Chapter 7 - Missing

117 14 1
                                    

Salju putih turun melewati pipiku. Kutengadahkan kepalaku menatap kapas putih dingin yang turun dengan anggun itu. Aku tidak tau kapan musim dingin ini akan berakhir. Yang aku tau, aku sangat menyukai musim ini. Kau bisa asyik menikmati coklat panas dan juga dapat tidur seharian karena dinginnya. Aku melangkahkan kakiku kembali menuju sekolah. Kulihat beberapa murid juga ada yang berjalan menuju sekolah. Sesekali mereka tertawa, tersenyum, kadang juga nampak kesal dengan tingkah teman jalannya. Ah, tidak sepertiku yang sendirian ini.

Aku menghembuskan nafasku lalu mempercepat langkahku menuju sekolah. Di kelas, Mataku menatap bangku sebelahku yang kosong. Kemana perginya anak itu? Tidak biasanya dia telat, batinku. Aku duduk sambil mataku menatap keluar jendela. Tangan kananku kubuat untuk menopag dagu.

Tak berapa lama bel masuk berbunyi. Mataku kembali manatap bangku yang masih kosong disebelahku. Kemana anak bermata biru itu? Tidak seperti biasanya. Tak lama kemudian, Nijima-sensei masuk dan mulai mengabsen nama kami satu persatu.

"Aohara Ryuu!" panggil sensei. Tapi tak mendapat respon dari orang yang dipanggil. Tentu saja, bagkunya saja kosong begitu. "Kemana Aohara? Ada yang tau?" tanya sensei sambil menatap wajah kami satu persatu. Sontak semua menggeleng tak tau.

Aku mendengus pelan. "Shirakame, kau tau kemana dia?" tanya sensei menunjuk ke arahku. Aku sekilas merasa kaget. Lalu berusaha terlihat tenang kembali. Aku gelengkan kepalaku tanda tak tau. "Tidak, sensei," jawabku.

"Bohong! Aku kemarin melihatmu bersama Aohara!" celetuk Hirasaka. Wajahnya terlihat menyebalkan.

"Apa maksudmu? Itu kemarin dan sekarang aku tak tau dia berada dimana," jawabku berusaha tenang.

"Cukup! Kita kembali ke pelajaran. Buka buku sejarah kalian halaman 53," ucap Nijima-sensei. Kami semua diam lalu membuka buku sejarah kami masing-masing.

***

Aku akui, rasanya sepi sekali tidak ada Ryuu disini. Biasanya ia yang akan mengajak, ralat, memaksaku untuk makan siang di rooftop seperti ini. Ugh, dingin. Sebaiknya aku kembali ke kelas. Bodoh sekali musim dingin seperti ini aku malah bersantai di rooftop yang anginnya terasa sangat dingin.

Aku berjalan menyusuri koridor menuju kelasku. Tiba-tiba di ujung koridor, aku melihat Nakatani dan antek-anteknya. Aku langsung sembunyi di lorong gelap disebelahku. Untung saja saat mereka lewat mereka tidak melihatku. Aku sangat malas jika harus berurusan dengannya.

Masih ada sedikit waktu istirahat. Aku menyantap sisa sandwich-ku yang belum habis. Setelah selesai aku meneguk habis susu stroberi kesukaanku.

Master memikirkan bocah itu lagi ya?

Ah, suara itu lagi. "Bukan urusanmu," kataku sepelan mungkin agar tidak ada yang mendengar. Aku bisa dianggap gila jika berbicara sendiri. "Dan jangan mengajakku bicara saat di sekolah," aku mengalihkan pandanganku keluar jendela.

Sepertinya bocah itu tidak ada.
Aku mendengus kasar. Sungguh, aku malas mendengar ocehannya. Aku menidurkan kepalaku di meja sambil mengatasinya dengan lipatan tanganku. Biarkan saja makhluk itu mengoceh sendiri.

***

Hari-hari berikutnya Ryuu masih saja absen dari kelas. Yukimura-sensei, wali kelas kami, sampai bertanya-tanya kemana perginya anak itu. Atau ... Dia menghilang? Ah, tidak, tidak. Hapus pikiran burukmu itu Haru. Dia juga tidak mengirimkan surat izin satupun. Dia juga tidak memberitahuku apapun semenjak ha- ... Eh? Hari itu?

Aku memegang kedua pipiku. Kenapa wajahku terasa panas saat aku memikirkan hari terakhir kali aku bertemu dengan Ryuu? Kurasa wajahku sekarang sudah seperti kepiting rebus. Ah, iya juga. Semenjak itu aku tak pernah bermimpi buruk lagi. Apa yang dilakukannya sampai aku tak pernah bermimpi seperti itu lagi? Dan sekarang dia menghilang entah kemana?

The Lonely Inugami's Girl [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang