41. Sendiri

100 9 4
                                    

Aldo sableng: Lo pulang sendiri bisa kan? Gue ada perlu

Pesan Aldo masuk lima menit yang lalu, Padahal untuk kali ini Rini sangat berharap bisa pulang dengan Aldo.

Tanpa mau tau, Rini tidak membalas karena sudah pasti jawabannya iya.

"Cie, yang enggak di ajak nemenin futsal, cie," Sudah dapat ditebak kalau soal meledek Rini yang menjurus ke Aldo sudah pasti Yusra.

Kening Rini berkerut mengingat sesuatu, dia lupa kalau setiap hari kamis adalah jadwal Aldo latihan, namun untuk kali ini Aldo tidak mengajaknya, tapi tak apa, toh dia bukan anak chers yang dapat menyemangati kekasihnya.

"Lo tau enggak yang diajak itu, temen guee, Reysaa." Lanjut Yusra dengan mata yang berbinar.

Apaan manas-manasin gitu? Emang yakin Rini cemburuan? Rini hanya gemas kenapa Aldo tidak terus terang, udah itu aja, kok.

"Kok diem aja sih? Cemburu ya? Tapi bodoh deh, mendingan gue nyusul Aldo, Bye dede caem."

Rini menghela nafasnya bosan, Yusra selalu begitu, berawal emosi dan berakhir tidak nyambung.

Saat Yusra meninggalkan Rini dikoridor sekolah, saat itu juga Rini mulai jalan keluar sekolah untuk menunggu angkutan umum yang menuju rumahnya,

Seolah pikirannya tak diizinkan kosong, kini Rini kepikiran tentang perkataan Yusra tadi; Lo tau enggak yang diajak itu, temen guee, Reysaa.

Kenapa harus Reysa sih? Emang Reysa udah nyiptain yel-yel untuk menyemangati Aldo?

Maklum umur Rini masih muda, masih belum begitu paham tentang cinta. Kini pikirannya malah semakin liar;

Apa Reysa selalu memberi obat gosok sebelum Aldo latihan, dan gue enggak?

Angkot jurusan rumahnya sudah berapa kali lewat begitu saja, pikirannya masih asik memikirkan tentang perkataan Yusra.

Ponselnya bergetar ada telpon dari nomor yang tidak dikenal, sungguh ia malas, palingan orang yang mau iseng untuk kenalan atau memang salah sambung.

Tidak lama dari itu, kini pesan masuk dari nomor tersebut;

0812667xxx
Angkat nak, ini mama.

Apaan? Perasaan mamanya tidak pernah semanis ini. Tak lama pesan itu masuk lagi,

0812667xxx
Kamu masih mau souzon sama mama? Ini mama beneran! Angkat telponnya ya nak.

Begitu Rini siap membaca, ponselnya kembali ditelpon nomor yang tidak dikenal tadi.

"Assalamualaikum, Ma?" Salam Rini pada sambungan telpon.

"Walaikum salam anak ku."

Tunggu deh, perasaan Rini mengenal suara ini, dan ini bukan suara Mamanya.

"Rini? Kok diam? Kamu baik-baik saja kan?"

Astaga-mentega, Rini baru ingat kalau suara ini suara Aldo, Aldo pernah bilang kalau Aldo bisa meniru suara Putri, tapi tak semirip Putri. "Aldo?! Apaan sih? Segala nyamar jadi nyokap gue."

"Yah, ketahuan ya?"

"Cuek-cuek gini, gue juga hapal suara lo, Do."

"Hehehe, kok belum pulang?"

"Sotoi banget coy."

"Ganteng-ganteng gini gue bisa mata-matain lo."

"Iya, iya."

"Pulang, Rin. Mama udah masak sop ayam buat kamu."

"Hahaha, apaan sih. Do? Stop niruin gaya nyokap gue ya! Durhaka banget."

"Itu jurusan angkot lo udah lewat tuh, di stop deh, nanti lo pulang kesorean."

Rini melihat ke arah kanan, ternyata Aldo benar, tapi Aldo ada dimana? Kok bisa tau angkot Rini sudah datang?
Tanpa memperpanjang masalah, Rini segera menyetop angkot itu.

"Sip, Ma. Dede pulang dulu ya. Nanti kalau udah siap urusannya kabarin dede."

"Hahaha. Siap anakku, hati-hati kamu, jangan mikirin aku, nanti kamu dihipnotis."

Setelah itu, ponsel Rini berganti dengan suara tut-tut-tut pertanda Aldo sudah mematikan sambungan.

Diangkot dia baru teringat, kenapa ia lupa menanyakan, Reysa ada disana tidak? Uh! Rasanya males deh, kalau Aldo enggak bilang dia mau kemana, kalau beneran latihan futsal syukur, tapi kalau ada Reysanya kan enggak asik.

Sudahlah, kali ini Rini malas memikirkannya, kali ini ia ingin percaya ke Aldo, lagian semenit yang lalu Aldo juga menelpon.

Di halte sekolah Aldo nongkrong, nongkrong dengan Bobi dan lain-lain. Tadi sih, niatnya mau main futsal tapi setelah Reysa mengambil kunci motornya agar ikut ke lapangan futsal, akhirnya niat itu gugur sia-sia.

"Gue aneh sama lo, bang. Kenapa lembek banget sama cewek?" Omong Bobi sambil memati-hidupkan korek api.

"Males gue, masalah sama cewek itu ribet, daripada gue yang disalahin lebih baik gue ngalah."

"Kalau bosen tinggalin aja kan bang?"

"Tergantung bosennya karena apa sih menurut gue, kalau karena hal sepele jangan di tinggalin lah. Gimana-gimana udah bisa masuk jurusan sastra enggak gue?"

"Hahaha, bangke."

"Aldo," Ucap Reysa dengan suara yang terdengar manja.

Bobi mengedikkan bahunya risih melihat sikap Reysa, pacar bukan apa bukan tapi begitu sama Aldo.

Sementara Aldo mendelik tak suka.

"Ih, kok lo diem aja sih? Enggak futsal? Ayo, Do." Sambung Reysa sambil menarik-narik tangan Aldo.

"Apa sih!" Aldo menghempaskan tangan Reysa. "Siniin kunci motor gue. Lo sadar enggak sih, hari ini lo freak abis, Sa,"

Reysa memanyunkan bibirnya ketika mendengar celotehan Aldo.

"Mulai dari tadi pagi, mohon-mohon minta maaf, tadi siang bandarin orang makan karena gue, sekarang kunci motor gue lo tahan? Mau lo apa sih?" Omel Aldo lelah, soal makan dibandarin itu, Aldo mendengar dari Bobi.

Mata Reysa berkaca-kaca, tangannya memegang tangan Aldo dan segera memberi kunci motor itu ke Aldo kemudian Reysa lari, entah lah tak tau kemana.

"Nah, gitu tuh cewek masalah belum kelar udah lari, kirain kita mau ngejar dia gitu?" Celetuk Bobi. "Tapi lo beruntung dapet Rini, biar pun cuek tapi enggak senyebelin cewek kebanyakan."

"Banyak bacot lo! Ayo balik, kunci motor gue udah ada, nih."

"Enggak jadi nebeng nih? Yah, enggak jadi dipeluk sama ketos dong." Canda Bobi yang terdengar gay.

Dear diaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang