Chapter 9 - What Happen in The Past

94 7 1
                                    

Untuk chapter seterusnya pov-nya bakalan aku ganti jadi author pov ya^^

***
Ryuu menghembuskan nafasnya berat. Udara dingin melewati jendela kamarnya yang terbuka. Ia menyatukan kedua tangannya lalu menggosok-gosokkannya untuk menciptakan kehangatan. Mata sapphirenya nampak redup dibawah cahaya lampu yang remang. Dua kantong mata menghiasi wajahnya. Tanda bahwa ia tak tertidur dalam beberapa hari. Sudah berapa hari ia tak keluar? Seminggu? Sebulan? Ia tak tahu. Ryuu tak pernah memperhatikan kalender.

Suara decitan pintu yang terbuka membuat Ryuu mengalihkan pandangannya dari jendela. Nampak seorang laki-laki dengan hoodie merah sedang berdiri berkacak pinggang di depan pintu. Mata hitam malamnya memperhatikan seisi kamar. Ia berdecak pelan lalu masuk ke dalam. Tangannya meraih mangkuk bubur yang berada di lantai dengan isinya yang telah bercecer entah kemana. "Ck, aku melakukan ini untuk kebaikanmu. Lalu, sekarang apa balasanmu?" ucapnya sambil menaruh mangkuk bubur yang telah kosong tersebut di atas nakas disamping kasur milik Ryuu. Yang ditanya hanya diam seribu bahasa. Mata seindah sapphire yang hanya ia miliki satu-satunya itu hanya menatap lurus dengan kosong. Laki-laki itu duduk ditepi ranjang. Tangan kanannya berusaha meraih pucuk kepala Ryuu. Namun, Ryuu menjauhkan kepalanya. Matanya kembali menatap keluar jendela yang menampakkan titik-titik putih yang jatuh dari langit. Tatapannya nampak kosong. Tidak seperti isi otaknya yang penuh pikiran. Entah apa yang sedang dipikirkannya.

"Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu padamu. Kenapa kau tidak bisa mengerti dan terus saja membela gadis itu?" Laki-laki berhoodie merah tersebut bangkit berdiri. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku hoodienya. Ia berdiri tepat dihadapan Ryuu yang menatap kosong ke arah jendela. "Lihatlah dirimu! Kau seperti orang yang kecanduan obat-obatan." ledeknya sambil tertawa miris. Ia berjalan menuju pintu. "Asal kau tahu saja, aku melakukan ini agar kejadian di masa lalu itu tak terulang kembali di masa kini." tangannya memegang gagang pintu. " ... Aku tak mau kehilangan orang yang berharga dalam hidupku lagi, Ryuu." siluet lelaki itupun menghilang dari balik pintu.

Ryuu membalikkan badannya menatap pintu yang kini telah tertutup. Ia ingin membalas perkataan lelaki tadi. Tapi bibirnya seakan sulit sekali untuk dibuka. Seakan ada lem yang melekat pada bibirnya yang kini memucat karena dingin nya udara.

Itu sebabnya aku ingin melindunginya. Agar kejadian di masa lalu itu tidak bernasib sama pada masa ini, Hyuga.

***

Haru membuka lembaran novel yang sedang ia baca. Kacamata yang ia pakai sempat melorot kemudian ia naikkan kembali. Dengan berbekal lampu belajar, ia terus membaca novel tebal tersebut sampai halaman ke 130. Ia sampai lupa waktu hingga larut malam.

Sebelah tangannya meraih cangkir kopi yang tadi sempat ia buat, Lalu meneguk habis isinya. Ia mengucek matanya yang terasa gatal karena terlalu lama membaca. Lalu melepas kacamatanya. "Aish, lupa waktu lagi." matanya melirik jam dinding di tengah kamarnya. Pukul 11.00 tepat. Ia sampai lupa makan malam.

Haru menutup buku yang ia baca. Lalu beranjak menuju dapur untuk membuat makan malam. Ia mencoba melihat isi kulkasnya. "Tomat dan Nori ? Apa yang bisa kubuat dengan ini?" gumamnya. Lalu beralih ke lemari penyimpanannya. Terdapat dua cup ramen instan disana. "Setidaknya ramen bisa membuatku kenyang." 

The Lonely Inugami's Girl [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang