Rain of Hope - Vessalius04

712 63 17
                                    

"Kenapa kau menjadi seorang mata-mata?"

Seorang lelaki bersurai hitam pekat melempar pertanyaan ke arah lelaki bersurai coklat tua di depannya, terlihat mereka berada di sebuah kafetaria dan duduk berhadapan di salah satu meja yang berada di tengah ruangan.

Tampak mereka menikmati waktu bersantai dengan secangkir kopi hangat di atas permukaan meja kayu aboni. Ruangan terlihat sepi dan hanya ada keberadaan mereka berdua di sana.

"Oh? Baru pertama kali kau menanyakan hal privasi mengenaiku, Tazaki."

Lelaki bersurai coklat yang awalnya sedang menghisap rokok miliknya, melempar pandangan ke arah lelaki bernama Tazaki yang kini menaruh beberapa gula batu ke dalam cangkir kopi.

"Apakah itu salah, Kaminaga?" Tazaki mengangkat secangkir kopi miliknya lalu mencicipinya sedikit, "Sudah genap dua bulan perang telah usai, otomatis profesi kita sebagai mata-mata sudah tidak berlaku."

"Lagipula tidak ada gunanya memalsukan latar kehidupan kita lagi. Mau bagaimanapun, kita sudah bebas."

Kaminaga mengulas senyuman kecil, terlihat ia menopang salah satu lutut tangannya di atas permukaan meja lalu jemarinya melepas rokok yang awalnya ia apit dengan kedua bibir.

"Bebas? Benar juga, jika diingat-ingat, hanya kau, aku, Jitsui dan Letkol Yuuki yang masih bertahan."

Tazaki hanya terdiam, kepalanya sedikit tertunduk, kedua matanya perlahan tertutup seakan mengingat masa-masa lalu, di mana mereka masih bisa berkumpul bersama.

"Kau benar," Tazaki mendongak kepala, kedua matanya kembali terbuka, "Miyoshi, Hatano, Amari, dan Fukumoto sudah menerima konsekuensi mereka sebagai mata-mata. Sakuma-san dan Odagiri tumbang di medan perang."

Kaminaga hanya bisa tertawa miris sesaat mendengar pernyataan itu, "Oh, sudahlah. Rasanya ingin bersedih kembali juga percuma."

Kaminaga mematikan puntung rokok di atas permukaan asbak, "Untuk yang tadi, kau masih ingin tahu?"

Mendengar itu, Tazaki mengangguk seiring tangan menaruh cangkir kopi, terlihat ia siap untuk mendengarkan.

"Jika kau tidak keberatan."

Punggung Kaminaga menyentuh senderan kursi, senyuman kecil senantiasa terpasang di kedua sudut bibirnya seiring mendongak kepala untuk menatap langit-langit tembok.

Tatapannya sekilas menjadi tatapan nostalgia, penuh dengan rasa rindu. Mulutnya perlahan terbuka untuk memulai perkataan yang mengawali asal mula kisaran kehidupannya.

"Jadi..."

.

.

.

Rain of Hope

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rain of Hope

Kaminaga x Reader

DraOne: Droplets of RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang