Karena hari ini keluarganya akan datang ke rumah Andien, maka Bapak memutuskan untuk tidak bekerja. Dia lebih memilih untuk di rumah hari ini sekaligus menenangkan istrinya yang masih shock. Si Bungsu, Karina, juga dia suruh untuk tidak sekolah hari ini. Begitu mendengar alasan kenapa dia tidak boleh pergi ke sekolah hari ini, Karina langsung pergi ke kamar Kakaknya.
Kakaknya masih tidur pulas. Berbeda seperti hari-hari biasanya. Kakaknya kali ini tertidur bukan di kasurnya. Tapi di lantai kamar tanpa alas apapun. Bajunya pun masih sama dengan baju yang semalam dia lihat. Karina mendekati lalu membangunkannya pelan-pelan.
"Mas Yoga, bangun." serunya sambil menggoyang-goyangkan lengannya.
Yoga membuka matanya pelan-pelan. Begitu melihat Karina di dalam kamarnya, Yoga kaget dan langsung bangun. Saat bangun itu pula, baru terasa sakitnya semalaman tidur di lantai.
"Mas Yoga kenapa tidur di lantai?" Yoga menggelengkan kepalanya "Mas, kata Bapak, Mas Yoga mau nikah? Emang bener?" tanya Karina, langsung saja. Walau dia tau kalau nyawa Kakaknya belum sepenuhnya terkumpul.
Yoga mengecek jam tangannya. "Kamu gak sekolah?"
"Kata Bapak hari ini izin aja. Soalnya malem ini kita mau ke rumah pacarnya Mas Yoga." tukasnya. "Bener, Mas?" Yoga menganggukan kepala pelan. "Kenapa tiba-tiba mau nikah, Mas? Kenapa?"
"Accident."
Benar saja dugaannya. Karina sudah menduga kalau ada sesuatu yang terjadi. Pasalnya, mana mungkin jika Mas Yoga ingin menikah tapi Bapak dan Ibunya malah terlihat sedih. Waktunya juga sangat tiba-tiba. Tiba-tiba ingin menikah. Namun, ketika Yoga mengatakan alasannya, barulah dia paham. Sempat tidak menyangka kalau Kakaknya berani melakukan hal seperti itu. Selama ini dia mengenal Kakaknya sebagai sosok laki-laki yang baik. Walau beberapa kali Karina tau kalau Kakaknya ini sering mabuk-mabukan sama teman-temannya tanpa Bapak dan Ibu tau. Tapi hanya sampai di situ. Karina tidak pernah berfikir kalau Yoga akan bertindak lebih jauh seperti ini. Karina mengelus bahu Yoga.
"Mas Yoga mending sekarang mandi. Biar aku buatin sarapan."
"Makasih yaa, Kar."
**
Malam harinya, Yoga dan keluarga datang ke rumah Andien sesuai yang dijanjikan. Tidak mau berbelit-belit, obrolan langsung pada intinya. Yoga dan Andien harus segera menikah. Awalnya, obrolan sedikit panas karena kedua orang tua masih sama-sama shock dan tidak terima. Mamanya Andien pun beberapa kali menyerang Yoga dan menyalahkannya atas insiden ini. Yoga dan keluarganya hanya diam. Andien yang menenangkan Mamanya. Bagimanapun juga, ini bukan sepenuhnya salah Yoga. Dia juga bersalah.
Maka, setelah menetapkan tanggal pernikahan, Yoga dan keluarga segera pulang ke rumah. Kali ini mobil di bawa oleh Yoga. Selama menyetir, beberapa kali Yoga tidak fokus dan sering ngerem mendadak. Membuat Bapak, Ibu dan Karina kaget. Seperti saat ini, pikirannya melayang kemana-mana. Entah, Yoga pun bingung apa yang membuatnya tidak fokus. Sampai-sampai tidak menyadari bahwa jarak mobilnya dengan mobil yang ada didepannya sudah sangat dekat. Untung saja, Karina berteriak menyadarkannya. Kalau tidak mungkin sekarang mereka akan mengalami kecelakaan.
"Maaf..." ucapnya pelan.
Akhirnya, Bapak menyuruh untuk melipir ke pinggir jalan. Beliau menyuruh Yoga untuk turun dari mobil dan membiarkannya untuk menyetir. Karina juga di suruh pindah oleh Ibunya untuk duduk di depan. Biar Yoga duduk dibelakang bersama Ibunya. Selagi melanjutkan perjalanan ke rumah, Ibu tak melepaskan tangannya dari tangan Yoga. Dia menggenggam tangan putranya sebagai tanda semangat darinya. Hancur hati ketika melihat putranya mendadak jadi pendiam begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAGIA
RomanceHagiaku.. Kamu memang ada karena kesalahanku sebagai ayahmu... Tapi percayalah nak, Setelah kamu ada di rahim ibumu, Prioritas dihidupku hanyalah kamu dan ibumu. - Dari Ayahmu, Yoga Sabda Prasetyo.