lalu membuat drone itu jatuh dengan melonggarkan skrupnya dan menjatuhkan tutup jeruji itu. Lalu dronenya langsung bergulir ke arah ruang server yang dikunci dan langsung mengeluarkan tangan kecil yang dilengkapi picklock lalu mencolokkannya ke lubang kunci dan membuka pintunya. Lalu, dengan tangan tadi yang sekarang menjadi 3 buah jari, Drone itu mencolokkan sebuah flash drive dan diam, menunggu. Setelah beberapa saat, sebuah lampu kecil di batang flash drive itu berkedip, menandakan bahwa perubahan dan pengambilan file keamanan dan lain lain telah selesai diunduh ke PDAnya. Vera langsung membuka PDA untuk mencari lokasi Drone miliknya dan Lokasi target. Ia menyalakan alarm kebakaran membuat para karyawan lari mencari jalan keluar. Ia lalu mengunci kantor David dan langsung menuruni tangga dari lantai paling atas itu.
Sesampainya ia di depan pintu kantor david, ia mendengar suara dua orang sedang berganti desahan. Vera, dengan pikiran nakalnya, ingin memberi mereka kejutan yang bombastis. Ia lalu merogoh kantung tasnya dan mengeluarkan sebuah bom kecil dan langsung melemparnya melalui lobang ventilasi sebelum ia lari berlindung. Setelah suara ledakan cukup besar, ia masuk ke dalam ruangan tadi untuk mencari barang berharga, seperti brangkas atau sisa sisa chip. Saat ia terkejut saat membuka pintunya dan mendapati sebuah drone abu abu metalik mulai menembakinya. Jika bukan karena insting menunduknya ia akan mati saat itu juga. Ia mengenggam SMG-nya di tangan kanan, bersiap untuk menembak dengan sebuah tarikan nafas. Ia lalu menembak drone itu beberapa kali, dengan tembakan terakhir mengenai sensor pengelihatannya dan membuatnya jatuh. Vera lalu menggendongnya di lengan kiri dan berjalan menuju tangga di seberang kantor dengan pemandangab kota malam hari di sebelah kanannya. Tanpa dugaannya, drone tersebut menyala dan menyalakan jet propulsinya dan mendorong mereka menembus jendela dan menuju gedung kosong di sebelahnya dengan teriakan Vera yang membuat beberapa tikus menjauhi badannya yang tersungkur di lantai. Drone di lengannya jatuh dengan suara keras lalu diam. Vera mengumpulkan seluruh kekuatannya pada telapak kanannya dan mendorong badannya naik. Ia merasakan tangan kirinya remuk dan rusuknya kesakitan. Ia berusaha mengurangi rasa sakitnya dengan berkata, "anjing sakit bangsat," tanpa efek signifikan.

Ia menyadari bahwa ia sedang berada di gudang dengan 3 buah brangkas. Ia membuka brangkas pertama dan tidak mendapatkan apapun. Di brangkas kedua ada sebuah laptop era 2010-an yang ia kenali dari modelnya yang halus dan layarnya yang primitif. Di brangkas ketiga ia mendapati sebuah kartu putih polos. Ia lalu berpikiran oportunis dan mengambil semuanya lalu berpincang ke arah pintu keluar.

Ia lalu memanggil sebuah HoverTaxi dan memesan untuk diantar ke sebuah rusun raksasa. Kendaraan itupun melaju seraya Vera mengeluarkan tali dan menggendong lengannya. Hover itu berhenti di depan pagar. Dan Vera berjalan ke arah gedung dan menuruni tangga ke ruangan bawah tanah dimana perkumpulan "Anak PakDe" berada; perkumpulan kriminal dengan pimpinan sekaligus mentornya, pakde. Vera disambut beberapa temannya yang duduk di depan pintu dengan salah satunya memegang gitar dan duduk di lantai disebelah pintu. Vera masuk pintu itu setelah mengatakan kepada orang yang berbalik badan di sebelah pemegang gitar, "jangan main burung sembarangan."

Vera masuk ke ruangan besar itu, dengan beberapa orang berpakaian hitam sedang tidur-tiduran. Dindingnya dilapisi rak buku dan meja meja.

Ia meletakkan tasnya di atas meja disudut ruangan dan mengeluarkan laptop itu. Warnanya abu abu keperakan dan inisial "P.V." tercetak di balik layarnya. Ia mencari kabel berbentuk sama dengan yang ada di laptop dan mencolokkannya ke lubang charger untuk mengisi baterai dan menyalakan laptopnya. Layarnya hanya hitam dengan tulisan putih seperti teka teki dalam bahasa inggris.

Two ropes together tied
Enhancing in a single stride
Things together, loops and braids
Tensions rising, burden be laid

Ia lalu mengambil flash drivenya dan teringat bahwa Drone dan flashdrivenya tertinggal di gedung tadi. "Fak," katanya sambil menggedor meja dengan kepalanya. Ia lalu melihat kembali layarnya. Wajahnya membeku saat melihat tulisan dibawah teka teki itu yang tidak ada sebelumnya.

Hai Vera.
Mari bermain.
Atau kau mati.
-O

Valkyrie NetworkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang