Kedatangan Yoga dan Andien disambut senang oleh Ibu, Karina dan Bapak. Yoga kangen sekali pulang ke rumah. Biasanya, setiap hari di tempat inilah dia pulang. Sekarang, rumahnya ada dua. Tempat pulangnya pun ada dua. Siapa yang menyambutnya pun berbeda. Bukan lagi Ibu atau Karina. Tapi Andien.
Seperti punya Kakak perempuan baru, Karina senang sekali dengan kehadiran Andien. Bahkan, keduanya bisa langsung akrab layaknya saudara kandung. Tanpa memunggu lama lagi, Ibu mengajak untuk makan. Andien hendak membantu Ibu dan Karina untuk menyiapkan piring dan gelas. Tapi Ibu menolaknya dan menyuruh Andien untuk duduk manis saja.
"Ibu, aku jadi gak enak gak bantuin apa-apa."
"Wes, duduk aja kamu, Mbak. Nikmati aja makanannya."
Kemudian, Andien bergerak cepat mengambilkan piring untuk Yoga. Sangat telaten, dia ambilkan nasi beserta lauk-pauknya. Lalu, menuangkan air ke dalam gelas untuknya juga. Yoga mengulum senyumnya. Diam-diam, Bapak, Ibu dan Karina juga tersenyum. Setelah Yoga, giliran dirinya yang mengambil makan.
"Mbak Andien harus nyobain rendangnya Ibu. Juaraaa, Mbak! Kali ini juga Ibu buatnya spesial banget. Soalnya Mbak Andien yang mau nyobain." adu Karina. "Selain rendang, sop daging buatan Ibu juga enak banget! Besok kita buat sama-sama yuk." tawar Karina.
"Yuk! Pasti seru banget kalo kita masak-masak." Andien setuju.
Berada di rumah Yoga sangat menyenangkan. Dia seperti punya saudara perempuan berkat kehadiran Karina. Saat Andien memasukan rendang dan nasi putih yang masih panas ke dalam mulutnya. Dia langsung memejamkan matanya. Sumpah! ini enak banget! Rendangnya lebih enak dari warung nasi padang biasanya.
"Gimana? Enak gak?" tanya Karina, penasaran.
"Enak bangettt!!!" pujinya tulus.
Rendangnya pedasnya pas untuknya. Dagingnya pun empuk. Bahkan, ketika digigit langsung ancur aja gitu mantap. Rasanya nagih, membuat Andien ingin terus-terusan makan. Yoga sempat heran melihat Andien hari ini. Tumben sekali dia tidak muntah-muntah melihat makanan. Senang rasanya melihat nafsu makan Andien hadir kembali. Biasanya kalau sedang makan pasti Andien hanya diam saja menikmati rasa mualnya. Tiba-tiba tangan Yoga terulur untuk mengusap perut Andien.
"Bayi, kamu seneng sama masakan Uti ya. Makannya lahap banget." seru Yoga membuat semua orang yang ada di sana tertawa. "Kamu gak muntah hari ini, Ndien."
Ketika Yoga bilang seperti itu, Andien langsung sadar. Benar juga, dia sama sekali tidak muntah saat melihat makanan. Tidak seperti biasanya yang baru banget mencium aromanya, padahal makanannya belum datang, dia sudah muntah-muntah. Apa makanan-makanan ini di buat oleh Ibunya Yoga alias neneknya si Baby jadi dia tidak mual?
"Emang biasanya kalau liat makanan Mbak Andien muntah?" tanya Karina.
"Iya, Kar." Yoga yang menjawab. "Bahkan, baru nyium aromanya aja udah mual. Minum air putih aja dia kadang mual, Kar." Yoga jadi ingat waktu kejadian di rumah Wisnu. Andien muntah-muntah ketika di kasih air putih.
"Namanya juga lagi hamil, Mas." sela Ibunya.
"Iya, Bu. Tapi Yoga jadi kasian liatnya. Apalagi kalau abis muntah, Andien langsung lemes banget badannya. Pucet pula. Gak tega aku." jelas Yoga.
"Ugh, Mas Yoga manis banget!" goda Karina membuat Andien tertawa. "Terus kalau Mbak Andien abis muntah, Mas Yoga ngapain?"
"Dielus-elus aja."
"Ehiya, Karina boleh gak ngelus perutnya Mbak Andien. Aku mau ngerasain deh ngelus perut Ibu hamil." kata Karina.
"Gak boleh." jawab Andien, sambil menahan senyumnya. "Kalo gak ngelusin sampe aku tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAGIA
Lãng mạnHagiaku.. Kamu memang ada karena kesalahanku sebagai ayahmu... Tapi percayalah nak, Setelah kamu ada di rahim ibumu, Prioritas dihidupku hanyalah kamu dan ibumu. - Dari Ayahmu, Yoga Sabda Prasetyo.