diffirent

16 2 0
                                    

Terlihat pria paruh baya tengah duduk dalam keadaan gelisah, lalu terlihat wanita paruh baya berjalan menghampirinya dengan tergesa juga raut cemas di wajahnya.

" mas Galih!! gimana keadaan keadaan Riki?" tanya wanita paruh baya itu dengan nada kehawatiran yang tergambar jelas dalam nada bicaranya.

" nadia kamu tenang dulu ok!! Dengar, riki baik-baik saja sekarang dia sedang di periksa oleh dokter." Galih meyakinkan.

Lalu tak lama setelah itu keluarlah dokter di ikuti seorang suster dari ruang rawat riki.

Galih dan nadia langsung memghampiri dokter tersebut.

"Dokter! Gimana keadaan anak saya?" tanya galih pada dokter.

" keadaan anak bapak dan ibu baik-baik saja, luka-lukanyapun sudah pulih," kemudian dokter itu tersenyum, lalu melanjutkan " riki juga sudah sadar, mungkin kalau keadaannya terus mengalami peningkatan dalam beberapa hari dia sudah boleh di bawa pulang."

Nadia yang mendengar kabar itu merasa sangat bahagia, suguh ia merasa penantiannya selama ini tidak sia-sia, karena anaknya kini telah bangun dari koma.

" dok bolehkah saya melihatnya? " ucap nadia menahan tangis.

Galih yang mendengar istrinya hampir menagis membawa nadia kedalam pelukannya, seraya mengelus punggung wanita itu mencoba menenangkan nadia yang sebentar lagi akan menumpahkan airmatanya.

Sang dokter kemudian tersenyum, lalu menganggukan kepalanya seraya berkata,

" tentu saja bu! Ibu bisa melihat keadaannya, tapi ibu harus ingat sekarang riki masih perlu banyak istirahat, jadi jangan terlalu banyak di ajak bicara dulu."

"Tentu dok saya akan ingat itu." ucap nadia antusias

"Baiklah kalau begitu saya pamit dulu. Dan jika terjadi sesuatu ibu bisa menekan tombol yang ada di pinggir ranjang, selamat pagi." lalu dokter itu perlahan pergi bersama suster meninggalkan galih dan nadia.

****
Riki tengah duduk di atas ranjang rawatnya sembari menatap keluar jendela, yang menampakan pemandangan luar rumah sakit dengan pandangan kosong.

tak lama terdengar pintu ruang rawatnya terbuka, sehingga membuatnya mengalihkan pandangannya untuk melihat siapa yang masuk ke ruangannya.

Dia ambang pintu terlihatlah galih dan nadia, nadia yang melihat bahwa riki sudah benar-benar sadar tak kuat menahan tangisnya ia langsung berjalan cepat ke arah riki lalu membawanya kedalam pelukannya dan pecahlah tangisnya.

Riki yang mendengar tangisan ibunya pun langsung membalas pelukan ibunya dan mengusap pelan punggung tersebut.

Nadiapun mengurai pelukannya, di elusnya pipi putra satu-satunya,

"Sukurlah kamu sudah sadar, ibu kira ibu tidak akan bisa melihat mu." tak terasa air mata mengalir kembali di pipi nadia. Riki yang melihat ibunya menangis sontak mengangkat tanganya untuk menghapus air mata nadia.

"Ibu, kenapa ibu menangis? Bukankah aku sudah sadar? Jadi tak ada yang perlu ibu kawatirkan." ucap riki sambil mengusap air mata nadia.

Nadia yang mendengar itu, kemudian tersenyum.
" ibu menangis bukan karena sedih, justru ibu senang karena kamu akhirnya telah sadar." usai nadia berkata seperti itu riki langsung membawa nadia kedalam pelukannya.

Galih yang melihat itu hanya bisa tersenyum, melihat interaksi antara anak dan istrinya tersebut, lalu dia pun berjalan menghampiri ranjang rawat riki.

Merasa bahwa kedua orang yang teramat di sayanginya tidak menganggap keberadaannya galih pun akhirnay berdehem, untukenarik perhatian keduanya.

Riki dan nadia mengalihkan pandangannya kepada galih, keduanya terkekeh kecil ketika melihat wajah masam galih.

Galih yang melihat itu hanya bisa menghela nafas prustasi. Kemudian bersuara,

" sampai kapan kalian akan mentertawakan ku?"

Nadia dan riki yang mendengar itu akhirnya menghentikan tawanya.

" senag melihat kembali yah." ucap riki seraya tersenyum, galih kemudian tersenyum dan membawa riki kedalam pelukannya.

" dasar anak bodoh, kenapa kerjaanmu hanya membuat kami kawatir saja hah?!" ucap galih seraya mengurai pelukannya.

Riki terkekeh kecil mendear ucapan ayahnya. Galih yangelihat itu hanya dapat tersenyum lega karena akhirnya anaknya telah kembali.

" oh ia riki kamu pasti sudah kangen sa Azka kan?! Kamu tahu azka sangat merindukanmu." nadia berseru dengan riang.

Riki yang mendengar itu hanya terdiam. Galih yang melihatnya kemudian menepuk pelan pundak anaknya tersebut.

"Ada apa?" tanya galih hawatir. Rikipun menengok kearah galih dan memberikan tatapan bingungnya.

"Ayah siapa Azka?" galih dan nadia yang mendengar itu hanya dapat membeliakan matanya.

****

Hallo saya abdet lagi.
Semoga menghibur ya!!
Maaf juga kalau ceritanya gaje
Ok ampai jumpa di baigian selanjutnya!! Bay bay!!!

Like A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang