Marsel ngajak ngumpul di rumah Wisnu. Tempat tongkrongan mereka kalau gak punya uang alias kere. Soalnya, kalau nongkrong di rumah Wisnu gak perlu keluar banyak uang untuk jajan tapi bisa duduk lama. Kalau di cafe atau nongkrong di tempat yang lain kudu bayar dan gak bisa leluasa kalau gak jajan. Walau mereka semua punya uang juga dan mampu untuk nongkrong di cafe atau semacamnya. Tapi maaf, mereka memang koret!
Andien tidak tau kalau Marsel sudah tau kondisinya. Yoga juga tidak bilang ke Andien kalau dia sudah memberitahu teman-temannya. Kedatangannya dengan Andien ke rumah Wisnu bersamaan dengan kedatangan Marsel dan Ana, pacarnya. Begitu melihat Andien, tatapan pertama Marsel tentu saja pada perutnya. Masih rata ternyata. Andien sadar kalau Marsel melirik perutnya. Maka dari itu, dia langsung menutupinya dengan sling bag hitamnya.
Saat masuk ke rumah Wisnu, semua teman-temannya sudah berkumpul komplit dengan pacar masing-masing. Jadi, Yoga, Marsel, Dimas, Ben, Ditto, Wisnu, Ana dan Naya (Pacar Wisnu) sudah saling kenal sejak SMA. Sedangkan, Andien, Debi (Gebetan Ditto), Sarah (Gebetan Ben), Dina (Pacar Dimas) saling kenal karena sering sekelas bareng. Karena sering sekelas itu pula jadi sering nongkrong bareng. Eh, lama-lama pada jadian hehehe...
Saat Andien masuk, semua mata cowok-cowok langsung tertuju pada perut Andien. Sama dengan apa yang dilakukan oleh Marsel. Andien langsung mengumpat dibelakang Yoga.
"Mereka semua kok ngeliatin perut aku ya? Emang ketara banget kalo aku lagi hamil?"
"Engga kok. Santai aja, sayang." jawab Yoga, menenangkan.
"Ndien, lo kenapa deh ngumpet-ngumpet gitu. Sini, duduk." sapa Debi, menyuruh Andien untuk duduk di sampingnya.
Andien kemudian menegakan bahunya. Tidak, dia tidak boleh gugup. Kalau gugup, maka akan terbaca jelas oleh orang-orang. Maka dari itu, Andien harus pede dan bersikap tidak ada yang terjadi. Lalu, dengan santainya dia duduk di samping Debi.
"Katanya ada yang mau lo omongin? Apaan, Sel?" Yoga bertanya seraya ikut bergabung dengan yang lain.
"Jadi, kemaren gue nanya ke Marez, ada loker gak di kantornya dia. Terus katanya, di divisinya dia lagi buka lowongan. Kalo mau, kasih aja CV lo ke gue. Nanti gue yang kasih ke Marez langsung." jelas Marsel. Marez itu Kakaknya Marsel.
Namun, bukan Yoga yang menanggapi penjelasan Marsel. Melainkan Andien. Ternyata Yoga minta dicarikan lowongan kerja? Kenapa tidak bilang padanya?
"Kamu mau kerja, Yo?" tanyanya pada Yoga. Cowok itu menganggukan kepalanya. "Kok kamu gak bilang ke aku?"
"Aku gak mau bikin kamu kepikiran, Ndien."
"Kenapa kamu tiba-tiba mau kerja?"
Yoga heran dengan pertanyaan yang diajukan oleh Andien. "Loh, kalo aku gak kerja gimana caranya aku bisa nafkahin kamu nanti setelah nikah? Kalo aku gak kerja gimana caranya kita bisa bayar uang rumah sakit saat kamu lahiran nanti?" tanya Yoga balik. "Masa kita masih mau minta lagi sama orang tua. Malulah aku!" tukasnya, tanpa sadar menaikan nada suaranya.
Nada suaranya memang mengejutkan Andien. Ucapannya juga. Tapi bukan hanya Andien yang dikejutkan. Tapi teman-teman ceweknya. Debi, Sarah, Naya, Ana dan Dina terpaku mendengar penjelasan Yoga barusan. Maksudnya nafkah setelah nikah? Maksudnya uang rumah sakit setelah lahiran?
"Kenapa kamu gak kompromiin dulu sama aku?" tanyanya dengan suara bergetar. Entah, kenapa Andien jadi sensitif begini. Dia merasa jadi beban baru untuk Yoga.
"Bukann. Bukan aku gak mau kompromiin sama kamu. Tapi dengan aku bilang ke kamu kalau aku mau kerja pasti kamu akan khawatir sama aku. Aku cuma gak mau kamu nambah pikiran, Ndien." Yoga mendekati Andien ketika cewek itu tiba-tiba menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAGIA
RomanceHagiaku.. Kamu memang ada karena kesalahanku sebagai ayahmu... Tapi percayalah nak, Setelah kamu ada di rahim ibumu, Prioritas dihidupku hanyalah kamu dan ibumu. - Dari Ayahmu, Yoga Sabda Prasetyo.