Chapter 4 - Blue Sky

212 19 4
                                    

Hari ini sekolah libur. Aku memutuskan untuk keluar mencari udara segar. Taman kota menjadi pilihanku saat ini.

Aku menaikkan syal merahku. Udara masih dingin seperti biasa. Seakan musim dingin tidak ingin berakhir dengan cepat. Huffh, aku agak membenci itu.

Aku duduk di salah satu kursi taman. Menatap langit biru diatasku. Warna birunya mengingatkanku pada sesuatu. Aku hanya tersenyum.

Entah apa nama perasaan ini, rasanya ... Nyaman. Aku merasa beban yang kubawa terasa sedikit ringan. Aku memejamkan mata. Mendadak terpikir soal kejadian kemarin. Anak itu, ... Dengan mudahnya menerima keberadaanku. Tersenyum tulus padaku. Seakan tak ada kebohongan sama sekali dari senyuman itu.

Ryuu ... Artinya naga. Naga melambangkan keberanian dan perlindungan.

Dan anak bermata biru itu datang bagaikan sosok pelindungku. Naga pelindung untukku. Tatapan mata dan senyum menenangkan itu. Seakan menghipnotisku, ingin aku percaya bahwa semua akan baik-baik saja. Seakan ingin menghapus rasa sepiku. Melindungiku dari gelapnya malam yang sepi.

Master ini selalu saja memikirkan anak itu. Apa istimewanya dia dariku? Hahaha, tidak ada. Dia hanyalah secuil kacang yang sangat mudah untuk kuhancurkan. Aku sudah bilang bukan kalau Master tidak perlu seorang teman. Cukup aku saja, hm?

Suara itu lagi ... Cih, makhluk ini cerewet sekali. Aku mengabaikannya. Biarkan saja.

Cih, Master ini selalu saja bersikap seperti itu. Mengacuhkanku, hm? Hah, sudahlah Master tidak asik.

Fyuhh ... Akhirnya dia diam juga. Bayangkan saja suara itu selalu membuatku sakit kepala.

Tiba-tiba kurasa seseorang sedang menepuk-nepuk pipiku. Seketika aku membuka mata, manik saphire itu mengunci pandanganku. "Blue ... Sky?" eh, apa yg kuucapkan tadi? Ah, bodohnya.

Astaga, itu Ryuu. Aku segera sadar dari lamunanku. Astaga, mukaku pasti sudah semerah tomat sekarang. Aku membuang muka darinya. Aku tak ingin melihat tatapannya itu. Tidak baik untuk kesehatan jantungku.

"Blue Sky? Artinya biru langit ya? Aku suka warna itu," katanya sambil tersenyum tipis. "Apa yang kau lakukan disini, Haru? Sendirian lagi."

"Bu-bukan urusanmu!" aku masih saja menyembunyikan wajahku darinya. Jangan sampai dia tau kalau aku tadi sedang memikirkannya. "Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan disini?"

"Hm, aku?" tiba-tiba Ryuu mendongak menatap langit biru diatasnya. "Sedang mengamati langit. Ada yang bilang tempat ini bagus untuk mengamati langit," ia tersenyum lagi. Senyum itu lagi. Aku tak mengerti kenapa, tapi senyum itu selalu saja tergambar di kepalaku. Senyum hangat itu seakan mencairkan hatiku yang membeku. Menghangatkan perasaan sepiku.

Ryuu ikut duduk disampingku. Matanya masih terkunci pada langit diatasnya. Aku menatapnya bingung. "Warna matamu," tanpa sadar aku mengatakannya. Ryuu langsung menoleh ke arahku. Ia tersenyum. "Sewarna langit ya? Banyak orang bilang begitu sih,"

Bibirku melengkung membentuk senyum. Lalu ikut menatap langit biru diatasku. "Iya, warna yang indah." oh, aku keceplosan.

Ryuu langsung menatapku sambil mengedip-kedipkan matanya dengan polos. "Aku gak salah dengar?"

Pipiku bersemu merah lagi. Ini memalukan. Sudah kubilang, tidak baik untuk kesehatan jantungku jika ada di dekat anak ini. "Ka-kau salah dengar mungkin. Lupakan saja!"

Ryuu tersenyum penuh arti. "Ck, tsundere memang."

"Kau ini cerewet sekali." aku beranjak dari tempat duduk lalu pergi meninggalkannya yang masih mengoceh tidak jelas. Seperti 'hey, jangan meninggalkanku sendiri disini.' atau 'hoi, tsundere mau kemana kau?!' dan sejenisnya seperti itu. "Jangan mengikutiku, cerewet." kataku sambil mempercepat langkah. Tiba-tiba tak terdengar suara ketukan sepatu milik Ryuu.

"Aku tau masalahmu. Aku tau aibmu, Shirakame Haru."

Langkahku terhenti. Rasanya tubuhku membeku seketika. Aku menoleh. Tatapannya terlihat datar. "Apa ... Maksudmu?"

"Kau adalah Half-Inugami. Hasil percobaan gagal milik ayah dan ibumu. Kau pernah membunuh orang tua dan kakakmu sendiri akibat Inugami yang mengamuk dalam tubuhmu. Kau tak pernah mempunyai seorang teman dan selalu dibully. Apa aku benar, Shirakame Haru-san?"

"Di-diam!"

Ryuu kembali tersenyum. Tapi kali ini terlihat hangat. Tidak seperti tadi. "Sesuai informasi yang kudapat."

Aku merasa bingung. "Hah?"

"Ah, lupakan aku pernah berkata seperti itu. Nah, sampai jumpa di sekolah besok, Haru." aku menatap punggung laki-laki itu yang mulai beranjak pergi. Tangannya melambai padaku.

Satu lagi yang membuatku masih bertanya-tanya apakah aku bisa percaya padanya. Anak itu penuh misteri. Langit biru diatasku mulai tertutupi awan kelabu. Aku mempercepat langkahku.

Mata sewarna langit biru ... Dia memang penuh misteri.

***
TLIG chap 4

by ryuu9_

Hai hai~~ kangen sma author gak?? Muehehehee :''3 yg nagih" chap 4 nih dah apdet yak! Muehehehe~ happy reading yeeyy~ pai pai~

The Lonely Inugami's Girl [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang