Sembilan bulan kemudian berlalu dengan sangat lambat. Sejak malam ia ditangkap, Radit tak pernah sekalipun mendapat kunjungan dari Gabriel, entah mengapa. Ia hanya sekali menitipkan masakan buatannya kepada Ditya saat kembarannya itu menjenguknya di sini. Sebetulnya Radit sangat merindukan Gabriel. Ia sangat ingin bertemu cewek itu, berbicara dengannya, lalu merengkuh gadis itu kedalam pelukannya, namun ia merasa tak pantas melakukan hal tersebut setelah apa yang dilakukannya pada Gabriel.
“ Dit, ada yang mau ketemu sama lo, tuh,” perkataan Anton, sang sipir penjara, membuat pria itu tergeragap. Lamunannya hancur sudah. Ia menatap Anton.
“ Siapa, pak?”
“ Udah, liat aja sendiri.” Anton membukakan pintu, lalu menggiringnya menuju sebuah tempat yang ditempati para tahanan jika ada keluarganya yang berkunjung.
Radit mengedarkan pandangannya begitu ia dan Anton memasuki ruangan yang mirip aula tersebut. Di sana ada beberapa tahanan yang sedang dijenguk keluarganya.
“ Itu, Dit. Di pojokan,” ujar Anton sambil menunjuk bangku yang terletak paling pojok. Di sana ada seorang wanita yang duduk sambil menimang-nimang anaknya. Ia pun menghampiri wanita tersebut. Alangkah terkejutnya ia ketika mengetahui siapa wanita itu sebenarnya.
“ Gab... riel?”
Wanita itu menoleh dan tersenyum. “ Halo, Raditya Dewantara. Apa kabar?”
Radit menatap Gabriel tak percaya. Ia terperangah. Gabriel? Tunangannya yang telah dilukainya begitu parah datang kemari setelah tak terdengar kabarnya selama sembilan bulan?
“ Radit? Hei, ngapain diem kayak Patung Pancoran gitu?” ia langsung tersadar begitu mendengar tawa renyah Gabriel. Ia pun duduk di depan tunangannya itu.
“ Kamu... kenapa kesini?” tanya Radit pelan.
“ Ya jenguk kamu, lah! Masa’ mau ngecengin sipir di sini?” Gabriel menjawab. “ Emang kenapa? Nggak boleh kalo aku kesini?”
“ Ya... bukan begitu...” kata Radit sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, salah tingkah. “ Cuma kamu kan nggak pernah kesini selama sembilan bulan. Jadi ada angin apa kok kamu mau nemuin aku?”
Pipi Gabriel memerah karena malu. “ Aku kangen sama kamu.”
Radit tersenyum. Lega karena Gabriel merasakan apa yang ia rasakan.
“ Oh iya, ini,” Gabriel mendorong sebuah tempat makan ke hadapan Radit. “ Rendang. Aku yang masak.”
“ Makasih.”
Dengan lahap ia menyantap makanan yang dibawakan Gabriel. Beberapa saat kemudian ia terhenti karena pemandangan di depannya. Gabriel sedang membelai-belai rambut bayi yang digendongnya.
“ Halo, sayang... kenapa bangun? Laper ya?” Gabriel tersenyum lalu mengambil botol susu bayi dari tasnya. “ Tuh, ayah juga makan. Kompakan deh.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love and Crime
RomanceGabriel hampir tewas karena terluka, dan Daniel harus memastikan siapa pelakunya.