Tidak ada yang menelfon setelahnya. Baik Andien atau Yoga. Keduanya memilih diam dengan rasa khawatir. Andien khawatir dengan keadaan Yoga. Apalagi kabar terakhir yang dia dapat kalau Yoga sedang demam. Gimana gak was-was dia dengan keadaan suaminya sendiri?! Tapi karena rasa gengsi dan malu pada dirinya sendiri, Andien tidak mau bertanya duluan. Sialnya, Yoga juga tidak menelfon lagi sejak malam itu. Akhirnya yang bisa Andien lakukan sekarang hanya diam dengan penuh rasa khawatir dan menunggu Yoga pulang.
Sama halnya dengan Yoga, dia khawatir dengan keadaan Andien. Pertama, ketika dia pergi Andien di rumah sakit. Kedua, ketika Andien keluar dari rumah sakit dia tidak tau kondisinya bagaimana dan apa yang dikatakan dokter karena Andien tidak bilang apa-apa padanya. Ketiga, dia khawatir dengan kondisi Andien setelah insiden dengan Sasa. Dia khawatir dengan semua-muanya tentang Andien. Pasalnya istrinya itu tidak cerita apapun padanya. Bagaimana tidak khawatir?! Alih-alih bertanya, Yoga memilih untuk diam dulu. Yoga juga tidak mau memulai komunikasi dulu dengan Andien. Dia merasa kalau sekarang kondisinya masih panas. Mereka butuh waktu untuk saling menenangkan. Malah takutnya kalau dia sering-sering bertanya, keributan akan semakin besar.
Meski begitu, dalam lubuk hatinya Yoga ingin sekali menelfon Andien. Jujur, dia rindu pada istri dan bayi yang sekarang ada di dalam perut Andien. Kangen mengelusnya. Kangen bercanda bareng. Pokoknya kangen! Sempat terlintas ingin menanyakan kondisi Andien lewat mertua atau teman-temannya. Tapi pasti mereka akan bertanya-tanya. Aneh sekali bukan, jika menanyakan keberadaan istri sendiri pada orang lain?
Sekelumit rasa penasaran itu kemudian Yoga alihkan ke kerjaan. Walau bayang-bayang Andien selalu datang, Yoga mencoba tetap fokus dalam menyelesaikan pekerjaannya. Meski gak fokus-fokus amat karena tidak enak badan. Yoga terus-terusan bekerja tanpa kenal lelah. Bisa di bilang selama di Surabaya, pola hidup Yoga benar-benar berantakan. Terlalu keras bekerja hingga lupa makan. Bahkan ketika sampai di hotel pun Yoga kurang istirahat. Iya, bukannya istirahat Yoga malah mengerjakan skripsinya. Atau kalau lagi malas, dia main game sampai pagi.
Tepat saatnya dia pulang ke Jakarta, badannya benar-benar sudah tidak enak. Kalau kata Ben, bentar lagi udah mau ambruk nih badan! Bahkan, ketika sampai rumah, mertuanya sampai bilang kalau wajahnya agak pucat dan ada lingkaran hitam di bawah matanya.
"Kamu kurang tidur ya, Yo?"
Yoga hanya bisa ketawa kecil mendengarnya. "Andien ke mana, Mah?"
"Di kamar." sebutnya. "Andien ya, suaminya pulang bukannya disambut." dumel Mertuanya.
"Gakpapa, Mah. Yoga ke kamar dulu ya."
Kemudian, Yoga meninggalkan mertuanya dan pergi ke kamarnya. Ternyata Andien sudah tidur. Sekarang memang pukul sembilan malam. Lega sekaligus senang ketika dapat melihat Andien kembali. Yoga mendekati dan mengusap keningnya. Sebuah ciuman kecil dia berikan di kening Andien.
"Kangen banget sama kamu, Ndien." ujarnya pelan.
Lalu tatapannya berpindah ke perutnya. Mungkin kenapa sekarang Andien tidurnya telengtang dan bukan miring seperti biasanya karena perutnya yang sudah membesar. Yoga senyum-senyum sendiri ketika mengelus perut Andien.
"Hai baby, Ayah pulang. Kamu kangen Ayah gak? Ayah kangen banget sama kamu dan Ibu Andien." omongnya sendiri sambil terus mengusap perut Andien. "Selama Ayah gak ada kamu dan Ibu baik-baik aja kan, Nak? Maaf ya, selama ini Ayah selalu ninggalin kalian. Ayah lagi berjuang sayang. Berjuang agar kalian berdua hidup nyaman selama bersama Ayah." Yoga menatap Andien yang masih tertidur. Bergantian dengan perutnya. "Sabar yaa, Nak. Sabar ya, Ibu."
Setelah mengobrol atau lebih tepatnya ngomong sendiri, Yoga ke toilet untuk membersihkan badannya sebelum tidur. Beres mandi, barulah dia naik ke atas tempat tidur. Yoga memang telah merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Namun dia belum benar-benar tertidur. Kemudian, sebuah tangan melingkari tubuhnya. Hembusan nafas terasa lekat ditengkuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAGIA
RomanceHagiaku.. Kamu memang ada karena kesalahanku sebagai ayahmu... Tapi percayalah nak, Setelah kamu ada di rahim ibumu, Prioritas dihidupku hanyalah kamu dan ibumu. - Dari Ayahmu, Yoga Sabda Prasetyo.