part 1

155 18 4
                                    

Awal bukan berarti menentukan kedepannya kita buruk atau baik, tapi proses.

***

     Hari ini, Nila Aulia. Baru saja masuk ke dalam dunia putih abu-abu sejak dia di dunia putih biru. Suasana yang masih asing membuat sepasang mata bulat itu terpana melihat salah satu SMA terfavorit di kota ini. SMA Brawijaya.

     Hari ini hari pertama dia sekolah sekaligus Masa Orientasi Siswa. Hari yang meninggalkan kenangan sekaligus hari seperti neraka bagi para penghuni baru dunia putih abu-abu. Namun, pengalaman inilah yang akan menjadi canda tawa kita saat kita dewasa.

     Langkah kaki yang mungil itu cepat-cepat melangkah menuju aula setelah sound dari ruang radio sekolah menggema. Brukk. Dengan mata menyipit, Nila mendongak ke atas. Terdiam, terpaku, terpana.

     Sungguh tinggi lelaki ini, apakah badan Nila yang terlalu mungil? Tunggu, apakah 160 itu mungil?.

"Lain kali jalan hati-hati ya"

    Suara itu, sangat berat sekali. Kuping Nila geli sekali mendengarnya. Tunggu, dia memegang pundak Nila.

Nila terdiam

Nila membisu

Nila terpukau

    Lelaki itu melangkah, jauh. Menuju ruang entah apa itu. Mungkin ruang osis?

Tetapi mengapa Nila masih terdiam?

     Sudahlah, Nila segera melangkahkan menuju ruang aula. Aula ini? Megah sekali. Dan suara mikrofon menggema, kini dari panggung aula asalnya. Mereka semua termasuk Nila diperintahkan untuk melihat papan di sebelah pintu keluar aula.

     Dan Nila berada pada kelas X5-IPS. Pasti bakal seru. Dan pembina kelas mereka adalah kak Jingga Arsyaf, Kak Dewangga Putra, dan kak Anastasya Delisa.

     Nila menuju ruangan yang di tentukan. Kaki kecil itu kebingungan, melangkah kemana saja tidak tahu. Seandainya kak Biru (kakak Nila) tidak masuk kelas akselerasi, pasti dia tidak lulus duluan dan menuntun Nila ke ruangannya.

     Ruangan ini dingin sekali, dan hening. Mungkin ini hanya awal. Bangku mana yang kosong sepasang mata itu mencarinya. Tepat sekali! Belakang pojok kiri.
    
     Sepasang mata milik Nila melolok tak percaya. Lelaki ituu? Yang di tabraknya tadi? Siapa diaa? Tidak mungkin kak Anastasya. Pasti kak Jingga atau kak Dewangga.

     Dan di belakangnya, sesosok perempuan bertubuh ehm.. Bodygoals, tinggi, dan putih berjalan di belakangnya.

"Jinggaaa sorry gue telat" teriak seseorang setelah lelaki itu duduk.

Dia, Jingga.

Dan pasti yang teriak itu, kak Dewangga.

"Iya besok sama hari rabu kalo telat, gue toyor lu depan mereka"

Suara itu, suara sama yang membuat Nila terpaku.

"Dek, saya Anastasya. Kalian bisa panggil saya kak Tasya"

Murid-murid kaum adam melotot memperhatikannya

"Dan saya Jingga, kalian panggil aja kak Jingga"

Nila masih terpaku

"Ehm btw adek-adek manis, saya Dewangga. Kalian bisa panggil saya kak Angga. Terus liatinnya jangan gitu, saya tau saya ganteng". Memang harus di akui dia tampan. Tapi, di hati Nila tetaplah seorang Jingga yang paling menarik.

Kharismanya

Wibawanya

Suaranya

Entah, perasaan apa yang menjalar di hati Nila.

Apa ini cinta pandangan pertama?

Ah itu tidak mungkin.

Atau

Sudahlah

Hanya hari dan waktu lah yang dapat menjawabnya.

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang