Prolog

100 4 0
  • Dedicated to yansayora
                                    

Bunyi dering dua kali itu akhirnya terngiang juga ditelinga gue. Entah kenapa rentetan angka-angka rumit itu kali ini nggak masuk di pikiran. Berbagai rumus yang biasanya mampu gue takhlukin dengan mudahnya, namun sekarang gue cuma menatapnya dengan pikiran lain. Namun, entah kenapa gue sontak berdiri dan keluar kelas setelah mendengar bel. Kaki-kaki ini menggerakkan tubuh gue berjalan ke tangga kecil menuju lantai dua. Menyusuri koridor dan berhenti di ujung, tepat di depan ruang kelas gelap yang sedikit berdebu karena masih dalam tahap pembangunan. Ketika gue ngintip ke dalam, ternyata nggak seburuk itu. Sisi gelap ruang itu berpadu dengan kuning terangnya cahaya matahari dari jendela-jendela yang ada. Pemandangan itu menarik perhatian. Waktu gue masuk dan menghadap lurus ke jendela, hangatnya sinar matahari sepenuhnya menyentuh lembut pipi ini. Gue nikmati kelembutan ini sejenak sebelum akhirnya gue melangkah maju untuk melihat ke luar jendela dan menemukannya.

Kecil.

Lucu.

Lincah.

Tampan.

dan... dia berhasil membentuk lingkar senyum di bibir gue.

Kenapa rasanya seneng banget bisa melihatnya? Padahal tiap hari kita ketemu, walaupun cuma saling nyapa. Rasanya tubuh gue bergetar ketika kedua mata ini dengan serius menatap kedua matanya. Dia lagi olahraga. Gue lihat teman-temannya meragakan gerakan senam dengan malas. Namun, mungkin nggak bagi dia . Dia lincah banget bergerak dalam musik senam itu. Ngelihat kelakuannya itu, gue terkikik pelan di balik jendela. Namun gue berhenti tertawa ketika tiba-tiba sepasang mata melihat ke arah gue. Oh Tuhan! Dia lihat gue! Kenapa dia tahu gue disini? Segala pertanyaan itu terhenti di benak ini ketika dirinya memainkan jari-jarinya seperti memainkan tuts piano yang dia lakuin saat ngajarin gue sambil tersenyum dengan manisnya. God! Gue dengan hati yang seakan melayang akhirnya tersenyum karenanya.

Namun bagi gue, lo masih seperti itu. Beberapa hal belum gue mengerti dari diri lo. Tapi kenapa begitu sulit gue menemukannya?

Why LoveWhere stories live. Discover now